Smartwatch sebagai Bentuk Refleksi Modern terhadap Konsep Ihsan dalam Islam
Teknologi | 2025-11-02 20:48:45Smartwatch kini bukan lagi sekedar jam tangan digital. Di persahabatan banyak anak muda, perangkat ini menjadi sahabat setia dalam setiap langkah. Ia mencatat detak jantung, jumlah langkah, waktu tidur, hingga tingkat stres penggunanya. Di satu sisi, teknologi ini mendorong kesadaran hidup sehat. Namun di sisi lain, jika kita ingin memikirkan lebih dalam, smartwatch juga bisa menjadi cermin spiritual modern, pengingat halus tentang konsep ihsan dalam Islam.
Di era serba terukur ini, manusia terbiasa menyatukan semuanya, seperti langkah, kalori, bahkan waktu duduk. Smartwatch membuat kita sadar bahwa setiap aktivitas sekecil apa pun meninggalkan jejak digital. Hal ini seolah mengajarkan bahwa hidup pun tak pernah luput dari pengawasan, bukan hanya oleh teknologi, tetapi oleh Sang Pencipta. serupa sabda Nabi Muhammad ﷺ, “Beribadahlah kepada Allah seolah-olah kamu melihat-Nya; jika kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR. Bukhari-Muslim).
Dalam konteks ini, ihsan berarti kesadaran bahwa Allah senantiasa hadir dalam setiap gerak kehidupan kita. Ia bukan sekadar konsep teologis, melainkan sikap hidup yang menumbuhkan ketulusan dan tanggung jawab. Menariknya, prinsip ini sejalan dengan pola hidup yang dihadirkan teknologi modern seperti smartwatch: disiplin, konsistensi, dan penuh kesadaran diri.
Setiap kali smartwatch memberi notifikasi “waktunya berdiri” atau “target langkah harian belum tercapai”, kita diingatkan untuk bergerak. Begitu pula dalam kehidupan spiritual, ada kalanya hati kita diingatkan. Mungkin lewat kejadian kecil, rasa bersalah, atau bisikan hati bahwa kita perlu memperbaiki diri. Kedua bentuk pengingat ini sama-sama bertujuan agar manusia tidak lengah dalam menjalani hidup dengan seimbang.
Namun, kesadaran digital ini bisa menjadi semu jika hanya terfokus pada pencitraan. Banyak pengguna smartwatch yang rajin membagikan hasil olahraga di media sosial demi pujian atau validasi. Padahal, sejatinya nilai ihsan mengajarkan keikhlasan, berbuat baik tanpa perlu dilihat atau diakui orang lain. Maka, smartwatch dapat menjadi pengingat agar setiap langkah bukan hanya demi kebugaran fisik, tetapi juga demi kebersihan niat.
Teknologi memang tidak bisa menggantikan spiritualitas, tetapi ia dapat menjadi sarana untuk menumbuhkan kesadaran baru. Ketika kita memadukan kesehatan tubuh melalui smartwatch, seharusnya kita juga memadukan kesehatan hati melalui introspeksi diri. Sebab, sebagaimana tubuh membutuhkan detak yang teratur, hati juga membutuhkan ketenangan melalui zikir dan rasa syukur.
Smartwatch mungkin hanya mencatat detak jantung, tetapi ihsan mengajarkan kita untuk memperhatikan detak jantung. Smartwatch mengukur langkah kaki, sementara ihsan menuntun arah langkah hidup. Keduanya bisa berjalan seiring, jika teknologi dijadikan alat untuk memperkuat nilai-nilai spiritual, bukan menggantikannya.
Pada akhirnya, kemajuan teknologi tidak seharusnya menjauhkan manusia dari Tuhannya. Justru di tengah dunia digital yang serba cepat ini, konsep ihsan menjadi lebih relevan dari sebelumnya. Ia mengingatkan kita untuk selalu hadir dengan kesadaran penuh bahwa setiap detik yang berlalu, baik dalam data maupun dalam kehidupan, selalu tercatat di sisi Allah.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
