Darurat Komunikasi di Daerah 3T: Tantangan dan Pembelajaran dari Kabupaten Sampang, Madura Saat Pandemi Covid-19
Eduaksi | 2025-12-10 18:36:52Darurat Komunikasi di Daerah 3T: Tantangan dan Pembelajaran dari Kabupaten Sampang, Madura Saat Pandemi COVID-19
Pandemi COVID-19 mengubah cara masyarakat beraktivitas, bersekolah, bekerja, hingga berkomunikasi. Informasi kesehatan harus bergerak cepat, akurat, dan mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Namun bagi wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar), termasuk sebagian wilayah di Kabupaten Sampang, Madura, tantangan komunikasi menjadi jauh lebih kompleks.
Dalam situasi darurat kesehatan, komunikasi bukan sekadar penyampaian informasi, tetapi penentu keberhasilan pencegahan dan penanganan pandemi. Di Sampang, keterbatasan infrastruktur, minimnya literasi digital, dan budaya komunikasi tradisional membuat penyampaian informasi kesehatan membutuhkan strategi yang berbeda.
1. Akses Komunikasi yang Terbatas: Masalah Utama di Wilayah 3T
Beberapa desa di Sampang masih mengalami keterbatasan jaringan internet, bahkan ada wilayah yang hanya mengandalkan sinyal lemah atau radio lokal. Kondisi ini membuat pemerintah dan tenaga kesehatan tidak bisa sepenuhnya mengandalkan media daring.
Masalah utama yang muncul di Sampang:
- Akses internet tidak merata, terutama di wilayah pedesaan seperti Robatal, Kedungdung, dan Omben.
- Penggunaan gawai masih terbatas, terutama pada keluarga berpenghasilan rendah.
- Sistem komunikasi tradisional seperti pengeras suara masjid lebih efektif dibanding kanal digital.
- Banyak warga tidak memiliki media sosial, sehingga informasi tidak menyebar secepat di kota.
Keterbatasan ini selaras dengan temuan nasional bahwa wilayah 3T memiliki kesenjangan terbesar dalam akses informasi selama pandemi.
2. Strategi Komunikasi Kesehatan: Mengandalkan Media Tradisional
Ketika informasi digital sulit dijangkau, pemerintah daerah Sampang dan tenaga kesehatan mengoptimalkan media tradisional. Pendekatan ini terbukti lebih efektif menjangkau masyarakat pedesaan.
Media yang banyak digunakan selama pandemi:
- Pengeras suara masjid untuk mengumumkan protokol kesehatan, jadwal vaksinasi, dan himbauan pembatasan kegiatan.
- Radio lokal yang menyiarkan edukasi kesehatan dalam bahasa Madura.
- Komunikasi interpersonal oleh tokoh agama, tokoh masyarakat, dan kader kesehatan.
Pendekatan interpersonal menjadi kunci, karena masyarakat Sampang sangat memperhatikan peran kiai, ustaz, dan pemimpin lokal.
3. Peran Tokoh Agama dan Kearifan Lokal
Budaya Madura menempatkan tokoh agama (kiai) sebagai figur yang sangat dipercaya. Inilah yang membuat penyampaian informasi melalui jaringan pesantren dan masjid menjadi efektif.
Contoh implementasi di lapangan:
- Vaksinasi dipercepat ketika kiai mengeluarkan himbauan langsung.
- Masyarakat lebih menerima protokol kesehatan setelah mendengar penjelasan dari tokoh lokal, bukan dari media nasional.
- Pesan edukasi dalam bahasa Madura lebih mudah dipahami dan diterima.
Pendekatan budaya terbukti meningkatkan kepatuhan masyarakat terhadap protokol pandemi.
4. Edukasi Kesehatan Berbasis Komunitas
Kader Posyandu, bidan desa, dan tenaga Puskesmas berperan besar sebagai jembatan komunikasi antara pemerintah dan masyarakat.
Upaya yang dapat tenaga medis lakukan :
- Penyuluhan dari rumah ke rumah.
- Pembagian masker, vitamin, dan leaflet berbahasa Madura.
- Pelacakan kontak dan edukasi isolasi mandiri.
- Pendampingan vaksinasi terutama bagi kelompok rentan.
Kegiatan ini sangat penting karena banyak warga tidak mengakses portal berita nasional.
5. Pembelajaran Penting dari Sampang
Kasus komunikasi pandemi di Sampang memberikan beberapa pelajaran, jika:
- Teknologi tidak selalu menjadi solusi utama : Di daerah 3T, komunikasi tatap muka dan pendekatan kultural justru lebih efektif.
- Tokoh masyarakat adalah saluran komunikasi yang kuat : Keterlibatan kiai dan pemimpin lokal meningkatkan kepercayaan publik secara signifikan.
- Informasi harus disesuaikan dengan konteks lokal : Bahasa, kebiasaan, dan kultur memengaruhi cara pesan diterima.
Investasi infrastruktur informasi sangat mendesak : Kesenjangan digital memperlambat respon pandemi dan dapat memperburuk risiko di masa depan.
Kesimpulan
Pengalaman Kabupaten Sampang selama pandemi COVID-19 menunjukkan bahwa komunikasi di wilayah 3T membutuhkan pendekatan khusus. Teknologi modern memang penting, tetapi efektivitas komunikasi justru bergantung pada kedekatan sosial dan budaya masyarakat setempat.
Media tradisional, tokoh agama, dan literasi kesehatan berbasis komunitas terbukti menjadi fondasi kuat dalam penanganan pandemi. Ke depannya, membangun infrastruktur komunikasi yang merata harus menjadi prioritas agar masyarakat 3T tidak kembali tertinggal ketika menghadapi situasi darurat.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
