Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Lalala 2005

Latar Belakang Nasab KH Ahmad Dahlan

Agama | 2025-11-19 17:20:05

Pendidikan memiliki peranan yang sangat signifikan dalam kehidupan individu, karena pendidikan dapat dimanfaatkan untuk mencapai sasaran yang diinginkan Pendidikan berfungsi sebagai persiapan untuk menghadapi kehidupan di dunia. Terutama dalam konteks pendidikan moral, sebab moralitas menjadi ukuran bagi seseorang dalam berperilaku dan bertindak dalam interaksi dengan masyarakat. Kualitas moral yang positif pada individu tidak muncul begitu saja, melainkan harus ditanamkan dan diajarkan sejak masa kanak-kanak.

Pendidikan Islam merupakan sebuah area studi yang menarik, tidak hanya memiliki karakteristik unik tetapi juga dipenuhi dengan gagasan-gagasan berkualitas jika dilihat dari sudut pandang pendidikan modern. Dalam konteks pemikiran pendidikan Islam, terdapat banyak tokoh besar yang memiliki ide-ide cerdas dan inovatif bagi pendidikan, khususnya di Indonesia. KH Ahmad Dahlan merupakan sosok yang memiliki peranan penting dalam pembentukan Muhammadiyah. dengan tujuan menyebarkan ajaran-ajaran Allah dan membimbing masyarakat ke jalan hidup yang benar sesuai dengan ajaran agama yang sahih

Konsep pemikiran KH Ahmad Dahlan terkait pendidikan Islam memiliki nilai penting bagi umat Islam, terutama di Indonesia. Ide-idenya mengenai pendidikan yang modern, kesempatan belajar untuk perempuan, dan pendidikan demi kemajuan umat Islam tetap relevan dan tidak tertinggal oleh perkembangan zaman. Sebagai bagian dari komunitas Muslim, penting untuk memahami dan menerapkan pandangannya dalam rangka membangun peradaban Islam yang lebih baik. KH Ahmad Dahlan adalah pendiri Muhammadiyah yang memiliki pandangan progresif tentang pendidikan Islam. Pemikirannya berakar dari keyakinan bahwa pendidikan merupakan faktor utama untuk kemajuan umat Islam

KH Ahmad Dahlan dilahirkan pada tahun 1868 di Yogyakarta dengan nama Muhammad Darwis. Ayahnya adalah seorang Kyai bernama Haji Abu Bakar bin Kyai Sulaiman. Ibunya adalah Siti Aminah Binti Kyai Haji Ibrahim, yang merupakan seorang penghulu terkemuka di Yogyakarta. Namun, ada sumber lain yang menyatakan bahwa Ahmad Dahlan lahir pada tahun 1869. Ia berasal dari keluarga keturunan kyai dalam lingkungan Islam yang sangat kental, dan dibesarkan di Yogyakarta, tepatnya di daerah Kauman.

KH. Ahmad Dahlan adalah anak keempat dari tujuh bersaudara yang lahir dari pasangan KH. Abu Bakar dan Siti Aminah. Sebelum dikenal sebagai Ahmad Dahlan, beliau diberi nama Muhammad Darwisy. Sebagai anak keempat, ia memiliki lima saudara perempuan dan satu saudara laki-laki.

KH. Ahmad Dahlan dilahirkan dan dibesarkan dalam suasana yang sangat religius, sehingga tidak mengherankan jika pengaruh orang tua dan lingkungan sekitarnya sangat membentuk karakternya dan menjadikannya seorang Muslim yang taat. Ayahnya, Kiai Haji Abu bakar bin Kiai Haji Muhammad Sulaiman, adalah seorang cendekiawan dan khatib terkenal di Masjid Besar Kesultanan Yogyakarta. Meskipun hanya menjabat sebagai pegawai keraton dalam kapasitas sebagai pejabat agama, beliau dihormati di kalangan masyarakat. Ibunya, Siti Aminah, adalah putri dari KH. Ibrahim yang juga seorang penghulu serta abdi dalem di Kesultanan Yogyakarta. Salah satu kakeknya, yakni ayah dari KH. Abu Bakar, bahkan mendapatkan gelar Mas, yang merupakan gelar untuk kalangan priyayi, yaitu Kijai Mas Sulaiman KH Ahmad Dahlan mendapatkan pendidikan agama pertama kali dari sang ayah.

Perdalam pemahaman agama, dia menuntut ilmu fiqh kepada Kyai Haji Muhammad Saleh dan belajar ilmu nahwu dari Kyai Haji Muchsin, yang kebetulan juga merupakan saudara iparnya. Selain itu, dia juga mempelajari berbagai ilmu lainnya dari guru-guru seperti para kiyai lokal dan syaikh di Tanah Suci, seperti Kyai Haji Abdul Hamid dari Lempuyangan serta Kyai Haji Muhammad Nur. Dia mempelajari ilmu falak dengan Kyai Raden Haji Dahlan (anak dari Kyai Pesantren Tremas, Pacitan), ilmu Hadis dengan Kyai Mahfudh dan Syaikh Khayyat, serta ilmu qiraah Al-Quran dari Syaikh Amien dan Sayyid Bakri Syatha. Selain itu, dia juga menimba ilmu mengenai racun binatang dari Syaikh Hasan. Beberapa pengajarnya lainnya adalah Raden Ngabehi Sosrosugondo, Raden Wedana Dwijosewoyo, dan Syaikh Muhammad Jamil Jambek yang berasal dari Bukittinggi.

