Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Mahmudhotin Anifah

Di Balik Seragam PerawatDedikasi, Empati, dan Tanggung Jawab yang Tidak Banyak Terlihat

Profil | 2025-11-14 07:40:00

Abstrak

Profesi perawat memiliki peran fundamental dalam sistem pelayanan kesehatan, khususnya di fasilitas layanan primer yang menjadi gerbang pertama masyarakat saat mengakses pelayanan medis. Artikel ini disusun berdasarkan hasil observasi lapangan (field trip) di Klinik Darus Syifa pada 17 Oktober 2025, disertai literatur ilmiah lima tahun terakhir. Observasi menunjukkan bahwa perawat menjalankan peran multidimensi yang meliputi tindakan klinis, edukasi kesehatan, dokumentasi medis, komunikasi terapeutik, kolaborasi interprofesional, serta pengelolaan keselamatan pasien. Temuan lapangan memperlihatkan bahwa perawat tidak hanya bekerja secara teknis, tetapi juga membawa nilai empati, ketenangan, dan kemampuan berpikir kritis yang sangat menentukan kualitas pelayanan. Artikel ini bertujuan memperluas pemahaman masyarakat mengenai kompleksitas pekerjaan perawat dan kontribusi signifikan mereka dalam sistem kesehatan modern.

Kata kunci: perawat, pelayanan kesehatan primer, komunikasi terapeutik, keselamatan pasien, observasi lapangan.

Ketika mendengar kata “perawat”, pandangan sebagian besar orang sering kali terbatas pada gambaran seseorang yang mengenakan seragam putih, memegang tensimeter, atau membantu dokter saat melakukan tindakan medis. Namun setelah mengamati langsung di Klinik Darus Syifa, saya memahami betapa sempitnya anggapan tersebut. Di balik pekerjaan yang tampak sederhana, terdapat struktur tanggung jawab yang jauh lebih kompleks dan melelahkan, namun tetap dijalankan dengan sepenuh hati oleh para perawat.Pengamatan saya dimulai pada Jumat, 17 Oktober 2025. Pada hari itu, dua perawat sedang bertugas dan suasana klinik Sore menjelang malam itu cukup padat. Saya menyaksikan seorang perawat melakukan perawatan luka. Gerakannya sangat teratur, mengikuti prosedur aseptik yang ketat. Perawatan luka bukan hanya soal membuka perban dan menutupnya kembali, tetapi melibatkan pengkajian kondisi jaringan, memperkirakan risiko infeksi, memilih jenis balutan yang sesuai, hingga memberi penjelasan kepada pasien mengenai cara merawat luka di rumah. Setiap langkah dilakukan dengan ketelitian yang menunjukkan bahwa perawat tidak hanya bekerja berdasarkan instruksi, tetapi berdasarkan pengetahuan dan keterampilan profesional.Selain perawatan luka, saya melihat prosedur medis lain seperti pemasangan infus, pemeriksaan tanda vital, hingga pemasangan kateter. Setiap tindakan dilakukan setelah perawat melakukan pengkajian singkat terhadap kondisi pasien. Mereka tidak sekadar menjalankan prosedur, tetapi mempertimbangkan keamanan pasien.WHO (2020) menekankan bahwa keselamatan pasien sangat bergantung pada ketelitian tenaga keperawatan, karena perawat adalah tenaga yang paling sering berinteraksi dengan pasien.

