Pelanggaran Melawan Arus: Analisis Kesadaran dan Disiplin Pengendara
Edukasi | 2025-11-19 16:28:17
Hari demi hari, jalanan yang dulu sepi kala itu sekarang menjadi ramai dan padat penduduk, yang dulu beraktivitas dengan berjalan kaki, sekarang semua sudah menggunakan alat transportasi. Sadarkah kalian, Ketika kalian membuka media massa, banyak dari orang-orang menyalah gunakan alat transportasi tersebut dengan semena-mena, salah satu contohnya yaitu, Para pengendara yang nekat melawan arus lalu lintas.
Dari fenomena tersebut memang tampak sederhana, namun, muncul pertanyaan di benak kita. Bagaimana mungkin seseorang berani melawan arah? padahal mereka tahu itu bahaya?, dari merasa aman karena tidak dalam jangkauan polisi, padahal Tindakan mereka tersebut dapat merugikan orang lain. Kita juga dapat mengetahui bahwa tindakan tersebut merupakan tindakan yang melanggar etika berlalu lintas.
Banyak dari mereka berkata ini cuman belok sini aja kok, ini cuman kedepan situ aja kok, padahal mereka sadar akan dampak yang telah mereka lakukan tersebut dapat menyebabkan masalah yang begitu besar hingga berujung kematian.
Sudah banyak solusi yang pemerintah dan aparat dalam mengedukasikan masalah ini, salah satunya dengan menghadirkan yang namanya ATCS (Area Traffic Control System) dan ETLE (Electronic Traffic Law Enforcement). Kedua sistem tersebut adalah kamera yang berfungsi menjadi kamera pengawas yang mengawasi lalu lintas tiap waktu dan sekaligus mendeteksi pengendara yang melanggar tata tertib lalu lintas tanpa harus menunggu petugas turun langsung ke lapangan. Dengan adanya sistem tersebut setidaknya ada harapan bahwa perilaku sembrono seperti melawan arus tidak lagi luput dari pantauan atau perhatian.
Namun ada pertanyaan lagi jika teknologi sudah diterapkan, mengapa masih banyak perilaku melawan arus ini tetap berulang ? jawabannya ada pada diri kita sendiri, karena alat alat yang sudah diciptakan oleh pemerintah itu hanyalah sebagai mata, akan tetapi yang dapat mengubah budaya melawan arus ini adalah kita sendiri, bagaimana kita menyadari hal tersebut dan mencegah hal tersebut terulang Kembali.
Keselamatan di jalan bukan ditentukan oleh teknologi, tetapi oleh kesadaran setiap pengendara untuk menghargai ruang bersama
Pernahkan kalian mendengar seorang influencer yang Bernama Laurend Hutagalung? Beliau merupakan salah satu influencer yang mengedukasikan terkait masalah lalu lintas, khususnya menegur pengendara yang melawan arus. Beliau bahkan turut turun ke lapangan Bersama relawan dan terkadang membawa aparat untuk menghimbau akan bahaya perilaku melawan arus tersebut. Hal itu mendapat respon positif dari beberapa warga setempat atas aksi yang telah beliau lakukan. Namun ada juga respon negatif yang didapat beliau dari aksi yang beliau lakukan, terdapat beberapa konflik yang beliau rasakan, salah satunya, mendapat cemoohan dari beberapa pihak pengendara yang melawan arus tersebut. Namun dengan peringatan yang dilakukan oleh Laurend Hutagulung ini benar-benar efektif, figur seperti beliau ini sebaiknya terus diawasi agar tetap seimbang antara edukasi sosial, etika, dan keamanan.
Dalam akhirnya, persoalan pengendara yang melawan arus bukan sekadar soal pelanggaran aturan, tetapi soal kedewasaan kita dalam berbagi ruang di jalan. Teknologi seperti ATCS dan ETLE bisa membantu mengawasi, influencer seperti Laurend Hutagalung bisa mengingatkan, dan aparat bisa menindak. Namun semua itu akan sia-sia jika masyarakat tetap menganggap pelanggaran sebagai hal sepele. Keselamatan tidak lahir dari kamera atau hukuman, tetapi dari kesadaran bahwa setiap keputusan di jalan berkaitan langsung dengan nyawa orang lain. Melawan arus mungkin terasa cepat bagi satu orang, tetapi bisa menjadi petaka bagi banyak orang. Karena itu perubahan harus dimulai dari diri sendiri. Saat kita memilih mengikuti jalur yang benar, memberi contoh, dan berani mengingatkan sesama, barulah budaya tertib lalu lintas bisa tumbuh. Jalan yang aman bukan hadiah, tetapi hasil dari disiplin bersama.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