Masa kecil KH. Ahmad Dahlan tidak pernah mendapat Pendidikan formal karena pada saat itu banyak orang islam yang melarang anak-anaknya untuk sekolah. Ketika KH. Ahmad Dahlan remaja mulai belajar dan membaca buku tentang islam dari kedua kakak iparnya beliau juga berguru kepada KH.Nur dan KH. Abdul Hamid dalam berbagai ilmu. Pada saat beranjak dewasa KH. Ahmad Dahlan berangkat ke mekkah untuk ibadah haji kesempatan ini digunakan untuk menuntut ilmu agama di mekkah berguru kepada Imam Syafi’I Sayyid Bakir Syantha. Selama di Mekkah ia mendalami ilmu fiqih dan ilmu hadis.

Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke Mekkah dan menetap selama kurang lebih dua tahun. Saat perjalanan keduanya ke Mekkah, KH Ahmad Dahlan banyak berinteraksi dengan para ulama ternama. Dalam waktu itu, ia juga terlibat dengan ide-ide para pembaharu di dunia Islam. Seperti pemikiran Ibnu Taimiyah, Rasyid Ridha, Muhammad Abduh, dan Jamaluddin al-Afghani. Pemikiran para tokoh tersebut memberikan dampak yang signifikan kepada Ahmad Dahlan. Ide dan semangatnya mendorong untuk melakukan perubahan yang kemudian muncul dalam bentuk Muhammadiyah, dengan tujuan memperbarui pemahaman agama di kalangan umat Islam di Indonesia yang saat itu masih cenderung ortodoks. Tanpa mengabaikan pemikiran para intelektual Islam tersebut, dapat dikatakan bahwa gagasan Ahmad Dahlan mengenai pendidikan Islam merupakan langkah awal kebangkitan pendidikan Islam di Indonesia.

Namun KH. Ahmad Dahlan lebih tertarik untuk mendalami tentang pembaharuan Islam kemudian ia kembangkan di Indonesia. Saat pulang kampung KH. Ahmad Dahlan memiliki pemikiran maju tentang pembaharuan Islam kemudian ia sampaikan di Masyarakat walaupun tidak semua Masyarakat bisa menerima pemikiran KH. Ahmad Dahlan yang maju. Ide pembaharuan KH. Ahmad Dahlan tentang arah kiblat dengan menggarisi lantai Masjid Agung Kesultanan dengan kemiringan 24 ½ derajat ke utara. Namun banyak yang menentang pemikiran itu tidak mudah KH. Ahmad Dahlan untuk menyampaikan ide pembaharuan kepada Masyarakat. Pembaharuan lainnya yang dilakukan oleh KH. Ahmad Dahlan dalam bidang Pendidikan yaitu dengan penggabungan antara ilmu agama dan ilmu umum.

KH Ahmad Dahlan adalah seorang tokoh nasional yang memiliki peranan signifikan dalam perjuangan bangsa. Dalam usahanya, ia tidak membedakan antara pemeluk agama, karena semua orang berhak mendapatkan bantuan. Ia percaya bahwa bekerja sama dengan orang yang bukan Muslim tidak menjadi masalah selama hal itu memberikan manfaat bagi banyak orang. KH Ahmad Dahlan juga berpendapat bahwa pendidikan tidak hanya terbatas pada sekolah, tetapi juga meliputi pengalaman hidup sebagai guru dan murid. Sesuai pepatahnya yang terkenal, “Jadilah Guru Sekaligus Murid. ” Setiap individu perlu berperan sebagai guru dengan membagikan pengetahuan yang dimiliki dan sebagai murid dengan memanfaatkan waktu hidupnya untuk belajar.

Pendidikan Islam selalu menjadi topik yang menarik tidak hanya karena keunikan yang dimilikinya, tetapi juga karena kaya akan konsep-konsep yang tidak kalah berkualitas jika dibandingkan dengan pendidikan modern. Dalam konteks pemikiran pendidikan Islam, kita dapat menemukan tokoh-tokoh besar dengan gagasan yang cerdas dan kreatif yang memberikan inspirasi dan kontribusi besar bagi perkembangan pendidikan Islam di Indonesia.

KH Ahmad Dahlan mendirikan sekolah Tujuan dari pendidikan menurut KH. Ahmad Dahlan adalah untuk menciptakan individu yang mempunyai pemahaman yang komprehensif dalam aspek agama, bersikap terbuka dengan memperhatikan pengetahuan umum, serta siap untuk berjuang dan mengabdi kepada Muhammadiyah dalam mengimplementasikan nilai-nilai keagamaan untuk masyarakat. Definisi tujuan pendidikan ini menunjukkan adanya inovasi terhadap tujuan pendidikan pesantren yang hanya menekankan pada pembentukan individu yang saleh dan pengajaran ilmu agama saja.

