Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ebrilianty Yuganing Djatmiko

CERDIK: Strategi Mahasiswa untuk Mencegah Penyakit Kronis Sejak Usia Muda

Info Sehat | 2025-11-09 23:46:55

Ebrilianty Yuganing Djatmiko/191241007

Kesehatan Masyarakat

Universitas Airlangga

Pernahkah terbayang bahwa mahasiswa yang masih berada di usia dua puluhan bisa mengalami penyakit kronis? Banyak mahasiswa merasa tubuh mereka masih berada dalam kondisi terbaik, sehingga kesehatan sering dikesampingkan. Padahal, di balik kesibukan perkuliahan, terdapat berbagai kebiasaan yang perlahan memberi dampak negatif bagi tubuh. Begadang untuk menyelesaikan tugas, minum kopi berulang kali agar tetap fokus, melewatkan sarapan karena terburu-buru, memilih makanan cepat saji karena dianggap paling praktis, serta duduk terlalu lama di depan laptop tanpa jeda merupakan contoh perilaku yang tanpa disadari mengganggu fungsi tubuh secara bertahap. Tidak sedikit pula mahasiswa yang menghabiskan waktu dengan gawai hingga larut malam sehingga waktu tidur berkurang dan proses pemulihan tubuh tidak berlangsung optimal.

Fakta ini sejalan dengan penelitian di Universitas Hang Tuah Pekanbaru yang menemukan bahwa mahasiswa berusia 20 hingga 25 tahun telah mengalami hipertensi, diabetes melitus, dan asma. Temuan tersebut menunjukkan bahwa penyakit tidak menular kini tidak lagi hanya menyerang usia lanjut, tetapi juga dapat muncul pada generasi muda yang menjalani pola hidup kurang sehat.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Mahasiswa Universitas Hang Tuah Pekanbaru
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Mahasiswa Universitas Hang Tuah Pekanbaru

Situasi ini menjadi pengingat bahwa masa kuliah bukan hanya tentang mengejar prestasi akademik, tetapi juga waktu penting untuk membentuk kebiasaan yang akan menentukan kesehatan jangka panjang.

Mengapa Mahasiswa Rentan Mengalami PTM?

Penyakit tidak menular seperti hipertensi dan diabetes berkembang perlahan dan sering tanpa gejala awal. Sayangnya, banyak kebiasaan mahasiswa justru menjadi pemicu munculnya penyakit tersebut.

Penelitian menunjukkan bahwa 30,2 persen mahasiswa belum menerapkan perilaku CERDIK dengan baik. Selain itu, 44 persen mahasiswa memiliki pengetahuan rendah mengenai penyakit tidak menular. Sebanyak 47,3 persen memiliki sikap negatif terhadap perilaku sehat, dan 20,9 persen jarang atau bahkan tidak pernah menerima informasi kesehatan yang akurat. Sementara itu, hanya 58,8 persen mahasiswa yang mendapatkan dukungan sosial positif dari keluarga atau teman.

Dari analisis risiko, mahasiswa dengan pengetahuan rendah memiliki peluang 2,8 kali lebih besar untuk tidak menerapkan CERDIK. Mahasiswa dengan sikap negatif memiliki risiko 16 kali lebih besar. Mereka yang menerima informasi tidak valid berisiko 2,6 kali lebih tinggi untuk mengabaikan perilaku sehat. Mahasiswa yang kurang mendapat dukungan sosial juga menghadapi risiko 5,6 kali lebih besar untuk tidak menerapkan CERDIK.

Keberhasilan mahasiswa dalam menerapkan perilaku CERDIK juga sangat dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang saling berkaitan. Data tersebut menunjukkan bahwa pemahaman, sikap, sumber informasi, dan dukungan sosial memiliki peran utama dalam menentukan perilaku kesehatan mahasiswa. Pemahaman yang baik mengenai risiko penyakit tidak menular membantu mahasiswa membuat keputusan yang lebih bijak dalam menjaga kesehatan. Sikap yang positif terhadap pola hidup sehat menjadi dorongan penting yang menentukan apakah seseorang mampu mempertahankan kebiasaan tersebut. Di sisi lain, kualitas sumber informasi yang diperoleh turut membentuk cara mahasiswa memandang kesehatan, karena informasi yang kurang akurat dapat menyesatkan dan memicu kebiasaan yang tidak tepat. Selain itu, dukungan sosial dari keluarga, teman, maupun lingkungan kampus dapat memberikan motivasi tambahan yang memperkuat komitmen mahasiswa untuk hidup sehat. Keempat aspek ini menunjukkan bahwa kesehatan bukan hanya dipengaruhi oleh diri sendiri, tetapi juga oleh lingkungan, pengetahuan, dan pandangan yang membentuk kebiasaan sehari-hari.

Apa yang Terjadi Jika Kebiasaan Buruk Tetap Berlanjut?

Mengabaikan kesehatan di usia muda dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan yang serius. Hipertensi yang tidak disadari dapat merusak dinding pembuluh darah, memicu penyakit jantung, dan meningkatkan risiko stroke pada usia produktif. Diabetes melitus dapat muncul apabila pola makan tinggi gula dan kurangnya aktivitas fisik berlanjut dalam jangka panjang. Kadar gula darah yang terus-menerus tinggi dapat merusak saraf, ginjal, penglihatan, serta fungsi metabolisme tubuh.

