Rahasia di Balik Gigitan Cokelat
Gaya Hidup | 2025-11-03 09:12:06
Cokelat merupakan salah satu jenis makanan yang banyak digemari oleh masyarakat di berbagai belahan dunia, tanpa memandang perbedaan geografis, budaya maupun usia. Baik kalangan anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dengan rasanya yang manis, tekstur yang lembut, serta aroma khas yang harum, menjadikan cokelat sebagai makanan yang sangat populer diberbagai kalangan. Kepopuleran cokelat secara global tentu memberikan kesan tersendiri bagi orang yang mengonsumsinya.Dimana cokelat mampu menyentuh aspek dalam kehidupan manusia, baik dari segi sensori maupun emosional. Tidak heran, kecintaan terhadap cokelat tidak hanya berdasarkan kenikmatannya saja, tetapi karena muncul perasaan bahagia dan rasa tenang setelah mengonsumsinya. Banyak orang juga berpendapat, bahwa setelah makan cokelat, ia merasa sedikit lebih ringan dan suasana hati ikut membaik. Hal ini menimbulkan sebuah pertanyaan, apakah benar cokelat dapat memberi pengaruh psikologis seseorang ataukah hanya sugesti semata?
Dari sudut pandang ilmiah, cokelat yang memiliki kandungan aktif (biji cokelat) atau kakao memiliki kandungan berbagai senyawa aktif di dalamnya seperti feniletilamin, triptofan, teobromin, dan gula yang dapat memengaruhi neurotransmiter otak. Feniletilamin yang merupakan asam amino esensial memiliki beberapa fungsi penting antara lain yaitu, feniletilamin yang digunakan untuk menghasilkan tirosin, kemudian diubah menjadi neurotransmiter penting seperti dopamine, norepinefrin, dan epinefrin yang dapat mempengaruhi fokus, memori, dan respon stress. Dalam fungsi otak, feniletilamin berkontribusi untukmeningkatkan konsentrasi, daya ingat, suasana hati, serta mendukung neurologis manusia. Sedangkan triptofan, merupakan asam amino esensial lain yang memiliki manfaat penting yaitu,triptofan yang juga dibutuhkan untuk membentuk serotonin yang membantu mengatur suasana hati, nafsu makan, dan tidur.
Keseimbangan dari dua neurotransmiter ini, serotonin dan dopamine diperlukan untuk menstabilkan suasana hati. Ketika kadar serotonin dan dopamine dalam otak rendah, para ahli telahmengaitkan dengan berbagai gangguan psikologis dan neurologis, seperti depresi, gangguan kecemasan dan hilangnya motivasi. Dalam jurnal Biological Psychiatry (Meyer et al., 2003), menyatakan bahwa orang dengan depresi berat memiliki tingkat seroronin yang lebih rendah di otaknya dibandingkan dengan orang yang sehat. National Institute of Mental Health (NIMH) juga menyatakan bahwa ketidakseimbangan neurotransmiter seperti serotonin dan dopamin merupakan salah satu faktor biologis utama dalam perkembangan gangguan suasana hati, meskipun bukan satu-satunya faktor. Dan pada saat kedua neurotransmiter ini rendah secara bersamaan, dampaknya akan lebih berat dan kompleks, yang menjadikan seseorang mengalami depresi berat, kehilangan minat dalam kehidupan, mudah lelah, sulit tidur, bahkan menarik diri dari lingkungan sosial. Kondisi seperti ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti kurangnya aktivitas fisik, pola makan yang buruk, dan bahkan penggunaan zat tertentu. Dan juga beberapa penyakit juga dapat memicu depresi, kecemasan, ADHD dan bahkan pakinson akibat ketidakseimbangan serotonin dan dopamin.
Ketika otak dalam kondisi membutuhkan serotonin, dapat menumbuhkan perasaan tertarik (craving) terhadap makanan manis, salah satunya yaitu cokelat. Peran serotonin terhadap gangguan jiwa depresi telah diimplementasikan dalam obat antidepresen modern, seperti Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI), yang bekerja untuk mempertahankan kadar serotonin lebih lama di otak.Pengaruh farmakologis cokelat dalam sistem syaraf memiliki kandungan methylxanthine, kafein, dan theobromine. Theobromine dan kafein dalam konsentrasi tinggi telah diketahui memiliki peran seperti stimulan dalam tubuh manusia. Efek lainnya dari kandungan aktif cocoa terhadap neurotransmiter, yaitu bahan kimia yang membawa informasi ke seluruh otak, seperti endorphin dan serotonin di sistem opioid. Sistem opioid memiliki peran penting dalam pelepasan senyawa opioid, seperti pendorfin yang meningkatkan sensasi nikmat saat sedang makan. Sistem ini yang menyebabkan seseorang mengalami perasaan Bahagia (joy) ketika sedang mengonsumsi makanan manis seperti cokelat. Peningkatan kadar endorphin dan serotonin saat mengonsumsi cokelat juga diketahui dapat menurunkan tingkat stress dengan menekan reaktifitas kelenjar andrenal yang berperan pada respon stres normal. Hal ini menunjukan bahwa asupan coklat dapat menimbulkan efek perlindungan tubuh terhadap stres yang dapat merugikan kesehatan.
Jadi cokelat bukan hanya sekedar makanan manis yang digemari banyak orang saja, tetapi menyimpan manfaat psikologis juga, terutama untuk mengurangi stres. Karena cokelat mengandung senyawa alami yang dapat membantu tubuh untuk melepaskan hormon kebahagiaan seperti serotonin dan endorfin, yaitu dua hormon yang dikenal sebagai “hormon bahagia”. Efek relaksasi ini pun sudah terbukti dalam berbagai studi yang menunjukkan penurunan tingkat kecemasan dan peningkatan suasana hati setelah mengonsumsi cokelat, khususnya coklat hitam atau dark chocolate dengan kandungan kakao yang tinggi.
Namun, perlu ditekankan juga bahwa mengonsumsi cokelat tetap harus dilakukan secara bijak, yaitu mengonsumsi denganjumlah yang wajar. Karena apabila terlalu banyak makan cokelat, terutama cokelat yang memiliki kandungan tinggi gula dan lemak, justru dapat berdampak negatif bagi kesehatan. Oleh karena itu, dalam takaran yang tepat, cokelat bisa menjadi salah satu cara alami yang bisa memberikan efek menyenangkan untuk mengurangi tingkat stres, sekaligus dapat menjadi momen kecil yang memberi kenyamanan ditengah hiruk pikuk kehidupan sehari-hari.
Daftar Pustaka
Meyer, J. H., et al. (2003). Lower serotonin transporter binding potential in the human brain during major depressive episodes.Biological Psychiatry, 54(10), 974–982.
Kupriyanov, R., & Zhdanov, R. (2014). The eustress concept: Problems and out-looks. World Journal of Medical Sciences, 11(2), 179-185. doi: 10.5829/idosi.wjms. 2014.11.2.8433.
Taylor, S.E. 1995. Health Psychology. Singapore: McGraw-Hill Book Co.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
