Ledakan Publik Lebih Dasyat daripada Ledakan Bom: Logical Fallacy
Info Terkini | 2025-11-13 16:19:03Baru-baru ini ramai diperbincangkan terkait peristiwa ledakan bom rakitan di Masjid SMAN 72 Jakarta. Peristiwa tersebut mengguncang hati banyak pihak. Masyarakat takut, kaget, sekaligus marah. Bagaimana tidak? Sekolah yang seharusnya menjadi tempat paling aman bagi anak muda kini menjadi tempat yang mengerikan. Namun, di tengah derasnya arus informasi dan emosi seringkali muncul berbagai opini dan tudingan yang seringkali diluar akal sehat dan tidak berpijak pada logika. Di sinilah letak kaitannya dengan Logical Fallacy.
Setelah peristiwa tersebut, banyak yang langsung menyimpulkan bahwa generasi z atau generasi muda "terlalu bebas", "kurang iman", dan "mudah dipengaruhi medsos". Padahal bentuk penyamarataan tersebut termasuk bentuk dari hasty generalization, yakni menarik kesimpulan besar dari bukti yang kecil. Akibatnya opini publik menjadi tidak rasional.
Tidak berhenti disitu, komentar publik yang mengaitkan tindakan pelaku dengan hobinya, yakni bermain game.
Hal tersebut merupakan contoh dari post hollic falacy yang menggangap suatu hal sebagai penyebab hanya karena hal tersebut terjadi tepat disaat sebelumnya. Padahal hubungan sebab-akibat tidaklah sesederhana itu. Terdapat faktor-faktor lain, seperti tekanan sosial, pengalaman pribadi, bahkan gangguan psikologis yang mungkin lebih berpengaruh. Akan tetapi tetap saja, masyarakat lebih menyukai penjelasan cepat yang tampak logis dipermukaan.
Seringkali kita lupa bahwa dalam setiap tragedi bukan hanya pelaku yang harus dikritisi melainkan juga cara kita berpikir dan melihat dari sudut pandang lain. Logical fallacy membuat masyarakat terjebak dalam kesimpulan emosional yang justru mengubur akar masalah sebenarnya. Kasus SMA 72 seharusnya dapat menjadi pelajaran bahwa logika dan empati seharusnya berjalan berdampingan supaya di masa depan yang meledak bukan emosi dan prasangka buruk melainkan kesadaran untuk berpikir lebih kritis dan manusiawi.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