Menurut pendapatnya, pendidikan Islam adalah upaya untuk meningkatkan kualitas hidup, kebebasan berinovasi, moralitas yang baik, serta tanggung jawab terhadap kesejahteraan diri sendiri, masyarakat, dan umat manusia, serta keyakinan akan tauhid. Ada beberapa prinsip pendidikan yang perlu ditegaskan menurut pandangan KH Ahmad Dahlan:

1 Pendidikan akhlak, seorang Muslim diwajibkan untuk menjadi pribadi yang bersemangat dalam belajar dan berjuang demi berbagai hal positif yang berlandaskan pada Al-Qur’an dan Sunnah.

2 Pendidikan individu, Selain diharuskan memiliki perilaku yang baik, seorang Muslim juga harus memiliki keunggulan di dalam dirinya yang akan dimanfaatkan untuk kebaikan dalam kehidupannya. Ini bertujuan untuk mengembangkan kesadaran individu yang utuh yang berkesinambungan antara perkembangan mental dan ide, antara keyakinan dan intelektual, serta antara kehidupan dunia dan akhirat.

3 Pendidikan kemasyarakatan, yang berfungsi untuk menumbuhkan keinginan dan sikap hidup sosial. Pendidikan jenis ini berupaya menumbuhkan rasa kemanusiaan dan kepedulian antara setiap Muslim dan lingkungannya. Seorang Muslim yang berpengetahuan tidak akan menyimpan ilmu dan wawasan yang dimiliki hanya untuk dirinya sendiri.

Kontribusi KH Ahmad Dahlan dalam dunia pendidikan telah berhasil mengubah sistem pendidikan Islam yang dulunya bersifat tradisional menjadi lebih modern, dan lembaga-lembaga pendidikan yang didirikannya terus berkembang pesat hingga saat ini. Dapat dikatakan bahwa KH Ahmad Dahlan adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah pendidikan Islam di Indonesia. Bersama Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan mendirikan organisasi kepanduan pertama di tanah air, yang dikenal sebagai Hizbul Wathon. Inisiatif pembentukan Hizbul Wathon muncul dari pemikiran KH Ahmad Dahlan yang terinspirasi setelah menyaksikan pertunjukan kepanduan di Kraton Mangkunegara Solo yang disebut Javansche Padvinders Organisatie. Nama Hizbul Wathon diambil sebagai pengganti dari Padvinders Muhammadiyah, atas saran dari KRH Hadjid. Organisasi kepanduan ini menjadi ciri khas dalam lembaga pendidikan Muhammadiyah.

Selama hidupnya, KH Ahmad Dahlan pernah berperan sebagai pengajar agama di desa tempat tinggalnya. Pada siang hari, ia mengajar anak-anak yang menjadi murid dari ayahnya dan pada sore hari di Musholla. Ia selalu menggantikan ayahnya jika ayahnya tidak bisa hadir. Selain itu, ia juga mengajar di sekolah negeri untuk calon guru, seperti di Kweekschool di Jetis Yogyakarta dan Opleiding School voor Inlandsche Ambtenaren (OSVIA, sekolah untuk pegawai pribumi) di Magelang. Salah satu langkah pembaruan yang dilakukan dalam bidang pendidikan adalah dengan upayanya untuk memajukan pendidikan Islam, KH Ahmad Dahlan mendirikan Sekolah Ibtida’iyah Diniyah Islamiyah.

Pendidikan Integralistik: Konsep pendidikan integralistik yang diperkenalkan oleh Ahmad Dahlan menekankan perpaduan antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum menjadi satu kesatuan. Tujuan utama dari pendekatan ini adalah untuk menciptakan individu yang tidak hanya memiliki pemahaman agama yang mendalam tetapi juga pengetahuan umum yang luas Peran Muhammadiyah dalam Pengembangan Pendidikan: Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah sebagai sarana untuk mewujudkan visi dan misinya di bidang pendidikan. Melalui Muhammadiyah, ia berhasil menjalankan berbagai lembaga pendidikan dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Kerjasama dengan Pemerintah Belanda: Ahmad Dahlan mengambil pendekatan kooperatif dengan pemerintah Belanda terkait pendidikan. Kerja sama ini membawa manfaat bagi kedua pihak dan memfasilitasi keterlibatan Ahmad Dahlan dalam lingkup pendidikan yang dikelola oleh para misionaris.

Relevansi pemikiran Ahmad Dahlan dengan pembelajaran abad ke-21 juga sangat jelas. Prinsip pembelajaran yang berfokus pada siswa, peningkatan pemikiran kritis, pendidikan yang menyeluruh, serta nilai kerja sama dan penyesuaian terhadap perubahan zaman merupakan manifestasi nyata dari gagasannya. Dengan begitu, pemikiran KH. Ahmad Dahlan tidak hanya memiliki nilai sejarah, tetapi juga memberikan landasan konseptual untuk pengembangan pendidikan Islam modern yang mampu menghadapi tantangan global.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image