Tips Menghindari Bias Saat Mengkaji Kasus Hukum Viral
Edukasi | 2025-12-08 21:09:03Di era digital, isu hukum dapat berubah menjadi konsumsi publik hanya dalam hitungan menit. Sebuah potongan video berdurasi 15 detik mampu membentuk persepsi jutaan orang sebelum aparat penegak hukum sempat memberikan pernyataan resmi. Tidak jarang media dipenuhi opini emosional, spekulasi, hingga tekanan sosial yang perlahan membangun “versi kebenaran” versi warganet.
Masalahnya, ketika kasus hukum menjadi viral, analisis objektif sering dihiraukan. Orang cenderug percaya narasi yang memicu kemarahan dan provokatif daripada fakta hukum yang sesungguhnya. Di sinilah bias baik yang disadari maupun tidak membayangi cara kita melihat sebuah kasus.
Untuk itu, penting bagi kita sebagai masyarakat untuk mengerti hukum dan mengetahui bagaimana menjaga objektivitas saat menganalisis isu hukum viral. Berikut beberapa poin penting yang dapat digunakan untuk membantu menganalisis isu hukum yang sedang viral.
1. Jangan Terjebak pada Potongan Informasi Tunggal
Dalam kasus-kasus yang kerap terjadi di masyarakat, sering sekali terjadi potongan video yang diunggah di media sosial dengan narasi yang sering kali menggunakan "clickbait". Tidak hanya itu, terkadang video yang diunggah hanya video potongan saja yang tidak mengandung konteks yang jelas. Untuk itu kita perlu menahan diri untuk tidak langsung percaya dan tidak langsung membuat kesimpulan sebelum fakta yang lain muncul. Sering kali apa yang kita lihat pertama bukanlah asumsi yang benar.
2. Kenali Bias Emosional dalam Diri Sendiri
Ketika isu melibatkan anak, kelompok rentan, atau aparat penegak hukum, emosi sering kali muncul lebih dulu daripada analisis. Ini wajar, tetapi perlu disadari bahwa emosi yang tidak dikendalikan membuat kita akan cenderung mendukung pihak yang membuat kita bersimpati. Di setiap isu hukum yang sensitif selalu terdapat kronologi yang jelas, maka dari itu ketika membaca isu hukum yang membuat kita emosi, ada baiknya untuk menahan diri terlebih dahulu sebelum memberikan komentar atau menyusun analisis. Menahan diri terlebih dahulu mampu mengembalikkan pikiran menjadi netral.
3. Mengetahui Aturan Hukum dan Membatasi Spekulasi
Untuk menganalisis isu hukum viral secara objektif, kita perlu memahami aturan dan pasal yang relevan, bukan hanya melihat potongan peristiwa yang beredar. Mengetahui dasar hukum membantu kita menilai apakah suatu tindakan sesuai prosedur atau tidak, serta mencegah kita terjebak pada narasi emosional yang sering muncul di media sosial. Tidak ada yang salah dengan mengakui bahwa informasi yang tersedia belum lengkap. Justru lebih bijak untuk menunda penilaian daripada membangun opini berdasarkan dugaan. Sikap ini membantu menjaga diskusi tetap sehat dan menghindarkan kita dari kontribusi pada penyebaran informasi yang tidak akurat.
Di dunia yang serba cepat, kemampuan untuk berpikir jernih justru menjadi kualitas yang langka dan berharga. Ketika isu hukum viral datang silih berganti, tanggung jawab kita bukan hanya ikut bersuara, tetapi ikut menjaga agar analisis publik tetap sehat. Menghindari bias bukan berarti netral tanpa sikap, tetapi berusaha memisahkan antara apa yang kita rasakan dan apa yang benar-benar terjadi. Pada akhirnya, keadilan tidak bisa dibangun dari emosi kolektif, tetapi dari kemampuan kita memahami fakta secara utuh dan objektif.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
