Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Azyyati Ridha Alfian

Batasi Mengonsumsi Makanan Bersantan Tinggi: Lezat di Lidah, Risiko di Balik Sajian

Gaya Hidup | 2025-11-15 00:43:27

Santan adalah bagian penting dari identitas kuliner Indonesia. Dari gulai, opor, kari, rendang, hingga kolak, hampir semua daerah memiliki makanan khas yang mengandalkan santan sebagai pembentuk rasa. Tidak mengherankan jika sajian bersantan begitu digemari dan menjadi menu favorit di meja makan, terutama saat hari raya. Namun, di balik kelezatan yang sulit ditolak, konsumsi makanan bersantan tinggi menyimpan risiko kesehatan yang kerap kita abaikan. Kenyataannya, terlalu sering menikmati makanan bersantan bukan sekadar soal selera, tetapi menyangkut kesehatan jangka panjang.

ilustrasi

Santan mengandung lemak yang cukup tinggi, terutama lemak jenuh. Lemak jenis ini, jika dikonsumsi berlebihan, dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL yaitu kolesterol jahat yang menjadi biang utama penyumbatan pembuluh darah.

Makanan bersantan yang dimasak dengan cara dipanaskan berulang kali, seperti gulai atau rendang yang disimpan berhari-hari, memiliki kandungan lemak jenuh yang semakin meningkat. Akibatnya, risiko gangguan kesehatan pun ikut naik, seperti:

 

  • penyakit jantung dan stroke,
  • kolesterol tinggi,
  • obesitas,
  • perlemakan hati,
  • dan gangguan pencernaan.

Selain kandungan lemak jenuh yang tinggi, makanan bersantan sering kali dimasak bersama bahan lain yang juga memicu masalah kesehatan, seperti daging berlemak, minyak, hingga jumlah garam berlebih. Kombinasi ini membuat satu porsi makanan bersantan dapat melampaui kebutuhan lemak harian. Tidak hanya itu, cara memasak yang umum dilakukan masyarakat, dipanaskan berulang kali dan disimpan dalam suhu ruang, dapat memicu pembentukan senyawa oksidatif yang berbahaya bagi pembuluh darah. Di sisi lain, konsumsi makanan bersantan juga cenderung meningkatkan nafsu makan karena rasanya yang gurih dan creamy. Kenyamanan rasa ini membuat orang sering makan lebih banyak dari yang seharusnya tanpa sadar menambah asupan kalori berlebih.

Santan bukan musuh. Santan masih memberikan manfaat seperti vitamin, mineral, dan asam laurat, namun semua itu akan kalah oleh risiko jika dikonsumsi berlebihan. Yang diperlukan bukan menghilangkan santan dari budaya kuliner, tetapi mengonsumsi dengan bijak.

Beberapa cara aman menikmati hidangan bersantan: Konsumsi makanan bersantan idealnya tidak lebih dari 1–2 kali seminggu. Santan cair mengandung lemak lebih rendah dibandingkan santan kental. Makanan bersantan yang dipanaskan berulang kali meningkatkan kadar lemak jenuh dan risiko oksidasi. Gunakan daging tanpa lemak, banyak sayuran, dan kurangi minyak tambahan dalam proses memasak. Makanan bersantan terasa lebih “berat”. Porsi kecil lebih aman untuk tubuh. Konsumsi sayuran, buah, dan air putih untuk membantu metabolisme lemak.

Kita tidak harus meninggalkan opor, gudeg, atau gulai untuk hidup sehat. Yang perlu diubah adalah cara menikmati dan frekuensinya. Masyarakat perlu memahami bahwa penyakit degeneratif seperti kolesterol tinggi, diabetes, dan penyakit jantung sering kali berasal dari kebiasaan makan bertahun-tahun, bukan satu atau dua kali makan. Mengontrol konsumsi makanan bersantan bukan berarti mengurangi kelezatan hiduptetap, justru merayakan rasa dengan cara yang lebih cerdas, terukur, dan sehat.

Hidangan bersantan akan selalu menjadi bagian dari budaya Indonesia. Namun menjaga kesehatan adalah bagian dari masa depan. Saatnya kita menikmati masakan tradisional tanpa harus mengorbankan tubuh kita sendiri.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image