Etanol dalam Pertalite: Solusi Energi atau Isu yang Menyimpan Risiko?
Info Terkini | 2025-11-03 00:05:28
Beberapa waktu terakhir, publik Indonesia dihebohkan oleh video viral yang memperlihatkan seseorang mencampurkan Pertalite dengan air, lalu cairan tersebut tampak menunjukkan reaksi yang diduga sebagai tanda adanya kandungan etanol. Video ini memicu keresahan masyarakat karena dianggap menunjukkan adanya perubahan kualitas bahan bakar.Menurut laporan Liputan6.com (2025), “dalam video tersebut, seorang mekanik menunjukkan hasil uji sederhana yang diyakini membuktikan adanya campuran etanol dalam Pertalite.” Namun, pihak Pertamina dengan tegas membantah hal itu, menyatakan bahwa “Pertalite tidak mengandung etanol maupun air sebagai bahan campuran, dan seluruh BBM telah melalui uji kualitas sesuai standar nasional” (Detik.com, 2025).
Sebagai mahasiswa yang mengikuti isu energi terbarukan, saya melihat fenomena ini menarik karena menyentuh dua sisi penting: inovasi dan kepercayaan publik. Di satu sisi, penggunaan etanol sebagai biofuel memang menjadi bagian dari tren energi bersih yang digalakkan di berbagai negara. Menurut laporan CNBC Indonesia (2025), “etanol memiliki potensi mengurangi emisi karbon hingga 30% dibandingkan bensin konvensional jika digunakan dalam kadar yang tepat.”Namun, di sisi lain, penambahan etanol tanpa sosialisasi dan pengawasan yang jelas justru dapat memicu ketidakpercayaan publik terhadap kebijakan energi nasional.
Selain itu, dari sisi teknis, etanol memiliki nilai kalor yang lebih rendah dibanding bensin, sehingga jika digunakan berlebihan dapat menurunkan efisiensi mesin dan meningkatkan konsumsi bahan bakar. CNBC Indonesia (2025) juga menambahkan bahwa “etanol yang bercampur air dapat menimbulkan risiko korosi pada tangki kendaraan jika kadar pencampurannya tidak terkontrol.” Dengan demikian, meskipun bioetanol adalah inovasi yang menjanjikan, penerapannya tidak bisa sembarangan tanpa riset mendalam dan komunikasi publik yang transparan.
Dalam konteks sosial, kasus viral ini menunjukkan pentingnya literasi energi. Banyak masyarakat langsung mempercayai informasi dari media sosial tanpa verifikasi ilmiah. Seperti disampaikan oleh pihak Pertamina, “percobaan yang tidak diawasi, tidak menggunakan alat terkalibrasi, dan tidak dilakukan di laboratorium resmi dapat menghasilkan kesimpulan yang menyesatkan” (Oto.detik.com, 2025). Maka dari itu, publik sebaiknya lebih berhati-hati sebelum menarik kesimpulan dari konten viral yang belum diuji kebenarannya.
Sebagai penulis, saya berpandangan bahwa isu etanol dalam Pertalite bukan hanya sekadar soal kandungan bahan bakar, melainkan soal transparansi dan kepercayaan publik terhadap lembaga energi nasional. Pemerintah dan Pertamina perlu memperkuat komunikasi ilmiah kepada masyarakat serta membuka hasil uji kualitas bahan bakar secara berkala. Langkah ini penting agar masyarakat merasa yakin bahwa produk yang mereka gunakan aman, efisien, dan tidak menimbulkan kerugian jangka panjang.
Kesimpulan
Isu etanol dalam Pertalite menjadi refleksi bahwa setiap inovasi energi harus disertai dengan transparansi, edukasi publik, dan pengawasan mutu yang ketat. Jika tidak, potensi manfaat yang besar justru bisa berubah menjadi sumber keresahan dan kerugian. Di era keterbukaan informasi, kepercayaan masyarakat adalah bahan bakar utama keberlanjutan kebijakan energi nasional.
Referensi:
Liputan6.com. (2025, Oktober 3). Viral Video Diduga Mekanik Buktikan Kandungan Ethanol dalam Pertalite, Ini Reaksi Pertamina. Detik.com. (2025, Oktober 31). Dirut Pertamina Patra Niaga Pastikan Pertalite Tidak Mengandung Etanol. CNBC Indonesia. (2025, Oktober 6). BBM Pertamina Mengandung Etanol, Ahli Beberkan Kelebihan dan Kekurangannya.Oto.detik.com. (2025, Oktober 9). Viral! Eksperimen Pertalite Dicampur Air Jadi Etanol, Ini Kata Pertamina.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
