Kenapa Kita Susah Fokus? Brain Rot Bisa Jadi Penyebabnya
Teknologi | 2025-12-09 14:56:32
Pendahuluan
Konten digital yang singkat telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari banyak orang. Kita sering berpindah dari satu tayangan ke tayangan lainnya hanya dalam beberapa detik. Kebiasaan ini terkait dengan istilah brain rot, yaitu kondisi ketika otak terbiasa dengan rangsangan yang cepat sehingga sulit untuk tetap fokus pada aktivitas yang lebih panjang. Penelitian menunjukkan bahwa menonton video singkat dapat mengganggu kemampuan memori prospektif dan daya tahan perhatian (Chiossi et al, 2023).
Apa Itu Brain Rot?
Brain rot bukanlah istilah medis resmi, tetapi merujuk pada kondisi di mana otak terus-menerus mencari stimulasi yang instan. Kita sudah terbiasa menerima informasi dengan cepat. Ketika dihadapkan pada teks yang panjang, tugas yang membutuhkan konsentrasi, atau materi yang lebih lambat, otak menjadi terasa berat dan ingin kembali ke konten yang singkat.
Platform digital dirancang untuk menjaga agar perhatian pengguna tetap terfokus. Stimulasi yang cepat membuat otak terbiasa untuk berpindah konteks tanpa henti. Penelitian lain menunjukkan bahwa penggunaan internet secara berlebihan dapat mengganggu kemampuan fokus dan membuat orang lebih mudah terdistraksi (Van den Eijnden et al., 2018).
Dampak dalam Aktivitas Sehari-hari
Brain rot tidak merusak otak, tetapi dapat memengaruhi kebiasaan sehari-hari. Banyak orang merasa mudah bosan saat membaca atau bekerja. Fokus mereka sering terpecah, dan ada dorongan untuk membuka media sosial meski sedang melakukan hal-hal penting. Penelitian terbaru juga menemukan bahwa konsumsi video singkat berkaitan dengan penurunan fungsi eksekutif, yang mencakup mengatur, merencanakan, dan menahan dorongan impuls (Lin et al., 2023).
Fenomena ini tidak hanya dialami oleh kaum muda. Banyak orang dari berbagai usia bisa mengalami pola yang sama jika terbiasa dengan konsumsi konten cepat dalam jumlah besar.
Mengelola Brain Rot di Kehidupan Digital
- 1. Mengurangi waktu layar secara bertahap
- 2. Menyimpan perangkat elektronik saat menyelesaikan tugas atau kegiatan lainnya
- 3. Mencoba kegiatan lain tanpa melibatkan perangkat elektronik
- 4. Memberikan jeda setelah menonton beberapa video untuk membantu otak beristirahat
Brain rot tidak harus diatasi dengan cara yang ekstrim. Kita dapat memulai dengan langkah-langkah kecil yang lebih terjangkau, seperti:
Perubahan ini tidak perlu dilakukan sekaligus. Kebiasaan baru dapat terbentuk secara bertahap, dan itu lebih efektif daripada memaksa diri untuk berhenti secara total.
Kesimpulan
Brain rot muncul sebagai akibat dari kebiasaan mengonsumsi konten pendek yang cepat. Kondisi ini dapat menyebabkan perhatian kita lebih mudah terpecah dan membuat aktivitas yang memerlukan konsentrasi terasa lebih sulit. Meskipun tidak secara langsung berbahaya, brain rot bisa mengganggu aktivitas sehari-hari jika tidak ditangani. Dengan melakukan langkah-langkah sederhana dan konsisten, pola ini dapat dikelola tanpa harus meninggalkan teknologi.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
