Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nashwa Mayrani Putri Kurniawan

Terseret Arus Digital, Fokus Tergerus: Menyelami Tiga Fenomena Digital Masa Kini

Edukasi | 2025-12-07 16:19:03

Saat ini kita hidup di dunia yang terhubung dengan maraknya informasi yang muncul tanpa henti. Dorongan arus yang begitu cepat membuat banyak orang merasa perlu untuk mengikuti perkembangan zaman agar tidak tertinggal oleh tren. Kebiasaan sederhana seperti membuka ponsel setelah bangun tidur atau menonton video singkat saat duduk di meja makan, tanpa kita sadari mulai menjadi bagian dari rutinitas sehari-hari. Tekanan yang disebabkan dari banyaknya tren membuat kita terus menatap layar ponsel meski otak dan tubuh kita sudah lelah. Dari sinilah muncul berbagai fenomena digital yang perlahan mulai memengaruhi cara kita merespons dunia sekitar.

Rasa Takut akan Tertinggal di Era Digital

FOMO (Fear of Missing Out) adalah perasaan cemas ketika seseorang merasa tertinggal dari pengalaman orang lain. Banyak orang terus memantau media sosial karena takut tertingggal tren terbaru. Rasa takut yang disebabkan dari fenomena ini membuat individu kerap membandingkan hidupnya dengan kehidupan orang lain yang terlihat lebih sempurna. Dampaknya, kepercayaan diri bisa berkurang dan muncul tekanan sosial yang tidak perlu. Pada akhirnya FOMO menjadi perilaku yang melelahkan secara emosional.

Konsumsi Berita Negatif Secara Berlebihan

Doomscrolling merupakan kebiasaan membaca berita buruk tanpa henti meski diri sudah lelah. Fenomena ini hadir karena terlalu banyak informasi yang muncul secara cepat dan tidak terbatas. Banyak yang tidak menyadari bahwa menghabiskan waktu lama untuk mengikuti perkembangan berita dapat membuat pikiran semakin berat. Kebiasaan buruk ini dapat meningkatkan kecemasan karena otak terus menurus menerima rangsangan negatif. Dampak buruk lain akibat doomscrolling adalah dapat menyebabkan seseorang sulit melepaskan diri dari ponsel meski tahu hal itu tidak sehat.

Fokus yang Semakin Mudah Terdistraksi

Attention Span Shortening adalah kondisi ketika seseorang sulit untuk fokus dalam waktu yang lama. Hal ini dipicu karena seringnya otak mencerna situasi secara cepat sehingga fungsi kerja otak menurun, seperti menonton video dengan durasi singkat dalam waktu yang lama. Contoh lain yang lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari adalah ketika seseorang kesulitan untuk membaca teks panjang atau melakukan aktivitas tanpa distraksi dari ponsel. Akibatnya, tugas yang membutuhkan waktu pengerjaan yang lama terasa berat dan membosankan. Kondisi ini tidak hanya mengganggu produktivitas, tetapi juga mengubah cara kita berpikir.

Keterkaitan FOMO, Doomscrolling, dan Attention Span Shortening Terhadap Individu

Ketiga fenomena ini saling berhubungan dan memperkuat satu sama lain seiring berkembangnya zaman. FOMO mendorong seseorang untuk terus membuka media sosial yang sering berujung pada doomscrolling. Doomscrolling akan membuat seseorang merasa lebih cepat lemah secara emosional sehingga memperpendek rentang perhatian. Ketika hal tersebut terjadi, seseorang akan semakin mudah terjerat perilaku impulsif seperti mengecek ponsel secara berkala. Siklus ini akan terus terjadi berulang kali jika tidak dikendalikan dengan baik.

Cara Mengurangi Dampak Negatif Ketiga Fenomena Sosial

Meskipun sulit, kita bisa mengurangi dampak ketiga masalah tersebut dengan langkah sederhana. Memiliki batasan waktu terhadap media sosial merupakan langkah awal yang baik. Membuat jam tertentu untuk melihat berita juga dapat menghindari doomscrolling. Selain itu, melatih fokus melalui membaca, menulis, dan melakukan aktivitas tanpa layar dapat memperkuat rentang perhatian. Jika dilakukan secara konsisten, perubahan kecil ini mampus merubah kualitas hidup menjadi lebih baik.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image