Krisis Identitas dan Gangguan Peran: Menjelajahi Dampak Westernisasi terhadap Generasi Z dan Pentingnya Pendidikan Integratif
Edukasi | 2025-12-09 00:06:35
Globalisasi telah membuka jalan bagi interaksi budaya yang luas, dan tidak ada kelompok lain yang terpengaruh sedalam Generasi Z (lahir antara tahun 1995 dan 2012). Kelompok ini tumbuh bersamaan dengan perkembangan pesat teknologi digital, yang telah menyebabkan westernisasi meresap ke dalam gaya hidup, nilai-nilai, bahkan identitas budaya lokal mereka hampir tanpa filter. Gelombang westernisasi ini, meskipun telah membawa kemajuan teknologi, juga menciptakan dua tantangan signifikan bagi Generasi Z di Indonesia: krisis identitas budaya dan disfungsi peran keluarga, yang pada gilirannya membutuhkan solusi strategis melalui pendidikan integratif.
Westernisasi adalah fenomena di mana budaya Barat mendominasi dan mempengaruhi budaya lokal, terutama melalui media massa dan internet. Sebagai generasi muda yang sedang mencari jati diri, Generasi Z sangat rentan terhadap pengaruh budaya Barat, yang sering kali datang melalui media sosial, film, dan musik. Dampak negatif yang paling jelas adalah meningkatnya individualisme, munculnya perilaku sosial yang tidak sesuai dengan norma lokal, dan bahkan degradasi nilai-nilai tradisional. Fenomena ini secara langsung menyebabkan krisis identitas ketika remaja mulai menganggap budaya asing lebih menarik atau modern daripada budaya tradisional mereka sendiri. Hidayat (2019) berargumen bahwa westernisasi memiliki dampak signifikan terhadap perubahan gaya hidup remaja, yang seringkali mengidolakan budaya asing lebih dari budaya lokal mereka sendiri.
Ada beberapa contoh krisis identitas yang dialami Generasi Z dalam kehidupan sehari-hari mereka. Pertama, Generasi Z telah meninggalkan pakaian tradisional atau bahkan pakaian yang dianggap sopan menurut norma lokal, dan menggantinya dengan tren mengenakan pakaian asing yang terbuka, tanpa mempedulikan konteks acara atau lokasi. Kedua, Generasi Z lebih terbiasa menggunakan bahasa informal yang berasal dari bahasa asing atau bahasa yang populer di media sosial, bahkan dalam lingkungan keluarga atau acara formal, yang menunjukkan kurangnya rasa hormat terhadap bahasa ibu dan norma komunikasi lokal. Ketiga, Generasi Z cenderung sangat individualis (terutama dalam hal privasi dan pengambilan keputusan sepihak), yang bertentangan dengan nilai-nilai komunal dan kerja sama mutual yang khas dalam masyarakat Indonesia.
Seiring dengan krisis identitas pribadi dan budaya, perkembangan teknologi dan arus globalisasi telah menciptakan masalah baru bagi unit sosial terkecil: keluarga. Keluarga, yang seharusnya menjadi pendidikan pertama dan utama, kini menghadapi peran yang disfungsional. Dalam studi penelitian yang berfokus pada peran disfungsional keluarga bagi Generasi Z, Zahra dan Wulandari (2022) menemukan bahwa anak-anak Generasi Z merasa lebih jauh dan terdapat jurang antara mereka dan orang tua mereka. Mereka menyimpulkan bahwa terdapat peran yang tidak berfungsi dalam pola pengasuhan keluarga Generasi Z, di mana anak-anak tidak merasa dekat dengan orang tua mereka. Hal ini membuat sebagian besar anak Generasi Z lebih nyaman bermain dengan perangkat elektronik atau teman-teman mereka. Komunikasi dan interaksi yang tidak memadai, ditambah dengan waktu orang tua yang terbatas, telah membuat proses penanaman nilai dan standar keluarga menjadi tidak efektif. Akibatnya, nilai dan standar anak-anak sangat dipengaruhi oleh kelompok sebaya mereka.
Sebagai respons terhadap tantangan krisis identitas dan gangguan peran, pendidikan integratif diperkenalkan sebagai jawaban konkret dan solusi holistik. Model pendidikan ini bertujuan untuk memperkuat identitas budaya lokal sambil membekali generasi muda untuk menghadapi westernisasi dengan bijak. Pendidikan integratif tidak hanya mencakup transfer informasi, tetapi juga mengintegrasikan nilai-nilai lokal dan global ke dalam kurikulum sekolah, serta mendukung siswa dalam memahami, menghormati, dan menjaga warisan budaya mereka. Esensi Pendidikan Integratif adalah mengembangkan logika dan pemikiran kritis pada siswa. Dengan pemikiran kritis, Generasi Z dapat menyaring pengaruh budaya eksternal—memilih yang positif (seperti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi) dan menolak yang negatif (seperti individualisme ekstrem atau nilai-nilai yang tidak pantas).
Seperti yang diungkapkan oleh Suparno (2020), pendidikan yang baik harus memberikan siswa kemampuan untuk menyaring pengaruh eksternal sambil memperkuat nilai-nilai budaya lokal. Model ini menjamin bahwa Generasi Z akan memiliki tingkat kesadaran yang tinggi dan kemampuan untuk menghormati serta menjaga warisan budaya mereka, menjadikannya benteng yang kokoh melawan arus globalisasi yang kuat.
Krisis identitas dan gangguan peran bukanlah akhir, melainkan peringatan mendesak tentang kebutuhan akan perubahan. Melalui pendidikan terpadu yang didukung oleh kerja sama erat antara sekolah, keluarga, dan masyarakat, Generasi Z tidak hanya akan berkembang menjadi individu yang cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki akar budaya yang kuat. Mereka akan tumbuh menjadi generasi yang terbuka pikiran, mampu menyaring informasi, dan mampu mempertahankan identitas nasional mereka di tengah kekacauan dunia global.
DAFTAR PUSTAKA
Astari, D. J., Banjarnahor, Y. Y., Sihite, L. M., & Batubara, A. (2024). Pendekatan Pendidikan Integratif dalam Menanggulangi Westernisasi pada Generasi Muda. Indonesian Culture and Religion Issues, 1(1), 1–9.
Zahra, F., & Wulandari, P. (2022). Disfungsi peran keluarga bagi generasi Z. Journal of Development and Social Change, 5(2), 16–26.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
