Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Darwati

Bom Waktu Berupa Septic Tank

Eduaksi | 2025-12-09 18:54:34

Selama ini, saya mengakui tidak pernah terlintas soal septic tank. Bagi sebagian besar dari kita, benda itu tak lebih dari sekadar kotak gelap di dalam tanah yang keberadaannya kita abaikan begitu saja. Namun, tiba-tiba sebuah kesadaran mengejutkan saya: kotak yang kita lupakan ini ternyata adalah ancaman serius bagi kesehatan kolektif yang tanpa kita sadari, sedang kita tanam di bawah rumah kita sendiri.

https://www.freepik.com/search?format=search&last_filter=query&last_value=septic+tank+mobile&query=septic+tank+mobile#uuid=5755f2ad-c2f1-430a-b305-f9b6459a819f)" />
ilustrasi mengambil sample air untuk diperiksa (https://www.freepik.com/search?format=search&last_filter=query&last_value=septic+tank+mobile&query=septic+tank+mobile#uuid=5755f2ad-c2f1-430a-b305-f9b6459a819f)

Dari Pemandangan yang Menipu Hingga Bencana Lingkungan

Perubahan lingkungan yang saya saksikan di kampung halaman adalah cerminan wajah Indonesia saat ini. Dahulu, kampung saya menyajikan pemandangan yang damai; sungai adalah pusat dari segala kehidupan. Di sana kami beraktivitas—mencuci, bermain, bahkan buang air besar. Semua itu memang tampak indah, padahal sebenarnya kami sedang menanam "investasi kerusakan lingkungan" yang tinggal menunggu waktu untuk meledak.

Kini, setelah puluhan tahun berlalu, desa itu benar-benar berubah drastis menjadi permukiman padat yang menyesakkan. Sawah-sawah hilang, digantikan oleh perumahan yang saling berimpitan. Seiring dengan peningkatan kepadatan ini, sungai kami pun mengalami degradasi. Fungsi sungai bergeser total; ia bukan lagi tempat berkumpul, melainkan berubah menjadi saluran pembuangan akhir bagi pipa-pipa septic tank dan tumpukan sampah. Pendangkalan parah tak bisa dihindari, dan kekhawatiran akan bencana banjir kini semakin nyata.

Racun Diam-Diam: Kekhawatiran di Setiap Tegukan Air

Ternyata, memiliki WC pribadi di rumah tidak serta-merta menyelesaikan masalah sanitasi. Kita hanya memindahkannya—menyembunyikannya di bawah permukaan tanah.

Kesadaran itu muncul setelah saya menghadiri penyuluhan dari PDAM dan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) . Fakta yang mereka sampaikan benar-benar gamblang dan memicu kekhawatiran: septic tank yang dibiarkan penuh bertahun-tahun berpotensi besar mencemari air tanah secara serius. Sebab, tanpa diolah di fasilitas resmi seperti IPLT, lumpur tinja dari septic tank penuh akan rembes atau dibuang sembarangan, membawa bakteri mematikan langsung ke dalam air tanah kita. Saya langsung merasa khawatir membayangkan kotoran yang mungkin saja menyelinap setiap hari ke dalam air sumur yang kami konsumsi.

Mengupas Data Nyata Krisis Sanitasi Kita

Air Minum Kita Tercemar Parah: Berdasarkan temuan terbaru dari Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 yang dirilis Kementerian Kesehatan, kondisinya sungguh mengkhawatirkan.

Tujuh dari sepuluh sumber air minum yang digunakan rumah tangga, terutama air sumur, sudah terbukti tercemar oleh bakteri E. coli dan koliform. Ini adalah bukti tak terbantahkan bahwa septic tank yang penuh dan bocor tanpa henti meracuni cadangan air bersih di bawah tanah kita.

Harga yang Kita Bayar: Sanitasi yang buruk bukan hanya masalah kebersihan biasa. Ia memicu diare dan infeksi berulang, menjadikannya salah satu pemicu utama penyebab stunting (anak gagal tumbuh).

