Overcapacity dan Telat Tiba, Kinerja KRL Jadi Sorotan Publik
Kebijakan | 2025-12-10 14:37:16
Sleman, 3 Desember 2025 - Penerapan jadwal baru KRL melalui GAPEKA 2025 menimbulkan perubahan signifikan pada pola perjalanan pengguna. Banyak laporan media menunjukkan bahwa gerbong menjadi jauh lebih padat pada jam sibuk hingga menyebabkan sejumlah penumpang terjepit, termasuk ibu hamil yang mengalami kesulitan bergerak akibat sesaknya ruang di dalam kereta. Kondisi ini memperlihatkan ketidakseimbangan antara kapasitas layanan dan kebutuhan aktual masyarakat. Situasi tersebut merupakan gambaran nyata bahwa indikator penggunaan layanan belum direncanakan secara memadai dan tidak sesuai dengan pola mobilitas harian.
Tingkat kepadatan yang meningkat secara drastis mencerminkan kelemahan dalam pengelolaan indikator kinerja yang berkaitan dengan utilization. Dalam teori pengukuran kinerja sektor publik, indikator penggunaan berfungsi untuk membandingkan ketersediaan layanan dengan permintaan publik sehingga potensi kelebihan kapasitas dapat diantisipasi sebelumnya. Ketidaksesuaian antara kapasitas dan volume penumpang pada KRL menandakan tidak optimalnya proses estimasi kebutuhan layanan, terutama dalam mempertimbangkan fluktuasi jumlah pengguna di jam sibuk.
Keterlambatan perjalanan yang sering terjadi setelah penerapan jadwal baru juga memperlihatkan penurunan kualitas indikator proses. Ketepatan waktu merupakan ukuran penting dalam menilai kecepatan dan akurasi layanan, terutama pada moda transportasi massal yang memiliki peran vital dalam mobilitas pekerja. Penurunan ketepatan waktu menunjukkan bahwa perencanaan operasional tidak didukung oleh indikator yang mampu mengukur keandalan proses secara akurat. Evaluasi atas indikator proses diperlukan agar penyedia layanan mengetahui sejauh mana ketidakcocokan jadwal memengaruhi keseluruhan alur perjalanan.
Peningkatan komplain penumpang terhadap kondisi gerbong yang sesak dan keterlambatan perjalanan menunjukkan bahwa indikator kualitas dan kepuasan tidak berada pada tingkat yang diharapkan. Indikator kinerja menekankan bahwa kualitas pelayanan dan kepuasan masyarakat merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam menilai keberhasilan sektor publik. Jumlah keluhan yang meningkat menandakan bahwa pengalaman pengguna tidak sejalan dengan standar kualitas yang seharusnya dicapai oleh penyedia layanan transportasi massal.
Penerapan KPI yang ideal menuntut indikator yang dirumuskan berdasarkan prinsip keterukuran, relevansi, dan kejelasan. Setiap indikator harus mampu menggambarkan kondisi operasional secara akurat sekaligus menjadi dasar evaluasi kinerja. Indikator yang tidak relevan atau tidak mampu menggambarkan tujuan organisasi akan menghasilkan keputusan operasional yang tidak tepat sasaran. Fenomena KRL memperlihatkan bahwa penyusunan KPI belum sepenuhnya mempertimbangkan kebutuhan pelanggan maupun dinamika permintaan layanan yang terus berkembang.
Situasi pada kasus KRL menunjukkan bahwa indikator kinerja yang digunakan saat ini belum sepenuhnya menggambarkan kondisi lapangan, sehingga diperlukan pembaruan yang lebih realistis, adaptif, dan berbasis data. Penyedia layanan transportasi massal perlu mengembangkan ukuran kinerja yang mampu memproyeksikan lonjakan permintaan, mengevaluasi ketepatan jadwal, serta menilai kenyamanan penumpang secara lebih menyeluruh. Perbaikan indikator kinerja diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi layanan KRL sehingga kualitas transportasi publik dapat kembali memenuhi harapan masyarakat.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
