Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image fadlilah salmaa

Apakah Anak Benar-Benar Aman Jika Media Sosial Dibatasi Berdasarkan Usia?

Teknologi | 2025-11-25 12:23:13

Dalam era digital saat ini, media sosial sangatlah penting untuk kehidupan sehari-hari kita, terutama generasi muda. Namun disini kita perlu meningkat kan kekhwatiran dan melihat dampak negatif apa yang dihasilkan oleh media sosial seperti cyberbullying, paparan konten berbahaya, dan risiko eksploitasi. Maka dari itu sekarang ini banyak negara dan platfrom seperti Instagram, Tiktok dan Facebook telah menerapkan batas usia minimum dan biasanya di umur 13 tahun untuk bisa mengakses atau medaftarkan akun. Jadi apakah langkah-langkah ini benar-benar aman untuk anak-anak?, disini saya berpendapat bahwa batasan usia adalah langkah yang positif, tetapi tidak akan menjamin keamanan anak secara menyeluruh. Dibutuhkannya pendekatan yang komprehensif, melibatkan Pendidikan, pengawasan orang tua, dan regulasi yang lebih ketat.

Manfaat Batasan Usia: Lapisan Perlindungan DasarBatasan usia bertujuan untuk mencegah anak yang dibawah umur dari mengakses Platfrom yang penuh dengan resiko. Menurut laporan dari UNICEF (2023), anak-anak yang usianya dibawah 13 tahun lebih rentan terhadap konten eksplisit, seperti konten kekerasan atau pun informasi yang dapat memicu perilaku-perilaku yang berbahaya. Platfrom seperti ByteDance dan Meta telah melaporkan bahwa fitur-fitur seperti algoritma rekomendasi dapat mengekspos pengguna muda pada konten yang sangat tidak sesuai, serta berkontribusi pada kesehatan mental.

Dengan itu memberi batasan usia untuk mengakses menciptakan perlindungan “lapisan pertama”, serta memkasa anak-anak untuk menunggu hingga usia yang lebih matang sebelum terjun ke dunia maya yang lebih kompleks.
Selain itu juga, regulasi seperti Children's Online Privacy Protection Act (COPPA) di Amerika Serikat mewajibkan Platfrom untuk memverifikasi usia pengguna, yang membantu untuk mengurangi resiko data pribadi anak jatuh ke tangan predator online. Studi dari Pew Research Center (2022) menunjukkan juga bahwa anak-anak yang terlindungi batasan ini cenderung memiliki pengalaman online yang lebih positif, dengan tingkat paparan mereka terhadap cyberbullying lebih rendah. Jadi, batasan usia ini membantu memberikan rasa aman yang dasar, tetapi ini bukan juga solusi ajaib.

Kelemahan Batasan Usia: Celah yang Mudah DilewatiNamun ternyata realitasnya, batasan usia ini sering kali mudah dihindari. Anak- anak yang cerdas, mereka bisa saja menggunakan tanggal lahir palsu atau juga menggunakan akun orang tua mereka untuk mendaftar. Laporan dari Common Sense Media (2023) menemukan sekitar 40% anak dibawah umur di AS masih mengakses media sosial melalui cara seperti ini. Berarti batasan usia tidak sepenuhnya efektif, anak-anak tetap saja terpapar resiko seperti grooming oleh orang asing atau algoritma yang mendorong mereka akan kecanduan.

Maka dari itu masalah utamanya, bukan hanya akses, melainkan kurangnya pendidikan digital. Orang tua sering kali tidak tahu cara mengawasi aktivitas online anak nya, serta sekolah juga kurang atau jarang untuk mengajarkan literasi media digital. Jadi tanpa pendidikan yang tepat, batasan usia ini bukan menyelesaikan masalah malah menunda masalah. Misalnya, di Indonesia, meskipun ada aturan dari Kementrian Komunikasi dan Informatika yang mengatur tentang pembatasan usia, kasus cyberbullying masih tinggi, seperti yang di laporkan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (2023).

Pendekatan Komprehensif: Solusi yang Lebih BaikUntuk membuat anak benar-benar aman, batasan usia harus juga dilengkapi langkah-langkah lain. Pertama, Platfrom perlu meningkatkan verifikasi usia yang lebih canggih, seperti menggunakan AI untuk mendekteksi akun palsu atau perlu meminta dokumen identitas. Kedua, Pendidikan digital harus menjadi prioritas di sekolah maupun di rumah. Orang tua perlu dilatih untuk memantau penggunaan gadget anak, seperti menggunakan aplikasi perental control.

Regulasi global juga sangat penting. Uni Eropa dengan Digital Services Act (DSA) telah menetapkan standar yang lebih ketat, termasuk Platfrom yang bertanggung jawab untuk melindungi anak. Jika Indonesia dan Negara lain menadopsi model serupa, maka kita bisa melihat penurunan resiko. Pada akhirnya, keamanan anak di media sosial bukan hanya tentang usia, melainkan tentang cara bagiamana kita bisa mendukung pertumbuhan yang sehat.

Jadi dalam pandangan saya, batasan usia Adalah awal yang baik akan tetapi tidak cukup hanya disitu saja. Kita perlu bertindak lebih jauh lagi agar dapat memastikan anak-anak tidak hanya aman secara teknis tetapi juga dapat bijak dalam menghadapi dunia digital nantinya. Jika tidak resikonya akan terus berkembang dan generasi mudah rentan terhadap bahaya digital yang lebih besar

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image