Meskipun angka stunting telah berhasil ditekan menjadi 21,5% (data SKI 2023), angka ini masih terlampau tinggi, menegaskan bahwa perbaikan sanitasi adalah keharusan mutlak. Ditambah lagi, Bank Dunia memperkirakan kerugian ekonomi Indonesia akibat sanitasi buruk mencapai triliunan rupiah setiap tahun—setara 2-3% dari total Produk Domestik Bruto (PDB) kita. Sungguh harga yang sangat mahal yang harus kita tanggung, hanya karena kita semua abai mengurus tangki kotoran!

Prioritas Nasional 2024–2025: Masalah septic tank yang selama ini kita abaikan kini sudah resmi menjadi prioritas utama nasional karena data lapangan yang mengkhawatirkan . Tingginya kontaminasi ini bahkan diakui oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sebagai kegagalan terbesar dalam program sanitasi kita.

Oleh karena itu, sebagai tindak lanjut, pada periode 2024–2025 Pemerintah Pusat (PUPR/Kemenkes) serius mengalokasikan pendanaan dan mendorong percepatan pembangunan infrastruktur utama seperti IPAL Komunal dan IPLT di daerah.

Masalah septic tank yang meracuni air tanah ini harus segera dituntaskan di pusat maupun daerah. Namun, keberhasilan program ini sangat bergantung pada Pemerintah Daerah, yang harus memastikan layanan operasional dan aksesibilitas kuras septic tank ke IPLT resmi benar-benar terjangkau dan mudah diakses masyarakat.

Masihkah kita berani menunda pengurasan, sementara kita tahu apa yang diminum anak-anak kita?

Bertindak Sekarang: Jangan Wariskan Bencana pada Generasi Berikutnya

Kesadaran yang mengejutkan ini langsung mendorong saya untuk bertindak cepat: segera menghubungi layanan resmi untuk kuras septic tank dan membawa sampel air sumur di rumah untuk diperiksa. Namun, mencari layanan IPLT yang resmi ternyata bukan perkara mudah, dan biaya pengurasannya pun cukup menguras kantong—sebuah kendala nyata yang dihadapi jutaan keluarga. Ini adalah upaya pencegahan paling dasar yang wajib dilakukan oleh setiap keluarga. Namun, bertindak sendirian tidak akan pernah menyelesaikan masalah.

Langkah Nyata Menuju Sanitasi yang Benar-Benar Aman:

Kita dapat mengambil langkah nyata menuju sanitasi yang benar-benar aman, dimulai dari diri sendiri dan menuntut peran pemerintah.

Pertama, kita perlu menjadikan pengurasan septic tank secara berkala setiap 3–5 tahun sekali sebagai bagian dari perawatan rumah yang mutlak. Tindakan ini adalah kunci penting dalam pengelolaan lumpur tinja (silt management) untuk mencegah pencemaran.

Selanjutnya, kita perlu mengubah kebiasaan dengan menjadikan pemeriksaan kualitas air tanah di laboratorium sebagai rutinitas. Pemeriksaan ini tidak hanya dilakukan sekali, tetapi berkala, dengan fokus utama mendeteksi bakteri koliform dan E. coli.

Pada level kebijakan, peran pemerintah daerah juga harus kita dorong. Pemerintah perlu mempermudah warga untuk mengakses layanan IPAL komunal dan, yang terpenting, layanan pengolahan lumpur tinja di IPLT yang resmi. Akses yang mudah ini memastikan lumpur dari septic tank diolah sesuai prosedur pengelolaan lumpur (silt management), sehingga tidak dibuang sembarangan ke lingkungan dan mencemari sungai.

Mari kita akhiri siklus pencemaran ini sekarang juga! Jangan sampai generasi penerus kita terpaksa meminum air yang tercemar kotoran kita sendiri. Jadikan sanitasi aman sebagai warisan utama bangsa, sebelum ancaman tersembunyi di halaman rumah kita ini meledak menjadi krisis kesehatan nasional yang tidak tertangani.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image