Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Khoirunnisa pm

Dilematik Muslimah pada Gempuran Perkembangan Zaman

Agama | 2025-12-08 11:10:40

Belakangan ini, ajang kedutaan mulai dari tingkat kampus hingga nasional menjadi wadah gemilang bagi wanita muda untuk menampilkan kemampuan, kecerdasan, dan kepercayaan diri mereka.

Hal ini tidak menjadi suatu yang salaah, sebab dibalik panggung dan tepuk riuh penonton tersimpan kerja keras, keberanian, dan harapan untuk berkembang. Banyak perempuan menjadikan panggung ini sebagai cara menemukan jati diri, memperluas relasi, atau sekadar pembuktian bahwa mereka mampu berdiri di tengah persaingan.

Namun di sisi lain, ada hal yang patut direnungkan. Ketika pencarian jati diri bergeser menjadi ajang untuk memperlombakan penampilan, kemudia larut dalam tuntutan performatif yang dipercepat oleh dunia maya. Semakin sering tampil, maka nilai ekspektasipun meningkat. Seakan identitas perempuan saat ini ditentukan dari seberapa kerap ia tampil, bukan seberapa kuat ia memahami nilainya sendiri.

Hingga muncullah sebuah pertanyaan, apakah “Marwah” perempuan masih berada pasa posisi yang semestinya?

“Marwah” buka hanya soal pakaian dan penampilan, melainkan sebuah kehormatan ketenangan, dan prinsip terjaganya seorang wanita. Allah berfirman dalam Surat An-Nur ayat 31:

...وَلَا يُبْدِيْنَ زِيْنَتَهُنَّ اِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا...

“ dan janganlah mereka menampakkan perhiasan (auratnya), kecuali yang terbiasa terlihat ” (QS.An-Nur: 31)

Ayat ini tidak serta merta melarang wanita untuk tampil di ruaang public, tetapi memberi pengingat bagaimana kehormatan diri dijaga. Kecantikan bukan hal yang patut diperjualkan pada dunia, namun ia adalah kemuliaan yang harus dijaga.

Akan tetapi saat ini banyak kita temuakan sebuah pergeseran. Pakaian yang semestinya disayri’atkan untuk menutupu tubuh kian menjadi pakaian ketat yang membentuk siluet dan menonjolkan sisi fisik. Bukan karena wanita yang tak mampu menjaga diri, namun karena panggung sering menuntut visual yang memikat, citra yang kompetitif dan standar kecantikan yang kadang tidak realistis.

Disinilah terjadi dilemma lembut namun nyata. Perempuan ingin berkembang, namun standar visual melonggarkan nilai syari’at. Padahal memuliakan diri tidak selalu berarti tampil di atas panggung. Akan tetapi menjaga marwah adalah bentuk jadi diri yang tidak kalah bermartabat.

Ajang kedutaan atau kompetisi tidak pernah salah, namun yang patut dipertanyakan ialah untuk siapa kita tampil? Untuk perkembangan diri atau memenuhi tuntutan dunia yang tak pernah henti?

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image