Masalah pernapasan seperti asma dapat memburuk akibat paparan asap rokok, polusi, stres, dan kebiasaan kurang tidur. Selain itu, gaya hidup tidak sehat berdampak pada prestasi akademik. Kurang tidur dapat mengurangi konsentrasi dan kemampuan berpikir, sementara pola makan tidak sehat dan stres kronis dapat menurunkan motivasi serta daya ingat.

Jika pola hidup yang tidak sehat terus dilakukan, mahasiswa berisiko mengalami penyakit tidak menular di usia 30-an, yaitu ketika mereka seharusnya berada pada puncak produktivitas.

Langkah Praktis untuk Menerapkan Perilaku CERDIK

Untuk mencegah risiko penyakit sejak usia muda, mahasiswa dapat memulai dengan langkah sederhana melalui perilaku CERDIK.

Cek kesehatan secara berkala. Pemeriksaan tekanan darah, gula darah, dan kondisi fisik secara rutin dapat dilakukan di puskesmas atau fasilitas kesehatan kampus.

Enyahkan asap rokok. Hindari merokok dan paparan asap rokok tidak langsung, karena keduanya meningkatkan risiko penyakit jantung dan pernapasan.

Rajin beraktivitas fisik. Aktivitas sederhana seperti berjalan kaki 20 hingga 30 menit per hari atau mengikuti kegiatan olahraga kampus dapat membantu menjaga kesehatan tubuh.

Diet seimbang. Kurangi makanan cepat saji, gorengan, dan minuman manis. Perbanyak konsumsi buah, sayur, dan air putih untuk menjaga metabolisme tubuh.

Istirahat cukup. Tidur selama tujuh hingga sembilan jam setiap malam membantu menjaga keseimbangan hormon dan memperbaiki fungsi tubuh.

Kelola stres. Kegiatan seperti menulis jurnal, melakukan hobi, atau berbicara dengan teman dapat membantu mengurangi stres yang berdampak pada kesehatan fisik dan mental.

Satu cara mudah yang dapat dilakukan setiap hari adalah kebiasaan CERDIK Minute, yaitu meluangkan satu menit setiap pagi untuk mengevaluasi diri mengenai tidur, pola makan, aktivitas fisik, dan kondisi emosional. Kebiasaan sederhana ini dapat membantu mahasiswa lebih konsisten menjalankan gaya hidup sehat.

Mahasiswa memiliki peran penting dalam membangun masa depan bangsa. Namun potensi tersebut tidak akan tercapai apabila kesehatan diabaikan. Penyakit tidak menular tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan berkembang perlahan dari kebiasaan sehari-hari yang dilakukan tanpa disadari. Dengan menerapkan perilaku CERDIK sejak usia muda, mahasiswa sedang membangun fondasi kebugaran jangka panjang yang mampu mendukung produktivitas, meningkatkan kualitas hidup, dan mempersiapkan diri menghadapi tuntutan kehidupan di masa depan.

Berbagai faktor seperti pengetahuan, sikap, informasi yang diterima, serta dukungan lingkungan memiliki pengaruh besar terhadap keberhasilan seseorang dalam menjaga kesehatannya. Ketika pemahaman tentang pentingnya perilaku sehat meningkat dan didukung oleh sikap yang positif, mahasiswa akan lebih mudah konsisten menjalankan CERDIK dalam kehidupan sehari-hari.

Penutup

Secara keseluruhan, CERDIK merupakan langkah sederhana namun efektif untuk mencegah penyakit tidak menular sejak dini. Kebiasaan seperti tidur yang cukup, mengonsumsi makanan bergizi, menjaga tubuh tetap bugar melalui aktivitas fisik teratur, serta merawat kesehatan mental memberikan manfaat besar bagi kesejahteraan jangka panjang.

Menjaga kesehatan bukan sekadar pilihan, tetapi investasi penting bagi masa depan yang lebih produktif dan berkualitas. Dengan menjalankan kebiasaan sehat secara konsisten, mahasiswa dapat membangun kehidupan yang lebih stabil dan siap menghadapi berbagai dinamika di masa mendatang. Menjadi mahasiswa yang cerdas bukan hanya soal prestasi akademik, tetapi juga kemampuan menjaga kesehatan agar tetap kuat menjalani berbagai fase kehidupan.

Referensi:

1. Rahma, A. N., Lita, L., & Purba, C. V. G. (2025). Determinan Perilaku CERDIK sebagai Upaya Pencegahan Dini Penyakit Tidak Menular pada Mahasiswa Universitas Hang Tuah Pekanbaru. Jurnal kesehatan komunitas (Journal of community health), 11(2), 224-231.

2. Salim, I. H., Sibarani, J. P., & Simaremare, A. P. R. (2023). Pengaruh Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Perilaku CERDIK Mahasiswa Kedokteran Universitas HKBP Nommensen Medan. Jurnal Kedokteran Meditek, 29(1), 11-17.

3. Yulianingsih, E., Violentina, Y. D. S., Tomayahu, M. B., Mohamad, S. N. A., Doholio, A., Ahmad, S., ... & Djama, N. F. S. A. (2023). PENYULUHAN REMAJA TENTANG PERILAKU CERDIK UNTUK PENCEGAHAN PENYAKIT TIDAK MENULAR. JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri), 7(6), 5323-5332.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image