Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rizky Kusuma

Gizi Buruk dan Stunting: Upaya Pencegahan di Lingkungan Keluarga

Info Sehat | 2025-11-19 16:59:30
JawaPos.com

Gizi buruk dan stunting masih menjadi tantangan kesehatan yang sering ditemukan di Indonesia, khususnya pada anak-anak usia awal. Masalah ini tidak hanya menghambat pertumbuhan tubuh, tetapi juga berdampak pada perkembangan kognitif, kemampuan belajar, dan daya tahan tubuh. Rendahnya pengetahuan orang tua tentang kebutuhan gizi, kebiasaan makan yang kurang seimbang, serta kondisi lingkungan yang tidak bersih menjadi faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya stunting.

Peran keluarga sangat menentukan dalam mencegah masalah ini sejak dini. Dengan memberikan asupan gizi yang cukup, menerapkan kebiasaan hidup sehat, dan melakukan pemantauan rutin terhadap pertumbuhan anak, risiko stunting dapat diminimalisir. Kesadaran orang tua serta tindakan sederhana yang dilakukan secara berkelanjutan dapat menjadikan keluarga sebagai garda terdepan dalam mewujudkan generasi yang lebih sehat dan memiliki kualitas hidup yang lebih baik.

Hal ini bertujuan memberikan pemahaman mendalam mengenai urgensi peran keluarga dalam mencegah stunting dan gizi buruk, dengan menjelaskan penyebab, dampak, serta menyajikan panduan praktis bagi orang tua (mencakup gizi, kebersihan, dan pemantauan tumbuh kembang) untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mewujudkan generasi yang sehat dan berkualitas.

Menurut Kemenkes Indonesia , masalah stunting di Indonesia pada tahun 2025 masih menjadi perhatian utama meskipun prevalensi nasional berhasil turun menjadi 19,8% pada tahun 2024. Tantangan utama adalah ketidakmampuan antar daerah, masalah gizi kronis seperti anemia pada ibu hamil dan remaja putri, serta masalah gizi lainnya seperti underweight (berat badan kurang) dan wasting (kurus).

APA ITU STUNTING?

Stunting adalah kegagalan tumbuh pada anak di bawah usia lima tahun akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan tinggi badan yang lebih rendah dari standar seusianya. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menjelaskan stunting bukan hanya masalah fisik, tetapi juga mempengaruhi perkembangan kognitif dan dapat menimbulkan dampak jangka panjang seperti peningkatan risiko penyakit di masa tua.

PENYEBAB STUNTING?

Stunting terkait dengan banyak penyebab, antara lain asupan gizi ibu dan anak, status kesehatan balita, ketahanan pangan, lingkungan sosial dan kesehatan, lingkungan pemukiman, kemiskinan, dan lain-lain (UNICEF, 2013; WHO, 2013). Kekurangan gizi dalam waktu lama itu terjadi sejak janin dalam kandungan sampai awal kehidupan anak (1000 Hari Pertama Kelahiran). Penyebabnya karena rendahnya asupan vitamin dan mineral, dan buruknya keragaman pangan dan sumber protein hewani. Faktor ibu dan pola asuh yang kurang baik terutama pada perilaku dan praktik memberikan makan kepada anak juga menjadi penyebab anak stunting apabila ibu tidak memberikan asupan gizi yang cukup baik. Ibu yang masa remajanya kurang nutrisi, bahkan di masa kehamilan, dan laktasi akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan tubuh dan otak anak.

CARA PENCEGEHAN STUNTING?

Menurut Kemenekes Indonesia , pencegahan stunting dapat dimulai sejak masa kehamilan hingga anak tumbuh besar. Ibu hamil perlu rutin memeriksakan kehamilan, mengonsumsi makanan tinggi protein, serta tablet tambah darah sesuai anjuran tenaga kesehatan. Setelah anak lahir, orang tua berperan penting dengan memberikan ASI eksklusif enam bulan, MP-ASI bergizi sesuai usia, rutin memeriksa pertumbuhan anak, melengkapi imunisasi, kebersihan menjaga lingkungan, serta memberikan stimulasi yang sesuai. Jika anak sakit, orang tua perlu segera membawa fasilitas kesehatan agar ditangani lebih awal.

Selain itu, anak-anak juga perlu dibiasakan hidup sehat dengan menerapkan pola makan bergizi, menghindari rokok dan NAPZA, serta memahami kesehatan reproduksi sejak dini. Pencegahan stunting merupakan tanggung jawab bersama, sehingga kerja sama antara ibu, orang tua, dan anak sangat penting untuk mewujudkan generasi yang sehat.

Jadi, stunting dan gizi buruk masih menjadi tantangan serius di Indonesia karena mengancam pertumbuhan fisik, perkembangan otak, dan kualitas hidup anak. Masalah ini dihilangkan dari kekurangan gizi kronis sejak masa kehamilan, pengasuhan yang kurang memadai, dan lingkungan yang tidak sehat. Oleh karena itu, keluarga memegang peranan penting melalui memberi nutrisi ibu hamil, pemberian ASI eksklusif dan MP-ASI bergizi, imunisasi lengkap, menjaga kebersihan, dan menjaga tumbuh kembang anak. Melalui kolaborasi dan gaya hidup sehat dalam keluarga, stunting dapat dicegah demi menciptakan generasi yang lebih sehat, cerdas, dan berkualitas.

Saya Rizky Kusuma Mahasiswa Universitas Airlangga Fakultas Vokasi

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image