Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Lva Seventen Aw

Etika Kesehatan Digital: Saat Teknologi dan Kemanusiaan Bertemu

Info Terkini | 2025-12-07 08:49:40
Gambar Telemedicine Sumber: Universitas Airlangga

Perkembangan teknologi mengubah cara kita berinteraksi dengan dunia kesehatan. Konsultasi tidak lagi harus datang ke klinik, rekam medis kini dipindahkan ke server digital, dan kecerdasan buatan mulai membantu dokter membaca hasil pemeriksaan dalam hitungan detik. Semua ini membuat layanan medis terasa lebih cepat, mudah, dan efisien sehingga seolah-olah masa depan kesehatan ada di genggaman kita.

Namun di balik kemudahan itu, ada hal penting yang tidak dapat dilupakan yaitu etika. Data kesehatan adalah salah satu data paling sensitif yang dimiliki seseorang. Ketika informasi tersebut disimpan, dikirim, atau dijelaskan oleh sistem digital, risiko kebocoran dan diabaikan meningkat. Kasus peretasan data rumah sakit, cakupan rekam medis, dan ketidaksengajaan membocorkan kondisi pasien sudah beberapa kali terjadi serta biasanya langsung memicu keresahan masyarakat.

Selain isu privasi, kehadiran AI juga memunculkan pertanyaan baru. Bagaimana jika algoritma salah memprediksi? Bagaimana jika keputusan sistem bias karena datanya tidak lengkap atau tidak mewakili seluruh kelompok? AI memang canggih, namun tetap bukan manusia. AI hanya bekerja dari pola data. Oleh karena itu, penggunaan AI harus dilengkapi pengawasan manusia dan tidak boleh menjadi satu-satunya penentu keputusan medis.

Etika juga berbicara soal keadilan. Tidak semua orang memiliki akses yang sama terhadap teknologi. Masyarakat di daerah terpencil, lansia yang gagap digital, atau pasien dengan keterbatasan ekonomi bisa jadi tertinggal dalam sistem kesehatan yang semakin digital. Jika tidak diperhatikan, inovasi yang seharusnya membantu justru bisa memperlebar ketidakseimbangan layanan.

Di sini prinsip prinsip etika kesehatan memainkan peran penting yaitu menjaga privasi, melindungi keselamatan, memastikan izin pasien, dan menjamin akses yang adil. Teknologi dapat berkembang dengan cepat, tetapi hak dan martabat pasien tidak dapat dikorbankan.

Pada akhirnya, kesehatan digital dan AI bukanlah musuh, melainkan keduanya adalah peluang besar. Namun agar peluang itu benar-benar bermanfaat, inovasi harus dibarengi dengan etika. Teknologi bisa pintar, tapi kesehatan tetap membutuhkan sentuhan manusia.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image