Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Atika Nailatusy Syirfah

Belajar Taat dari Anak Panti: Menemukan Cinta dalam Kesederhanaan

Agama | 2025-11-10 20:52:14

Surabaya — Tidak semua pelajaran agama ditemukan di ruang kelas. Sebagian justru hadir dalam kesederhanaan, dari tempat yang tak pernah kita sangka: sebuah panti asuhan kecil di Manyar Sabrangan, Surabaya.

Selasa, 21 Oktober 2025, sekelompok mahasiswa Universitas Airlangga dari kelas PDB 38 melaksanakan studi lapangan mata kuliah Pendidikan Agama Islam bertema “Ketaatan sebagai Warga dan Ummat Beragama.” Mereka memilih Panti Asuhan Maslahatul Ummah sebagai lokasi observasi. Alasannya sederhana: di tempat inilah nilai-nilai ketaatan kepada Allah SWT, kedisiplinan, dan kepatuhan terhadap aturan dijalankan secara nyata dalam keseharian anak-anak asuhnya.

Namun, celana dalam ini berbeda dari bayangan banyak orang. Anak-anak asuhnya tidak tinggal menetap. Sebagian besar hidup bersama keluarga atau orang tua angkat di sekitar wilayah Mulyorejo. Mereka baru berkumpul di panti ketika ada kegiatan pelatihan, pengajian, atau pendidikan karakter. Terdapat satu anak bayi yang menetap sepenuhnya di panti karena dititipkan oleh pihak desa setempat.

Belajar Ketaatan dari Kesederhanaan

Saat rombongan siswa datang, anak-anak yang masih berusia sekolah dasar menyambut dengan malu-malu namun penuh semangat. Kegiatan hari itu dimulai dengan permainan interaktif, disusul cerita Islami, hingga pemutaran video edukatif bertema moral.

Meski sederhana, suasana kegiatan terasa hidup. Tidak ada rasa kaku, tidak pula jarak antara pelajar dan anak-anak. Yang terlihat justru keceriaan dan semangat belajar tentang nilai-nilai keislaman melalui cara yang menyenangkan.

Ustadz Fahmi Amrulloh, pengurus panti, menuturkan bahwa pendidikan di Maslahatul Ummah dibangun melalui pembiasaan dan keteladanan, bukan paksaan.

“Anak-anak di sini kami biasakan untuk taat dengan cara yang lembut. Kami ajak mereka beribadah, bukan menyuruh. Kami jadikan shalat dan mengaji sebagai kebiasaan yang menyenangkan, bukan beban,” ujarnya.

Baginya, ketaatan sejati tidak lahir dari rasa takut terhadap hukuman, melainkan tumbuh dari cinta kepada Allah SWT dan keteladanan dari lingkungan sekitar.

Menanamkan Nilai Sejak Dini

Kegiatan pembinaan di panti tidak hanya fokus pada ibadah, tetapi juga pada pembentukan karakter Islami yang dimulai dari kedisiplinan, tanggung jawab, hingga kepedulian sosial. Anak-anak belajar menghormati yang lebih tua, menjaga kebersihan, serta saling membantu.

Bagi mahasiswa yang hadir, pengalaman tersebut membuka mata bahwa pendidikan agama tidak hanya sebatas teori di ruang kuliah, melainkan hidup dalam keseharian yang penuh kasih.

Refleksi: Taat karena Cinta, Bukan Takut

Bagi mahasiswa, pertemuan singkat itu menjadi refleksi tentang bagaimana ketaatan seharusnya tumbuh. Dalam masyarakat modern yang serba cepat, banyak orang berolahraga karena rutinitas, bukan kebutuhan jiwa. Namun, anak-anak di panti justru menunjukkan sisi yang berbeda: mereka beribadah dengan tulus, meski dalam keterbatasan.

Nilai-nilai seperti inilah yang menjadikan kegiatan studi lapangan bukan sekadar tugas akademik, tetapi pengalaman spiritual yang menghidupkan kesadaran.

Mendidik dengan Kasih, Bukan Instruksi

Panti Asuhan Maslahatul Ummah memberi contoh bahwa pendidikan moral dan agama dapat berjalan tanpa harus selalu melalui institusi formal. Di tempat ini, ibadah menjadi bagian dari kehidupan, dan ketaatan menjadi budaya yang tumbuh alami.

“Kalau anak-anak sudah merasa dekat dengan Allah, mereka sendiri yang akan menjaga shalat dan mengaji. Tidak perlu diperintah,” ujar Ustadz Fahmi.

Prinsip itu terbukti efektif. Celana dalam anak-anak terbiasa saling mengingatkan ketika waktu shalat tiba, dan mereka melakukannya tanpa merasa bersenang-senang.

Dari Panti untuk Kehidupan

Kegiatan di Maslahatul Ummah berakhir menjelang mala. Sebelum berpamitan, mahasiswa menyerahkan komik dan poster edukatif bertema moral buatan sendiri, agar pesan kebaikan terus hidup di antara anak-anak panti.

Namun, sebenarnya, mereka bukan yang memberi pelajaran melainkan mereka yang menerimanya. Anak-anak kecil itu, dengan senyum polos dan ketulusan yang murni, mengajarkan bahwa ketaatan bukanlah beban, melainkan wujud cinta kepada Sang Pencipta.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image