Profesionalisme dan Empati dalam Dunia Kedokteran Gigi
Hospitality | 2025-11-27 09:35:19
Di balik tindakan yang tampak sederhana seperti menambal gigi atau membersihkan karang gigi, terdapat serangkaian keputusan klinis yang harus diambil dengan presisi, kesabaran, dan komunikasi yang tepat. Profesi dokter gigi seringkali dipandang sebagai pekerjaan yang menuntut ketelitian dan kecerdasan tinggi, tetapi kenyataannya dunia kedokteran gigi jauh lebih luas dari sekadar kemampuan akademik.
Saat melakukan pengamatan langsung di suatu klinik, saya melihat bagaimana setiap tindakan yang diambil selalu diiringi dengan tanggung jawab besar terhadap kesehatan pasien. Seorang dokter gigi harus mampu mengambil keputusan dengan cepat dan tepat sesuai dengan kondisi gigi dan mulut masing-masing pasien secara menyeluruh. Tidak hanya itu, profesi ini juga memerlukan kemampuan untuk membangun kepercayaan pasien melalui interaksi dan komunikasi yang efektif. Di balik rutinitas tersebut, terlihat jelas bahwa profesi ini membutuhkan ketelitian, kesabaran, komitmen, serta kemampuan menghadapi berbagai karakter dan kondisi pasien.
Tantangan Akademik dan Transisi ke Dunia Praktik
Sebelum mendapatkan izin untuk melakukan praktik secara langsung pada pasien, seorang mahasiswa kedokteran gigi harus menjalani proses pendidikan yang cukup intensif. Mahasiswa harus menguasai aspek ilmiah, keterampilan klinis, serta mengikuti rangkaian ujian dan penyelesaian kasus saat koas. Selama menjalani masa klinik, mahasiswa sudah mulai mencari pasien dengan kondisi tertentu agar dapat dilakukan tindakan sebagai syarat kelulusan.
Namun, orientasi sedikit berubah ketika memasuki dunia praktik. Tidak ada lagi target kasus yang harus dipenuhi; sebaliknya, pasien datang dengan keluhan yang harus ditangani langsung. Dengan begitu, dokter dituntut untuk mengambil keputusan dengan cepat, menilai kondisi secara komprehensif, dan menentukan perawatan lanjutan yang sesuai. Transisi ini membutuhkan kematangan profesional, kepercayaan diri, serta kesiapan mental menghadapi keragaman kasus nyata.
Profesionalisme dalam Praktik Kedokteran Gigi
Melalui pengamatan kegiatan keseharian profesi kedokteran gigi yang telah saya lakukan, saya sadar bahwa profesi ini memiliki tanggung jawab besar yang tidak hanya bersifat klinis, tetapi juga etis. Dalam mengambil suatu tindakan profesional, diperlukan pertimbangan diagnosis, kenyamanan pasien, keselamatan prosedur, dan hasil jangka panjang. Aspek kerapian dan keestetikan juga memainkan peran yang tidak kalah penting, mengingat pengaruhnya terhadap penampilan secara keseluruhan. Komponen-komponen profesionalisme meliputi:
- Ketelitian dalam setiap tindakan, karena kesalahan kecil dapat berdampak besar.
- Konsistensi dalam memberikan pelayanan yang aman dan berkualitas.
- Tanggung jawab moral untuk menjunjung etika profesi.
- Komitmen untuk selalu belajar dan memperbarui ilmu dalam dunia medis.
Empati, Kesabaran, dan Pendekatan yang Humanis
Selain tantangan yang bersifat teknis, seorang dokter gigi sebaiknya mampu menghadapi pasien secara emosional. Tidak jarang pasien datang dengan rasa takut, kekhawatiran, atau minim pengetahuan tentang kesehatan gigi. Di sinilah sikap empati dan kesabaran menjadi sangat penting dan perlu diperhatikan.
Empati membantu dokter memahami sudut pandang pasien, seperti ketakutan, rasa sakit, maupun kebingungan yang mereka miliki. Dengan empati, dokter dapat memberikan penjelasan yang lebih menenangkan dan membuat pasien merasa dihargai.
Selain empati, kesabaran yang dimiliki seorang dokter juga tidak kalah penting, mengingat setiap pasien memiliki kebutuhan yang berbeda. Ada yang banyak bertanya, sensitif terhadap rasa sakit, hingga mudah panik. Kesabaran menjadi modal penting agar proses perawatan berjalan lancar tanpa membuat pasien merasa tertekan.
Terakhir, sikap sopan, tenang, dan ramah bukan hanya tentang etika, tetapi juga bagian penting dari pelayanan kesehatan. Pendekatan yang lebih humanis membuat pasien lebih kooperatif, lebih percaya, dan lebih nyaman menjalani perawatan.
Peran Komunikasi Terapeutik dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan
Salah satu bentuk komunikasi profesional untuk mendukung proses penyembuhan dan meningkatkan pemahaman pasien juga disebut dengan komunikasi terapeutik. Ini sangat umum dipraktekkan dalam pelayanan kesehatan, terutama saat terdapat tindakan dental yang menyebabkan munculnya rasa kekhawatiran dan ketidaknyamanan.
Beberapa fungsi komunikasi terapeutik dalam praktik kedokteran gigi:
- Memperbaiki pengalaman emosional pasien, terutama yang memiliki pengalaman buruk sebelumnya.
- Menjelaskan prosedur dengan bahasa sederhana agar pasien dapat memahami dengan penuh.
- Membantu mencapai kesepakatan bersama untuk mengambil tindakan yang efektif bagi pasien.
- Mencapai tingkat kesembuhan yang diharapkan.
Komunikasi yang baik tidak hanya meningkatkan kepercayaan, tetapi juga efektivitas tindakan klinis.
Profesi dokter gigi tidak dapat hanya mengandalkan keterampilan teknis saja, tetapi juga harus mampu menyeimbangkannya dengan empati, kesabaran, serta cara berinteraksi dan berkomunikasi yang baik guna menjalin hubungan yang profesional dengan pasien. Dengan menjunjung tinggi kompetensi klinis dan sensitivitas terhadap kebutuhan pasien, saya bercita-cita menjadi dokter gigi yang tidak hanya menyembuhkan keluhan fisik, tetapi juga dapat membangun kepercayaan serta meningkatkan pengalaman perawatan pasien secara keseluruhan.
Penulis meruapakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Airlangga.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
