Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Naura Kusuma Irfansyah

Cry For The Lost Mind: Kecerdasan yang Tak Ditemani Kemanusiaan

Pendidikan dan Literasi | 2025-11-16 19:25:54
Tragedi pengeboman di SMAN 72 Jakarta meninggalkan luka mendalam bagi dunia pendidikan. Ketika tempat menimba ilmu berubah menjadi ruang ketakutan dan kecerdasan disalahgunakan tanpa kendali moral.
Lokasi Pengeboman (Sumber: Tiktok Banjarmasin Post)

Sebuah tragedi menghebohkan terjadi di Jakarta, tepatnya di SMAN 72 Jakarta. Mirisnya, pemeriksaan di lokasi menunjukkan adanya dugaan bahwa ledakan berasal dari bom rakitan. Terdapat beberapa laporan saksi bahwa pelaku merupakan siswa di SMA tersebut yang sekarang ditetapkan sebagai anak berhadapan dengan hukum (ABH).

Terdapat sebuah kesaksian bahwa pelaku merasa sendiri dan tidak punya tempat untuk berkeluh kesah baik di lingkungan keluarga maupun sekolah. Pelaku diketahui kerap menuliskan hal-hal yang tidak disukai dalam bentuk tulisan dan gambar. Densus 88 mengungkap bahwa pelaku kerap mengunjungi komunitas daring “darkweb” yang memuat banyak konten kekerasan.

Barang Bukti dan Pelaku (Sumber: Tribun-Medan.com)

Tragedi ini memperlihatkan sisi kelam dari kecerdasan yang tidak sejalan dengan kemanusiaan. Pelaku menunjukkan kecerdasannya melalui kemampuannya memahami cara kerja bahan peledak. Namun, kecerdasan itu justru berubah menjadi alat pembawa kehancuran ketika tidak diimbangi dengan moral dan empati. Kecerdasan tanpa hati nurani, dapat menjelma menjadi bahaya bukan hanya untuk orang lain, tetapi juga bagi dirinya sendiri.

Dari faktor psikologis, pelaku diduga kurang mendapatkan dukungan emosional. Hal itu semakin diperparah dengan situs-situs yang ia akses berisikan konten kekerasan. Paparan tersebut secara perlahan dapat memengaruhi cara berpikir dan persepsi moralnya yang menormalisasi tindakan brutal sebagai bentuk pelampiasan emosi. Ketika tidak ada ruang yang aman untuk menyalurkan perasaan tertekan secara sehat, pelaku justru terjerumus dalam lingkaran gelap yang mengaburkan batas antara kemanusiaan dan kekerasan. Akhirnya, kecerdasan yang seharusnya menjadi sarana untuk berkembang justru berubah menjadi alat penghancur yang melukai diri sendiri dan orang lain.

Lingkungan sosial yang tidak mendukung membuat kecerdasan berkembang tanpa arah yang sehat. Tanpa adanya bimbingan, kemampuan berpikir kritis dan rasa ingin tahu tidak diarahkan pada hal-hal konstruktif, tetapi justru menjadi pelampiasan melalui hal-hal berbahaya. Kurangnya komunikasi dengan orang terdekat membuat perubahan kecenderungan intelektualnya tidak terpantau dengan baik. Ketika kecerdasan tumbuh tanpa pendampingan moral, ruang dialog, dan kontrol emosi yang matang, kemampuan itu bisa berubah menjadi senjata yang mengancam. Peristiwa ini menunjukkan bahwa kecerdasan bukan hanya soal kemampuan memahami sesuatu, tetapi juga soal bagaimana kemampuan itu dibentuk, diarahkan, dan dipertanggungjawabkan dalam kehidupan sehari-hari.

Korban Luka-Luka (Sumber: Warga Lokal)

Ditujukan kepada pihak yang menjadi penyebab tragedi ini, pengeboman yang terjadi telah meninggalkan luka mendalam bagi banyak orang dan menghadirkan konsekuensi berat yang tidak bisa dihapus begitu saja. Kecerdasan yang dimiliki semestinya menjadi kekuatan untuk menciptakan hal baik, bukan sebaliknya. Yang kini dibutuhkan adalah perenungan terhadap dampak yang ditimbulkan, pengakuan atas kesalahan, serta kesiapan menjalani proses perbaikan. Perjalanan menuju perubahan memang tidak mudah, tetapi penyesalan adalah langkah awal menuju pemulihan yang dapat menjadi jalan untuk menemukan kembali nilai-nilai kemanusiaan yang sempat tersimpang.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image