Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Belva Zhafira Mayfandi

Ekonomi Digital Berkembang Pesat, tapi Literasi Digital Gen Z Jalan di Tempat

Info Terkini | 2025-11-18 10:59:11

Ledakan Ekonomi Digital Indonesia

Ekonomi digital Indonesia tengah mengalami pertumbuhan pesat. Menurut data Kementerian Komunikasi dan Digital, nilai ekonomi digital nasional diperkirakan mencapai Rp 2.263 triliun pada tahun 2025, menempatkan Indonesia sebagai pasar digital terbesar di Asia Tenggara. Angka ini mencerminkan peluang besar yang dapat dimanfaatkan oleh generasi muda, terutama Generasi Z (Gen Z), yang menjadi pengguna terbesar teknologi digital. Namun, di balik pertumbuhan fantastis itu, muncul pertanyaan: apakah Gen Z sudah benar-benar siap menjadi penggerak utama di era ini?

Gen Z dikenal sebagai generasi yang hidup dalam dunia serba daring. Mereka mahir dalam menggunakan teknologi dan aktif di media sosial, namun sebagian besar masih terjebak dalam budaya konsumtif. Aktivitas digital seperti scroll tanpa arah, bermain gim, dan konsumsi konten hiburan kerap mendominasi waktu mereka. Padahal, ruang digital memiliki potensi besar untuk menciptakan peluang ekonomi baru mulai dari content creation, bisnis daring, hingga pengembangan teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI).

Ledakan ekonomi digital tidak lepas dari kemajuan teknologi AI dan pertumbuhan ekosistem startup. Pemerintah mendorong partisipasi anak muda untuk menciptakan inovasi melalui program digitalisasi dan pelatihan wirausaha. Di tengah peluang ini, Gen Z memiliki kesempatan untuk menjadi pionir dalam sektor ekonomi kreatif dan teknologi. Namun, potensi itu belum sepenuhnya tergarap karena keterbatasan literasi digital dan minimnya dukungan struktural di bidang pendidikan.

Tantangan Literasi Digital

Tingkat literasi digital Indonesia masih menjadi pekerjaan rumah besar. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), literasi digital nasional baru mencapai 62%, terendah di antara negara-negara ASEAN. Banyak anak muda yang cakap dalam penggunaan teknologi, tetapi belum memahami aspek keamanan data, privasi, dan etika digital. Rendahnya literasi ini membuat sebagian Gen Z menjadi sasaran pasar digital, bukan pelaku yang menguasai rantainya.

Selain literasi, kesenjangan akses juga menjadi masalah krusial. Tidak semua wilayah memiliki infrastruktur digital memadai. Di daerah pedesaan, banyak anak muda yang masih kesulitan mengakses jaringan stabil, laptop, atau kursus digital. Ketimpangan ini berisiko menciptakan “kelas digital” baru antara mereka yang terhubung dan yang tertinggal, sehingga memperlebar jurang sosial-ekonomi di masa depan.

Pendidikan sebagai Pondasi

Perubahan pola pendidikan menjadi kunci utama. Lembaga pendidikan harus mampu menyiapkan generasi muda dengan kemampuan adaptif terhadap dunia digital. Kurikulum perlu memasukkan bidang seperti data analytics, kewirausahaan digital, keamanan siber, dan pemanfaatan AI. Dengan begitu, sekolah dan kampus tidak hanya mencetak pengguna teknologi, tetapi juga pencipta dan pengembangnya.

Pemerintah memiliki peran penting dalam membentuk ekosistem digital yang inklusif. Program seperti inkubasi startup, dana hibah untuk inovasi mahasiswa, dan kemitraan publik-swasta dapat memperluas kesempatan bagi Gen Z untuk berkarya. Di sisi lain, regulasi yang berpihak pada inovasi lokal akan memperkuat daya saing Indonesia di kancah global.

Transformasi ini pada akhirnya bermuara pada kesadaran individu. Gen Z harus menyadari bahwa teknologi bukan hanya alat hiburan, tetapi juga medium penciptaan nilai. Dengan semangat eksplorasi dan kolaborasi, mereka dapat beralih dari sekadar pengguna menjadi pencipta solusi dari scroll tanpa arah menjadi langkah produktif menuju masa depan ekonomi digital.

Momentum Generasi

Ledakan ekonomi digital adalah peluang sekaligus ujian bagi Gen Z. Di tangan mereka, masa depan ekonomi Indonesia dapat bergerak menuju kemandirian dan inovasi. Namun, tanpa literasi, akses, dan arah yang jelas, potensi besar itu bisa berlalu begitu saja. Sudah saatnya Gen Z tidak hanya hidup di era digital, tetapi juga menjadi arsitek dari masa depan digital itu sendiri.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image