Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Listiya Nihayah

Mengapa Anak Cenderung Emosional Saat Berkomunikasi dengan Orang Tua?

Parenting | 2025-11-07 08:36:53

Oleh: Listiya Nihayah, Mahasiswa Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga

Komunikasi antara anak dan orang tua merupakan aspek yang sangat penting dalam membangun serta mempertahankan hubungan keluarga yang harmonis dan sehat. Namun, dalam kenyataannya, tidak semua komunikasi berjalan lancar. Terdapat beberapa anak justru memberikan reaksi atau emosi yang berlebihan ketika berbicara dengan orang tuanya. Emosi ini bisa bermacam-macam, seperti bahagia ketika berbincang dengan orang tua, biasa saja dan cenderung flat, atau bahkan marah.

Di sisi lain ketika anak sedang bersama teman, kerabat, atau saudara ia akan berbicara dengan senang dan ceria tanpa adanya emosi berlebih. Namun, perilaku itu berubah drastis ketika ia bersama orang tuanya. Seketika komunikasi antara anak dan orang tua tersebut menjadi perdebatan besar dan berkelanjutan. Orang tua sering kali bersikap teguh pada pendapat atau hal yang dianggap benar tanpa mendengar atau mempertimbangkan pendapat sang anak. Akhirnya, anak menjadi mudah marah atau emosional, bahkan terhadap hal-hal yang sepele. Ini menunjukkan adanya perbedaan sikap dan reaksi emosional yang signifikan tergantung dengan siapa ia berinteraksi.

Kemarahan berlebih tersebut terjadi bukan tanpa sebab. Pasalnya perilaku anak yang berubah di hadapan orang tua ternyata berkaitan dengan kondisi psikologis yang disebut “unresolved emotional conflict” (konflik emosional yang belum terselesaikan). Artinya, dalam diri anak terdapat konflik batin terhadap orang tua yang belum diselesaikan dengan baik. Emosi-emosi lama, seperti rasa kecewa, sakit hati, atau ketidaknyamanan, tidak pernah tersampaikan secara terbuka dan sempurna. Akibatnya, emosi tersebut tertimbun dan muncul dalam bentuk reaksi negatif saat berinteraksi dengan orang tua.

Tidak terselesaikannya konflik batin ini menyebabkan komunikasi antara orang tua dan anak menjadi tidak seimbang sehingga komunikasi tidak berjalan baik dan lancar. Anak mungkin merasa tidak nyaman atau takut disalahpahami, sementara orang tua mungkin tidak menyadari akar masalahnya. Selain itu, perbedaan generasi juga turut memperburuk situasi. Pola pikir yang berbeda menyebabkan orang tua sering kali menuntut untuk didengar, bukan sebaliknya. Menangani konflik tersebut seharusnya orang tua juga turut mendengar keluh kesah anak sehingga dapat mengetahui sudut pandang anak tersebut. Apabila hal tersebut tidak dilakukan dapat menyebabkan anak sulit mengekspresikan perasaannya dengan jujur yang akan memperpanjang konflik emosional yang ada.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image