Avtar Gaza Al-Fajri, dari Korban Bullying Jadi Jawara Emas Tarung Derajat Jawa Barat
Olahraga | 2025-12-08 23:56:49
BANDUNG, – Nama Avtar Gaza Al-Fajri mungkin belum familiar di telinga banyak orang. Namun, bagi dunia olahraga pelajar Jawa Barat, siswa SMAN 1 Cileunyi ini adalah sosok inspiratif yang baru saja mencatatkan prestasi gemilang. Di usia 16 tahun, Avtar berhasil menyabet medali emas dalam Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA) Jawa Barat XIV cabang Tarung Derajat. Prestasi ini tidak datang dari bakat instan, melainkan buah dari perjalanan panjang mengubah luka menjadi kekuatan.
Awal Yang Penuh Luka: Dibully, Lalu Diperkuat
Duduk dengan sikap tenang di ruang tunggu sekolahnya, Avtar bercerita dengan jujur tentang titik awal perjalanannya. “Saya mulai berlatih Tarung Derajat sejak kelas 4 SD. Awalnya, saya sama sekali tidak tertarik dengan bela diri,” aku remaja yang kini duduk di kelas XI IPA itu.
Motivasi awalnya lahir dari sebuah episode pilu dalam hidupnya: ia menjadi korban perundungan (bullying). Melihat kondisi anaknya, sang ibu, dengan penuh kesadaran, mengambil keputusan untuk mendaftarkan Avtar ke sebuah klub Tarung Derajat. Bukan untuk membalas dendam, tetapi untuk membangun kepercayaan diri, disiplin, dan kemampuan melindungi diri. “Ibu saya yang memasukkan saya ke bela diri ini,” kenangnya. Dari situ, benih seorang juara mulai tumbuh dari tanah yang sempat tandus.
Disiplin Besi Di Balik Prestasi: Latihan 9 Kali Sehingga Tanpa Libur
Prestasi puncak selalu dibayar dengan harga mahal: pengorbanan dan disiplin yang luar biasa. Rutinitas Avtar menjelang POPDA bisa disebut ekstrem. “Latihan saya cukup intens, seminggu 9 kali,” tuturnya. Di hari sekolah, ia langsung berlatih setelah bel pulang, mulai pukul 15.00 hingga 19.00 WIB. Sabtu dan Minggu? Bukan waktu bersantai. “Di hari Sabtu Minggu saya latihan sehari dua kali. Tidak ada libur,” tegasnya dengan suara mantap.
Tantangan fisik di lapangan latihan ternyata belum seberapa dibandingkan dengan tantangan logistik. Setiap hari, ia harus menempuh perjalanan pulang-pergi sekitar satu jam dari Cileunyi ke Gelanggang Olahraga Jalak Harupat di Soreang. “Kendala terbesar selama persiapan adalah jarak dan niat,” aku Avtar. Rasa lelah dan kejenuhan sempat menghampiri, bahkan niat untuk mengecewakan diri yang pernah terlintas. “Namun, saya ingat alasan awal saya memulai ini: ingin menyenangkan semua orang terdekat saya,” ucapnya. Di sini, dukungan keluarga, terutama sosok ayah dan ibu, menjadi penyangga utama. “Mereka yang paling mendukung,” katanya penuh rasa terima kasih.
Detik-Detik Penentu: Mental Kuat Kunci Keemasan
Meski persiapan fisik sudah maksimal, gelanggang pertandingan selalu menyimpan kejutan dan tekanan mental yang dahsyat. Saat POPDA terakhir berlangsung, Avtar mengaku merasakan ketegangan yang sangat tinggi. “Sangat menegangkan. Saya bahkan merasa tidak puas dengan penampilan saya sendiri di atas ring,” ceritanya.
Lalu, apa yang membawa meraih kemenangan? Menurut Avtar, kuncinya terletak pada ketahanan psikologis. “Saat kami memiliki mental yang kuat dan tidak mudah menyerah, di situlah kemenangan bisa diraih,” ungkapnya, merumuskan pelajaran berharga dari pertarungan tersebut. Saat namanya disebut sebagai peraih medali emas, kebahagiaan yang meluap bercampur dengan kelegaan. “Alhamdulillah saya sangat bahagia karena target terpenuhi,” ujarnya. Kemenangan ini terasa lebih bermakna karena menjadi pembuktian setelah sebelumnya ia merasakan pahitnya kekalahan di event lain.
Melangkah Lebih Jauh: Dari Jawa Barat Ke Cita-Cita Nasional Dan Internasional
Medali emas POPDA bukanlah garis akhir, melainkan gerbang menuju cita-cita yang lebih tinggi. Avtar sudah menatap masa depan dengan jelas. “Dampaknya bagi saya, ini membuat semangat saya semakin membara untuk berkarir di level yang lebih tinggi,” tuturnya dengan mata berbinar. Ia tak ingin berhenti di tingkat daerah. “Target dan impian saya berikutnya adalah bermain di jenjang nasional, lalu internasional,” tegasnya penuh ambisi.
Prestasinya ini juga ia dedikasikan untuk sekolah yang membesarkannya, SMAN 1 Cileunyi. “Saya berharap, ini bisa menjadikan SMAN 1 Cileunyi dikenal sebagai sekolah yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga prestasi olahraganya,” harap Avtar.
Pesan Sang Juara: “Tidak Ada Yang Instan”
Kepada ribuan pelajar lain yang bercita-cita mengukir prestasi, Avtar Gaza Al-Fajri memberikan pesan yang sederhana namun berbobot, berdasarkan perjalanan hidupnya sendiri: “Percayalah, ini semua tidak instan. Teruslah berlatih, tetap semangat, dan jangan mudah menyerah.”
Kisah Avtar adalah bukti nyata bahwa olahraga bukan sekadar persoalan fisik. Ia adalah media untuk membentuk karakter, menempa mental, dan mengubah tantangan menjadi peluang. Dari seorang anak yang tersakiti, ia bangkit menjadi seorang pejuang sejati, tidak hanya di atas ring, tetapi juga dalam kehidupan. Namanya patut diingat: Avtar Gaza Al-Fajri, sang pembawa emas yang lahir dari api perjuangan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
