Pentingnya Motivasi Belajar dalam Menentukan Arah Akademik Siswa
Eduaksi | 2025-12-05 20:29:39
Di media sosial sering kita melihat berbagai kisah pelajar Indonesia yang menorehkan prestasi membanggakan. Mulai dari tingkat kabupaten hingga ajang internasional. Menurut data Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas) Kemendikbud, per 8 Juli 2025 tercatat 226.334 siswa berprestasi dari jenjang SD hingga SMA. Angka ini menunjukkan bahwa potensi akademik generasi muda Indonesia sangat besar dan tersebar di berbagai daerah. Namun, di balik semua capaian itu, banyak pula muncul pertanyaan “Mengapa para siswa tersebut bisa mencapai prestasinya?” Pertanyaan yang terdengar sederhana, tetapi jawabannya sering memicu perdebatan apakah karena faktor eksternal seperti fasilitas sekolah, dukungan guru, dan lingkungan keluarga, atau karena faktor internal dari diri siswa sendiri? Padahal, ada satu jawaban yang paling tepat untuk menjelaskan hal tersebut, yakni motivasi belajar. Sesederhana dorongan dari dalam diri untuk memahami pelajaran, motivasi justru menjadi kompas yang mengarahkan siswa dalam perjalanan akademiknya.
Motivasi yang kuat membuat siswa lebih konsisten, tahan banting, dan mampu mengatur strategi belajar. Teori Self-Determination oleh Ryan & Deci (2020) menegaskan bahwa motivasi intrinsik mendorong keterlibatan belajar yang lebih mendalam dan berkelanjutan, sehingga dapat membantu siswa menetapkan tujuan jangka panjang yang lebih stabil. Senada dengan itu, Uno (2023) menegaskan bahwa motivasi belajar adalah kekuatan penggerak yang terdiri atas faktor internal dan eksternal, yang menentukan arah, intensitas, dan ketekunan siswa dalam belajar. Temuan ini diperkuat oleh penelitian Fernando, Andriani, dan Syam (2024) yang menunjukkan bahwa motivasi belajar memiliki pengaruh signifikan terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
Mereka yang termotivasi cenderung lebih fokus serta menunjukkan performa akademik yang lebih baik. Fenomena tersebut terlihat jelas dalam kehidupan sehari-hari di sekolah. Siswa yang “punya alasan” untuk belajar biasanya lebih berani mengeksplorasi apa yang sesuai dengan minat dan tujuan mereka. Mereka tidak hanya mengejar nilai semata, tetapi memikirkan ke mana pelajaran itu akan membawa mereka, jurusan apa yang cocok, keterampilan apa yang ingin mereka kuasai, hingga menetapkan tujuan jangka panjang yang ingin dicapai.
Sebaliknya, ketika motivasi belajar rendah, arah akademik siswa sering kabur. Mereka belajar hanya untuk menghindari hukuman, takut dimarahi guru, atau sekadar menjalankan kewajiban. Rahman (2022) bahkan menegaskan bahwa siswa dengan memiliki motivasi rendah cenderung tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, dan perhatiannya tidak tertuju pada pembelajaran. Pada akhirnya, hal tersebut membuat mereka mengalami kesulitan belajar. Tidak heran jika siswa dengan motivasi rendah sering merasa bingung menentukan jurusan, tidak yakin memilih kegiatan, atau mudah menyerah menghadapi tantangan akademik.
Lalu bagaimana membangun motivasi yang bisa mempengaruhi arah akademik? Kuncinya ada pada dua hal, yaitu rasa memiliki tujuan dan pengalaman belajar yang bermakna. Siswa perlu merasa bahwa apa yang mereka pelajari punya keterkaitan dengan kehidupan nyata. Di sinilah peran guru dan orang tua menjadi sangat krusial. Guru berperan sebagai pengarah dan pemberi pengalaman belajar yang bermakna, sebagaimana ditemukan Jainiyah et al. (2023) bahwa guru yang mampu menciptakan lingkungan belajar positif dan memberikan penguatan yang tepat dapat secara signifikan meningkatkan motivasi belajar siswa.
Sementara itu, orang tua berfungsi sebagai kunci motivator utama di rumah. Handayani (2025) menunjukkan bahwa keterlibatan orang tua adalah melalui pendampingan, pemberian dukungan emosional, serta penanaman disiplin belajar akan memiliki pengaruh langsung terhadap motivasi belajar anak. Semakin kuat dukungan dari lingkungan terdekat, semakin mudah motivasi tumbuh, semakin jelas pula arah akademik yang terbentuk.
Pada akhirnya, motivasi belajar tak hanya tentang rajin atau malas. Motivasi adalah fondasi bagaimana seorang siswa menata masa depannya. Jadi, penting ga sih motivasi belajar dalam menentukan arah akademik? Jawabannya bukan sekadar penting, tapi sangat menentukan arah kedepannya.
Daftar Pustaka
Kemdikbudristek. (2025). Data Siswa Berprestasi Indonesia per 8 Juli 2025. Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas).
Ryan, R. M., & Deci, E. L. (2020). Intrinsic and extrinsic motivation from a self-determination theory perspective: Definitions, theory, practices, and future directions. Contemporary educational psychology, 61, 101860.
Uno, H. B. (2023). Teori motivasi dan pengukurannya: Analisis di bidang pendidikan. Bumi Aksara.
Fernando, Y., Andriani, P., & Syam, H. (2024). Pentingnya motivasi belajar dalam meningkatkan hasil belajar siswa. ALFIHRIS: Jurnal Inspirasi Pendidikan, 2(3), 61-68.
Rahman, S. (2022, January). Pentingnya motivasi belajar dalam meningkatkan hasil belajar. In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dasar.
Jainiyah, J., Fahrudin, F., Ismiasih, I., & Ulfah, M. (2023). Peranan guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Jurnal Multidisiplin Indonesia, 2(6), 1304-1309.
Handayani, K. Y. (2025). Peran Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Al-Amin, 4(2), 804-814.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
