Ketika Media Sosial Menguji Mental Kita: Peran Kesmas di Era Digital
Humaniora | 2025-12-08 15:33:10
Kita hidup di era serba cepat, di mana setiap hari dimulai dengan notifikasi dan informasi banjir. Media sosial yang awalnya menjadi hiburan, kini sering berubah menjadi ruang yang mendorong—membuat kita membandingkan diri, merasa kurang, atau justru merasa kesepian di tengah keramaian digital Tekanan kecil dari layar sering kali tak kita sadari: komentar negatif, standar kecantikan yang tidak realistis, hingga berita buruk yang terus bermunculan. Bila dibiarkan, semua itu dapat menggerogoti kesehatan mental. Berbagai penelitian juga menunjukkan bahwa konsumsi konten digital secara berlebihan dapat memicu kecemasan dan menurunkan kepercayaan diri, terutama pada remaja dan dewasa muda.
Di Indonesia, tantangan ini semakin besar karena literasi digital belum merata, sementara layanan konseling online belum dapat diakses oleh semua orang. Namun, di tengah badai informasi tersebut, Tenaga Kesehatan Masyarakat (Kesmas) hadir membawa harapan. Mereka berperan sebagai penghubung antara masyarakat dan teknologi—tidak hanya mengedukasi pertanyaan pola hidup sehat, tetapi juga membantu masyarakat menggunakan ruang digital dengan lebih bijak dan aman.
Tenaga Kesmas dapat menciptakan kampanye edukatif, membuka ruang diskusi, hingga membentuk support group dare sebagai wadah aman untuk berbagi tanpa rasa takut dihakimi. Di sekolah, mereka bisa mengajarkan siswa cara menghadapi tekanan media sosial. Di komunitas, mereka menjadi sosok yang mengajak masyarakat lebih peka terhadap isu kesehatan mental.
Teknologi pun bisa menjadi alat bantu. Pemanfaatan platform skrining awal misalnya yang menggunakan Beck Depression Inventory terbukti dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat. Jika diterapkan secara luas, deteksi dini bisa dilakukan lebih cepat.
Selain itu, tenaga Kesmas mendorong lahirnya kebijakan penting, seperti perlindungan data pribadi dan pengawasan konten digital yang berbahaya. Kebijakan ini memastikan ruang digital tetap aman, sehat, dan berpihak pada pengguna. Pada akhirnya, kesehatan mental adalah perjalanan kolektif. Kita membutuhkan edukasi, komunitas yang mendukung, layanan yang adaptif terhadap teknologi, serta kebijakan yang melindungi. Tenaga kesehatan masyarakat adalah bagian penting dari perjalanan tersebut. Di tengah derasnya arus digital, mereka mengingatkan kita bahwa satu hal tak boleh dilupakan: kesehatan mental sama pentingnya dengan koneksi internet yang cepat.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