Observasi ini memperlihatkan bahwa ketelitian bukan sekadar keterampilan, melainkan budaya kerja.Namun yang paling sering terlupakan adalah betapa besar peran perawat dalam dokumentasi medis. Saya melihat bagaimana perawat mencatat setiap prosedur, keluhan pasien, hasil observasi, serta intervensi yang dilakukan. Banyak orang mengira dokumentasi hanyalah administrasi, padahal rekam medis adalah dasar utama bagi dokter dalam menentukan rencana pengobatan. International Council of Nurses (2021) menyebut bahwa dokumentasi yang akurat adalah bentuk perlindungan hukum dan keselamatan bagi pasien. Saat saya melihat perawat menuliskan catatan medis dengan cepat tetapi tetap rapi, saya menyadari bahwa dokumentasi adalah bagian yang sangat melelahkan namun krusial.Selama observasi, saya mempelajari bahwa perawat bekerja tidak hanya dengan tangan, tetapi juga dengan hati. Ketika melakukan wawancara dengan salah satu perawat, ia bercerita bahwa setiap shift memiliki siklus pekerjaan yang panjang. Mereka menerima pasien, melakukan anamnesis awal, memeriksa tanda vital, memberikan edukasi, mengatur ruang tindakan, memastikan ketersediaan alat, hingga memberikan dukungan emosional kepada pasien. Ia berkata, “Perawat itu bukan hanya merawat luka, tapi juga merawat rasa takut.” Kalimat itu membuat saya berpikir tentang betapa besarnya dimensi emosional dari profesi ini.Peran kepala perawat atau mandor jaga juga memiliki dampak besar. Ia memastikan bahwa seluruh pelayanan berjalan selaras, alat medis tersedia, SOP dijalankan, dan setiap tindakan terdokumentasi. Kepemimpinan perawat sering kali tidak terlihat, namun sangat menentukan kualitas pelayanan.

Menurut penelitian Meleis (2020), koordinasi dan supervisi keperawatan merupakan faktor kunci keberhasilan pelayanan primer.Tidak hanya itu, saya melihat dengan jelas bahwa perawat adalah jembatan antara pasien dan dokter. Mereka menjelaskan kembali instruksi dokter dengan bahasa yang lebih sederhana, memastikan pasien memahami pengobatan yang diberikan, dan menjadi tempat bertanya ketika pasien merasa cemas. Di sinilah komunikasi terapeutik memainkan perannya. Komunikasi bukan sekadar berbicara, tetapi memahami kondisi emosional pasien dan merespons dengan empati. Perawat sering menjadi orang pertama yang dimintai bantuan ketika pasien bingung, takut, atau belum mengerti tentang penyakitnya.Apa yang membuat saya semakin kagum adalah bagaimana perawat tetap mampu menjaga sikap tenang meskipun beban kerja tinggi. Jumlah pasien yang terus berdatangan, tindakan medis yang harus segera dilakukan, dan kebutuhan dokumentasi tidak mengurangi kualitas pelayanan yang mereka berikan. Saya melihat bahwa meskipun kelelahan tampak jelas, para perawat tetap menyapa pasien dengan nada lembut dan senyum yang tulus.Field trip ini membuat saya menyadari bahwa profesi perawat adalah kombinasi antara ilmu pengetahuan, ketelitian, keterampilan praktis, empati, kesabaran, dan dedikasi. Mereka adalah garda terdepan dalam pelayanan kesehatan. Tanpa mereka, sistem kesehatan tidak akan berjalan dengan baik.Pengalaman ini tidak hanya memberi saya wawasan, tetapi juga menumbuhkan rasa hormat yang mendalam terhadap profesi perawat. Saya belajar bahwa menjadi perawat bukan sekadar profesi, melainkan panggilan untuk melayani kehidupan. Ke depan, saya ingin menjadi perawat yang bukan hanya terampil secara klinis, tetapi juga hangat, sabar, dan mampu memberikan rasa aman kepada setiap pasien yang saya temui.

DAFTAR PUSTAKA :

International Council of Nurses. (2021). Nursing Roles and Scope of Practice: Global Guidelines. Geneva: ICN.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2021).

Standar Profesi Perawat Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.Meleis, A. (2020).

Transitions Theory in Nursing Practice. Springer.Potter, P. A., Perry, A. G., et al. (2021). Fundamentals of Nursing (10th Edition). Elsevier.

World Health Organization. (2020). State of the World’s Nursing Report 2020. Geneva: WHO.

Hasil Observasi Lapangan: Klinik Darus Syifa, 17 Oktober 2025.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image