Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Selvia Rahma

Budaya Nunggu Ditagih dalam Pembayaran Pajak: Akar Masalahnya di Mana?

Edukasi | 2025-11-14 21:07:44

Kita sering melihat kebiasaan yang sama: pajak kendaraan baru dibayar saat terjaring razia, SPT dilapor ketika akan mengajukan KPR, atau pelaku usaha baru mengurus perpajakan ketika omzetnya mulai diperiksa. Pajak hadir bukan sebagai kesadaran, tetapi sebagai sesuatu yang dikerjakan ketika ada kepentingan mendesak. Inilah budaya “nunggu ditagih”.Kepatuhan pajak yang bersifat reaktif ini tidak muncul tanpa alasan. Pertama, kepercayaan publik terhadap pengelolaan pajak masih belum kuat.

Banyak orang merasa kontribusi pajak tidak kembali dalam bentuk layanan publik yang memadai. Kasus korupsi dalam pengelolaan keuangan negara juga memperkuat persepsi bahwa pajak tidak dikelola dengan adil. Pada titik ini, pajak bukan lagi sekadar aturan, tetapi persoalan kepercayaan.Kedua, budaya administrasi kita memang belum tertib. Banyak urusan dilakukan ketika sudah mendesak, dan kebiasaan menunda ini terbawa ke perilaku perpajakan. Ketiga, pajak sering dianggap rumit. Bahasa teknis dan prosedur yang dirasa berbelit membuat banyak orang memilih menunda mempelajarinya sampai benar-benar tidak bisa dihindari.

AI editing

Dampak budaya ini cukup serius. Negara kehilangan penerimaan yang seharusnya dapat digunakan untuk kesehatan, pendidikan, dan layanan publik lainnya. Di sisi lain, masyarakat semakin jauh dari kebiasaan berurusan dengan administrasi negara. Lingkaran ketidakpercayaan pun terbentuk: masyarakat enggan membayar karena tidak percaya hasilnya, sementara pemerintah sulit menunjukkan hasil optimal karena penerimaan pajak tidak maksimal.Namun, membangun budaya sadar pajak tidak bisa hanya dibebankan kepada masyarakat. Pemerintah perlu meningkatkan transparansi dan menyederhanakan komunikasi perpajakan agar lebih mudah dipahami.

Kemudahan layanan juga harus terus dikembangkan, sehingga membayar pajak terasa sebagai proses yang wajar, bukan beban.Sementara itu, masyarakat dapat memulainya dari langkah sederhana: melaporkan SPT tepat waktu dan membayar pajak kendaraan tanpa menunggu ditegur. Mengubah cara pandang adalah inti dari perubahan: pajak bukan sekadar kewajiban, tetapi kontribusi untuk fasilitas yang kita gunakan setiap hari.Pada akhirnya, budaya ‘nunggu ditagih’ mencerminkan hubungan antara negara dan warganya. Jika kepercayaan diperkuat, kepatuhan tidak perlu lagi dipaksa. Kita tidak harus menunggu ditagih ketika kita merasa kontribusi kita dihargai dan berdampak.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image