Dari Manual ke Digital: Revolusi Sunyi yang Menentukan Keselamatan Pasien
Pendidikan dan Literasi | 2025-11-21 19:42:12
Dibalik adanya diagnosis dari seorang dokter, terdapat peran ahli laboratorium medik yang bekerja dalam diam dibalik itu semua. Banyak orang mungkin tidak memperhatikan, tetapi sudah sekitar 70% keputusan klinis itu dalam dunia medis bergantung pada hasil pemeriksaan laboratorium medis (Supardan et al. , 2021). Yang artinya, kualitas kesehatan seseorang sering kali ditentukan oleh proses yang terjadi di laboratorium medik. Di ruang-ruang inilah sebuah revolusi sunyi telah terjadi, yaitu pergeseran dari metode manual menuju sistem digital dan otomatis.
Selama bertahun-tahun para analis laboratorium bekerja dengan metode manual yang menuntut ketelitian ekstrem. Kelelahan, tekanan kerja, atau sekadar perbedaan kecil dalam volume reagen saja dapat mempengaruhi kualitas hasil. Ketergantungan pada metode manual ini dapat membuat risiko human eror menjadi bagian dari keseharian pada tenaga kerja. Akan tetapi, kini laboratorium mengalami perubahan mendasar. Alat otomatis dan digital yang bukan hanya sekedar menawarkan kemudahan saja, tetapi memberikan standar keselamatan yang baru bagi pasien. Menurut Lippi dkk. (2017), penggunaan sistem otomatis pada tahap pra-analitik terbukti sangat membantu. Dari berbagai penelitian yang rangkum mereka menunjukkan bahwa otomatisasi mampu mengurangi banyak kesalahan, bahkan bisa mencapai sekitar 70-80% pada proses seperti pelabelan, penanganan, dan pengiriman sampel. Transformasi ini jarang dilakukan bahkan kinerja laboratorium ini dianggap hanya urusan teknis, padahal mereka adalah penjaga di garda belakang untuk menjaga keselamatan pasien. Dengan adanya teknologi yang lebih maju ini, bukan berarti hanya hadir untuk menggantikan peran manusia. Tetapi justru sebaliknya, yaitu sebagai pengaman jaringan untuk menutup celah yang tidak dapat diselesaikan oleh manusia sendirian. Sistem digital ini membantu Para laboran untuk mendeteksi pola kelainan pada sampel, memvalidasi hasil dengan lebih konsisten, dan mempercepat proses analisis .
Namun terdapat kejanggalan bahwasannya digitalisasi laboratorium juga menyentuh isu yang jauh lebih besar, yaitu pemerataan layanan kesehatan. Dengan maksud, Indonesia adalah negara kepulauan dengan tantangan logistik yang rumit dan masih banyak daerah terpencil yang kekurangan tenaga analis maupun fasilitas laboratorium yang memadai. Jika kita hanya mengandalkan metode manual yaitu lebih dominan tenaga manusia saja, ketimpangan ini tidak akan terkejar. Di sinilah digitalisasi membuka jalan baru. Sistem otomatisasi juga membawa dampak positif bagi tenaga analis laboratorium. Dengan menggantikan manusia, teknologi meringankan beban manual kerja yang berulang, sehingga tenaga analis mampu fokus pada validasi hasil, interpretasi, peningkatan kualitas, serta komunikasi yang lebih intens dengan tenaga medis lainnya.
Mungkin revolusi ini terasa sunyi, tidak ada sorotan saat sistem otomatis mendeteksi kelainan lebih cepat atau ketika slide digital diperiksa pakar dari jauh. Tidak ada berita ketika otomatis menurunkan kesalahan kerja. Namun perubahan ini nyata dan sangat bermanfaat untuk menyelamatkan nyawa, mempercepat terapi, dan meningkatkan layanan saling. Dalam upaya memperkuat sistem kesehatan di Indonesia, laboratorium modernsasi seharusnya tidak lagi dianggap sekadar urusan teknis saja, melainkan sebagai fondasi keselamatan pasien. Pertanyaannya bukan lagi apakah laboratorium digitalisasi diperlukan, tetapi seberapa serius kita menetapkan prioritas nasional. Transformasi ini memang tenang, namun dampaknya sangat besar.
Daftar pustaka
Lippi, G, Chance, J, Church, S, Dazzi, P. (2011). Peningkatan kualitas praanalitik: Dari mimpi menjadi kenyataan. Kimia Klinik dan Kedokteran Laboratorium. 49(7). Hal. 1113-1126.
Supardan, AD, Aryani, D, Amin, Y, Yuliawuri, H. Dkk. (2021). Pengetahuan Dasar Laboratorium Medik. Eureka Media Aksara : CV. Eureka Media Aksara.
Organisasi Kesehatan Dunia. (2017). Tinjauan Sistem Kesehatan Indonesia . Sistem Kesehatan dalam Transisi, 7(1). New Delhi: Kantor Regional WHO untuk Asia Tenggara.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
