Kurang Tidur pada Remaja: Masalah Sepele yang Berdampak Besar
Eduaksi | 2025-12-08 21:40:47Bagi banyak remaja, begadang memang sering dianggap hal yang biasa. Tugas menumpuk, obrolan grup yang ramai hingga larut malam, atau keasyikan bermain ponsel membuat waktu tidur terasa tidak penting. Padahal, di balik kebiasaan itu, ada konsekuensi yang jauh lebih serius daripada sekadar mengantuk di pagi hari. Remaja sering merasa dirinya kuat meski tidur hanya beberapa jam. Namun, tubuh dan otak tidak bisa dibohongi. National Sleep Foundation menyebutkan bahwa remaja membutuhkan 8–10 jam tidur setiap malam. Kebutuhan ini bukan aturan kaku, tetapi bagian dari proses biologis tubuh untuk memulihkan energi dan mengatur fungsi otak. Ketika waktu tidur terus berkurang, dampaknya tidak muncul sekaligus, tetapi perlahan mengganggu performa, kesehatan, dan emosi.
Fenomena kurang tidur sebenarnya sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Cahaya biru gawai yang menekan rasa kantuk, tugas sekolah yang tidak ada habisnya, hingga jam masuk sekolah yang terlalu pagi membuat peluang untuk beristirahat semakin kecil. Banyak dari kita juga pasti pernah merasakan begadang “sebentar saja” tapi akhirnya malah terus terjaga hingga dini hari tanpa sadar. Hal-hal kecil seperti inilah yang sering membuat tidur semakin berantakan.
Dalam dunia pendidikan, kurang tidur memiliki dampak langsung. Remaja yang kurang istirahat cenderung kesulitan memahami materi dan lebih mudah lupa. Akhirnya, prestasi menurun bukan karena tidak mampu, melainkan karena otak bekerja dalam kondisi yang tidak optimal. Dalam jangka panjang, risiko kesehatannya juga meningkat, mulai dari penurunan kekebalan tubuh hingga potensi munculnya penyakit seperti obesitas dan masalah jantung.
Yang sering tidak disadari adalah dampak sosial dan emosionalnya. Banyak remaja mengaku suasana hatinya mudah berubah, lebih cepat cemas, bahkan tersinggung hanya karena kurang tidur. Kadang hubungan dengan teman atau keluarga jadi ikut terdampak, bukan karena masalah besar, tetapi karena tubuh dan pikiran sedang kelelahan. Meski begitu, memperbaiki pola tidur bukan hal yang mustahil. Membatasi penggunaan ponsel sebelum tidur, mengurangi konsumsi kafein, menjaga jadwal tidur yang konsisten, dan menciptakan suasana kamar yang nyaman bisa menjadi langkah sederhana yang memberikan perubahan besar. Mulailah dari hal kecil, misalnya mencoba tidur 15–30 menit lebih awal atau menaruh ponsel jauh dari jangkauan. Tindakan sederhana ini mungkin terlihat sepele, tetapi bisa membawa dampak besar jika dilakukan secara konsisten.
Pada akhirnya, tidur bukan hanya jeda dari aktivitas. Tidur adalah bentuk kepedulian terhadap diri sendiri. Kita sering merasa kuat dan mampu mengabaikan rasa lelah, padahal tubuh memiliki batasnya. Merawat diri dimulai dari hal-hal sederhana seperti memberi waktu istirahat yang cukup. Karena itu, penting bagi kita untuk mulai melihat tidur bukan sekadar pilihan, tetapi kebutuhan penting untuk menjaga kesehatan hari ini dan masa depan.
Sumber: Isnaningsih, T., & Sari, F. W. (2022). Hubungan perilaku dan frekuensi penggunaan gadget dengan kualitas tidur pada remaja. Formosa Journal of Science and Technology, 1(4), 205–216.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
