Jual Beli dalam Islam: Ketika Keuntungan tak Lagi Soal Angka, Tapi Keberkahan
Agama | 2025-11-23 19:01:05
“Di balik setiap akad yang jujur, tersimpan doa agar rezeki tak hanya melimpah, tetapi juga penuh keberkahan.”
Hari ini, kita bisa membeli apa saja hanya dengan beberapa kali sentuh layar ponsel. Dari skincare, tiket konser, sampai barang impor, semuanya terasa begitu mudah. Tapi di balik kesibukan transaksi digital ini, ada satu nilai yang perlahan hilang dari kesadaran banyak orang yaitu keberkahan.
Kita hidup di zaman ketika ukuran kesuksesan sering dihitung dari grafik omzet, jumlah followers bisnis, atau seberapa besar angka yang masuk ke rekening. Namun Islam mengingatkan bahwa tidak semua yang terlihat “untung” itu benar-benar membawa kebaikan. Ada rezeki yang tampak besar, tapi tak pernah memberi ketenangan. Ada usaha yang maju, tetapi jauh dari keberkahan.
Justru di sinilah Islam memberikan perspektif berbeda bahwa berdagang bukan hanya aktivitas ekonomi, tetapi juga ibadah yang melibatkan hati, akhlak, dan integritas.
Jual Beli dalam Islam: Lebih dari Sekadar Tukar Barang
Dalam Islam, jual beli (al-bay’ / البيع) bukan hanya pertukaran barang dengan uang. Ia adalah akad yang menuntut kerelaan, kejujuran, dan keadilan. Karena itu, Allah menegaskan:
وَأَحَلَّ ٱللَّهُ ٱلْبَيْعَ وَحَرَّمَ ٱلرِّبَوٰا
“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (QS. Al-Baqarah: 275)
Ayat ini menjadi garis pembeda antara transaksi yang halal dan yang merusak. Islam ingin memastikan bahwa setiap transaksi bebas dari riba, gharar (ketidakjelasan), dan maysir (spekulasi). Sebab transaksi yang kotor akan memberi keuntungan sesaat, tetapi merampas keberkahan jangka panjang.
Fleksibel, Modern, Tetap Syariah
Ekonomi syariah bukan sesuatu yang kaku. Justru, Islam menyediakan berbagai bentuk akad yang relevan dengan kebutuhan zaman.
• Salam yaitu pembayaran di muka untuk barang yang diserahkan di kemudian hari, sangat cocok untuk membantu petani dan produsen kecil.
• Istishna’ yaitu akad pemesanan, misalnya pembangunan rumah atau pembuatan barang tertentu.
• Murabahah yaitu akad paling populer di bank syariah, karena prinsipnya transparan: modal dan margin harus disebutkan secara jujur.
Semua akad ini membuktikan bahwa Islam tidak menolak perkembangan ekonomi, selama nilai integritas tetap dijaga.
Rasulullah ﷺ: Pedagang yang Menjual Kejujuran
Jauh sebelum menjadi nabi, Rasulullah ﷺ adalah seorang pedagang yang dikenal dengan gelar Al-Amin yang dapat dipercaya. Reputasinya bukan dibangun dari promo, branding, atau strategi marketing, tetapi dari kejujuran dan keteguhan moral.
Beliau bersabda:
التَّاجِرُ الصَّدُوقُ الْأَمِينُ مَعَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ
“Pedagang yang jujur dan amanah akan bersama para nabi, orang-orang yang benar, dan para syuhada.” (HR. Tirmidzi No. 1209)
Bayangkan profesi pedagang, jika dilakukan dengan benar, bisa mengangkat seseorang ke derajat para Nabi dan syuhada. Ini menunjukkan betapa tinggi nilai jual beli dalam Islam.
Keuntungan Bukan Sekadar Besar, Tapi Bersih
Banyak orang mengejar angka besar omzet, cepat balik modal, margin tinggi. Namun ketika Islam berbicara tentang rezeki, fokusnya bukan seberapa banyak yang masuk, tetapi seberapa halal dan diberkahi.
Keberkahan adalah sesuatu yang tidak dapat dilihat mata, tetapi dapat dirasakan:
• usaha kecil tapi selalu cukup,
• pelanggan sedikit tetapi setia,
• bisnis sederhana tetapi tenang tanpa tipu-tipu,
• hidup terasa lapang meski tidak bergelimang harta.
Sebaliknya, harta yang didapat dengan cara curang meski banyak justru sering membawa masalah, kecemasan, bahkan keretakan dalam hidup.
Mengapa Generasi Muda Perlu Paham Ini?
Karena kita sedang hidup di era kompetisi. Semua bergerak cepat, semua berpacu. Tanpa sadar, banyak orang tergoda mengambil jalan pintas: manipulasi harga, tipu-tipu online shop, menjual barang cacat tanpa jujur, hingga mempraktikkan riba tanpa rasa bersalah.
Padahal, Islam menawarkan jalan yang lebih bermartabat mencari keuntungan yang bukan hanya halal, tetapi juga membawa ketenangan batin.
Pada akhirnya, jual beli dalam Islam bukan hanya tentang kemampuan berdagang, tetapi tentang kemampuan menjaga diri dari kezaliman.
Seperti kata para ulama:
“Bukan banyaknya harta yang membuat hidup lapang, tetapi keberkahan yang berada di dalamnya.”
Jika hari ini kita kembali menata cara bertransaksi jujur, adil, transparan, dan menjauhi segala bentuk kecurangan maka rezeki yang datang bukan hanya membawa keuntungan, tetapi juga membawa cahaya keberkahan.
Dan bukankah itu yang sebenarnya kita cari?
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
