Tafsir Al-Baqarah 5457: Pelajaran Syukur dan Tobat bagi Umat
Agama | 2025-12-08 10:50:13Lembaga Pengembangan dan Studi Islam (LPSI) Universitas Ahmad Dahlan kembali menyelenggarakan Ngaji Tafsir At-Tanwir Seri 13 pada Jumat, 28 November 2025. Pada edisi ini, H. Aly Aulia, Lc., M.Hum., dari Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, membahas Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 54-57 dengan tema “Pengingkaran Bani Israil akan Nikmat Allah dan Akibatnya.”
Ustaz Aly Aulia menguraikan bahwa rangkaian ayat ini menghadirkan gambaran historis mengenai berbagai bentuk pengingkaran Bani Israil terhadap nikmat Allah. Ia menegaskan bahwa ayat-ayat tersebut tidak hanya berfungsi sebagai catatan sejarah, tetapi juga sebagai peringatan dan refleksi moral bagi umat Islam hari ini. “Ayat-ayat ini menunjukkan bagaimana Allah menegur Bani Israil karena menyelewengkan amanah dan melupakan nikmat yang telah dikaruniakan kepada mereka,” tuturnya.
Lebih jauh, beliau menjelaskan bahwa salah satu pesan utama dalam ayat-ayat tersebut adalah tentang urgensi bertaubat setelah melakukan kesalahan. Sebagaimana dikisahkan dalam ayat 54, ketika Bani Israil menyembah anak sapi, Musa memerintahkan kaumnya untuk bertobat dengan penuh kesungguhan. Ustaz Aly menyatakan, “Tobat yang diterima Allah selalu mensyaratkan kesadaran, keikhlasan, dan kemauan untuk berubah. Inilah nilai mendasar yang perlu kita renungkan,” jelasnya.
Pembahasan kemudian berlanjut pada ayat 55-56 yang menggambarkan bagaimana sebagian Bani Israil meminta melihat Allah secara langsung, sebuah tuntutan yang menunjukkan kurangnya keimanan mereka terhadap hal-hal gaib. Permintaan tersebut berujung pada azab berupa sambaran petir. “Peristiwa ini menjadi tanda bahwa sikap keras kepala dalam beriman justru akan menghilangkan esensi spiritualitas itu sendiri,” jelasnya. Namun, Allah kemudian membangkitkan mereka kembali agar menjadi kaum yang bersyukur.
Pada ayat 57, Ustaz Aly menekankan bagaimana Allah tetap mencurahkan nikmat-Nya meskipun Bani Israil berulang kali ingkar. Mereka diberi naungan awan dan manna serta salwa sebagai makanan. Namun, mereka tetap melanggar perintah Allah. “Inilah bentuk pengingkaran nikmat: ketika seseorang terus menerima karunia, tetapi tidak menggunakannya untuk ketaatan. Ayat ini memberikan pelajaran bahwa nikmat yang disia-siakan justru akan mendatangkan murka,” tegasnya.
Melalui kajian ini, Ustaz Aly Aulia mengajak jamaah untuk menjadikan kisah Bani Israil sebagai cermin moral. Ia menutup dengan pesan, “Kisah-kisah ini tidak untuk ditertawakan atau diremehkan, tetapi untuk direnungkan. Agar kita memahami bahwa syukur, taat, dan kesadaran diri adalah fondasi penting dalam beragama,” tutupnya. (Mawar)
uad.ac.id
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
