Akuakultur: Jurusan yang Masih Dianggap Remeh
Edukasi | 2025-11-23 21:41:09Saat banyak anak muda bersaing memilih kuliah di fakultas kedokteran, bisnis, atau teknik, ada satu jurusan yang sering diabaikan, seolah tidak penting: akuakultur.Banyak orang baru tahu istilah ini saat sedang mencari pilihan jurusan kuliah. Banyak pula yang langsung menganggap akuakultur hanya soal “membesarkan ikan di kolam”.
Padahal, ilmu yang dipelajari di jurusan ini jauh lebih luas dari sekadar memberi makan ikan.Ini adalah ilmu strategis yang berkaitan erat dengan ketahanan pangan di dunia.
Menurut laporan FAO 2020, “Akuakultur menyumbang lebih dari separuh produksi ikan yang dikonsumsi manusia di dunia.”Artinya, makanan laut yang kita makan hampir semua berasal dari budidaya, bukan dari laut. Bahkan, angka ini terus meningkat karena populasi ikan liar semakin menurun akibat penangkapan berlebih.
Dalam bukunya How to Avoid a Climate Disaster (2021), Bill Gates menegaskan bahwa “Seafood, terutama ikan budidaya, bisa menjadi salah satu solusi utama untuk makanan yang berkelanjutan.”Kalimat tersebut menunjukkan bahwa akuakultur bukan hanya soal produksi makanan, tetapi juga bagian dari solusi untuk perubahan iklim dan keberlanjutan.
Sayangnya, persepsi masyarakat masih sempit.Banyak orang mengira mahasiswa akuakultur hanya belajar cara membesarkan ikan. Padahal, kami belajar tentang bioteknologi perairan, rekayasa genetika ikan, pengendalian penyakit, nutrisi air, teknologi pertanian canggih, hingga sistem budidaya modern seperti RAS (Recirculating Aquaculture System) dan bioflok.
Industri akuakultur bukan industri kecil.Ia terhubung dengan perusahaan pakan global, industri ekspor, teknologi air, hingga startup bioteknologi. Di Indonesia, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP, 2023) menyatakan bahwa “Pertumbuhan akuakultur akan menjadi tulang punggung ketahanan pangan laut Indonesia.” Komoditas seperti udang vaname, rumput laut, dan lobster sudah menjadi primadona ekspor.
Lalu, mengapa jurusan ini masih kurang diminati?
Salah satu penyebabnya adalah minimnya pemahaman masyarakat tentang laut dan pangan laut.Padahal, Indonesia adalah negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia. Dalam World Aquaculture Conference 2021, Prof. Rokhmin Dahuri, tokoh perikanan nasional, mengatakan, “Jika dikelola dengan tepat, Indonesia bisa menjadi pusat akuakultur dunia.”
Kalimat itu bukan sekadar harapan.Ia adalah peluang besar yang harus dimulai dari kampus-kampus yang sekarang masih sepi peminat. Jurusan akuakultur membutuhkan generasi muda yang siap berinovasi, bukan hanya memelihara ikan, tetapi juga memikirkan bagaimana laut dan perairan bisa menjadi penopang kehidupan jangka panjang.
Akhirnya, akuakultur bukan hanya sekadar jurusan kuliah. Ini adalah bentuk tanggung jawab manusia untuk menjaga laut tetap lestari sekaligus menjadikannya sumber pangan yang adil dan bisa berkelanjutan bagi generasi yang akan datang.
Jadi, sebelum menganggap akuakultur sebagai jurusan “cadangan”, mungkin sudah saatnya kita melihat bahwa masa depan pangan justru tumbuh dari kolam, laut, dan laboratorium yang selama ini tidak kita perhatikan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
