Peran Gen Z dalam Menciptakan Tren Bisnis Baru di Era Digital
Bisnis | 2025-11-05 16:15:53
Generasi Z, atau yang dikenal juga sebagai Gen Z, merupakan anak muda yang lahir diantara tahun 1996 - 2012. Gen Z sendiri berasal dari kata Zoomer karena mereka lahir dan tumbuh bersamaan dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat, sehingga mereka memiliki kesempatan untuk bisa mengikuti perkembangan teknologi dan internet secara dekat. Generasi Z juga dikenal sebagai generasi paling melek teknologi dalam sejarah. Bagi Gen Z, dunia digital bukan hal baru, tapi sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
Uniknya, mereka tidak hanya menggunakan teknologi untuk hiburan, tapi juga untuk berbisnis, membangun brand, dan menciptakan tren baru. Dari jualan online hingga menjadi kreator digital, Gen Z benar-benar mengubah cara bisnis berjalan di era modern.
1. Dari Pengguna ke Pencipta Tren
Kalau dulu anak muda hanya jadi target pasar, kini Gen Z justru jadi pencipta tren bisnis. Ciri khas utama dari gen Z adalah memiliki Digital-First Mindset, Gen Z sangat bergantung pada platform online untuk mencari informasi, berbelanja, dan berinteraksi dengan brand. Keberadaan di media sosial dan situs e-commerce menjadi elemen penting dalam perjalanan konsumen mereka. Misalnya, banyak anak muda yang kini memanfaatkan media sosial seperti TikTok, Instagram, dan YouTube untuk berjualan, membangun personal branding, atau mempromosikan produk lokal secara kreatif. Fenomena ini membuktikan bahwa Gen Z adalah motor penggerak utama pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia.
Mereka punya kemampuan luar biasa membaca logaritma media sosial untuk menguak apa yang sedang viral dan cepat mengubahnya jadi peluang. Contohnya? Banyak anak muda yang sukses membangun bisnis dari tren TikTok, mulai dari jualan produk viral, membuat konten promosi kreatif, sampai jadi influencer marketing. Mereka juga nggak takut mencoba hal baru. Ide yang bagi generasi sebelumnya “aneh”, bagi Gen Z justru bisa jadi “cuan”. Kreatif, spontan, dan berani, tiga kata yang menggambarkan karakter bisnis Gen Z.
2. Bisnis yang Punya Nilai Otentik dan Cerita
Gen Z sangat menghargai keunikan dan keaslian dalam setiap produk. Hal ini membuat bisnis yang mereka jalankan atau dukung cenderung menonjolkan nilai personal, kreativitas, dan storytelling. Banyak brand baru yang sukses karena mampu mencerminkan nilai-nilai ini, mulai dari kafe bertema estetika digital, hingga bisnis konten kreatif seperti podcast dan video edukatif.
Selain itu, Gen Z juga berani bereksperimen dengan ide-ide bisnis yang “out of the box”. Misalnya, menjual jasa konsultasi online, membuka kelas digital, atau membuat produk berbasis tren pop culture yang sedang viral. Mereka tidak takut gagal, karena menganggap proses belajar dan eksplorasi sebagai bagian dari perjalanan bisnis.
Gen Z ngga cuma peduli dengan produk bagus, tapi juga cerita di baliknya. Mereka lebih tertarik pada bisnis yang punya nilai, entah itu soal keberlanjutan, kepedulian sosial, atau dukungan terhadap karya lokal.
Itu sebabnya sekarang banyak muncul brand lokal yang mengusung pesan kuat, seperti produk ramah lingkungan, baju daur ulang, atau makanan sehat buatan UMKM muda. Gen Z ingin bisnisnya bukan cuma aku, tapi juga berdampak positif bagi orang lain dan lingkungan.
Tren bisnis berkelanjutan (Sustainable Business) semakin populer di kalangan anak muda. Contohnya, bisnis fesyen daur ulang, produk ramah lingkungan, dan gerakan #SupportLocalBrand.
Selain itu, banyak Gen Z yang terlibat dalam kegiatan sosial seperti penggalangan dana digital, kampanye kesadaran lingkungan, hingga edukasi digital bagi UMKM. Ini menunjukkan bahwa mereka ingin menjadi bagian dari perubahan, bukan hanya penonton.
3. Media Sosial: Kantor, Etalase, dan Mesin Promosi
Media sosial bukan sekadar tempat eksis, tapi juga ladang bisnis utama bagi Gen Z. Dari TikTok, Instagram, sampai YouTube, semuanya jadi “kantor digital” di mana ide bisa langsung berubah jadi penghasilan.
Gen Z paham betul bahwa promosi sekarang bukan lagi soal iklan formal, tapi soal membangun koneksi dengan audiens. Mereka tahu cara membuat konten yang relate, lucu, dan autentik, sesuatu yang jauh lebih efektif daripada spanduk atau brosur.
4. Kolaborasi Lebih Penting daripada Kompetisi
Satu hal menarik dari generasi ini: mereka suka kolaborasi. Alih-alih bersaing, banyak Gen Z yang justru memilih bekerja sama. Mereka berkolaborasi dengan teman, influencer, bahkan brand besar untuk menciptakan sesuatu yang fresh.
Misalnya, kolaborasi antara kreator muda dengan UMKM lokal yang ingin go digital. Gen Z membawa ide, konten, dan strategi promosi; sementara UMKM menyediakan produk dan pengalaman. Hasilnya? Sama-sama untung dan makin berkembang.
Mereka lebih percaya pada review jujur, influencer, dan konten autentik dibandingkan iklan tradisional. Akibatnya, strategi pemasaran kini lebih banyak menekankan pada interaksi dua arah, konten kreatif, dan pengalaman pengguna yang personal.
Bisnis yang sukses di era ini adalah yang mampu membangun hubungan emosional dengan pelanggan, bukan sekadar menjual produk. Misalnya, brand yang memanfaatkan kampanye media sosial interaktif atau menciptakan tantangan digital (Challenge) yang viral di kalangan anak muda.
5. Tantangan yang Harus Dihadapi
Meski memiliki potensi besar, tentu saja bisnis di era digital nggak selalu mudah. Tantangannya banyak, mulai dari persaingan ketat, algoritma media sosial yang sering berubah, sampai burnout karena terlalu sibuk online. Namun, satu hal yang membedakan Gen Z: mereka cepat belajar dan cepat beradaptasi. Dengan dukungan literasi digital yang kuat dan kemauan untuk terus belajar, generasi ini memiliki peluang besar untuk menjadi penggerak utama ekonomi kreatif dan digital Indonesia. Gagal bukan akhir, tapi bagian dari proses menuju sukses.
Penutup: Bisnis ala Gen Z, Cerminan Masa Depan
Gen Z sudah membuktikan bahwa usia muda bukan penghalang untuk sukses di dunia bisnis. Dengan kreativitas tinggi, kemampuan digital yang kuat, dan kepedulian sosial yang tulus, mereka membawa warna baru bagi ekonomi modern.
Mereka tidak hanya menciptakan tren, tapi juga membentuk masa depan bisnis yang lebih dinamis, inklusif, dan bermakna. Bisa dibilang, di tangan Gen Z, bisnis bukan lagi sekadar soal uang, tapi tentang menginspirasi dan memberi dampak.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
