Stok Perawan Mulai Menipis
Gaya Hidup | 2025-10-31 21:52:18Apakah benar stok perawan mulai menipis di negara ini?
Jika judul di atas agaknya terlalu mengada-ada atau katakanlah bahwa apa yang akan kita baca ini adalah bagian hal tabu dan tak seharusnya dibuka di khalayak, maka izinkan tulisan ini bisa membuka mata kita semua bagaimana seharusnya kata ‘perawan’ begitu sangat berarti bagi perempuan yang sebenar-benarnya.
Segala hal di bumi ini tentu saja mengikuti hukum kausalitas. Semua yang terjadi setelahnya pasti ada penyebab sebelumnya. Termasuk bagaimana dan apa sebab stok perawan terlihat mulai menipis. Yang mana pada hari ini, berkembangnya zaman dan teknologi, arti ‘perawan’ seolah hanya menempel pada sebuah kata tanpa arti. Padahal, sebagai warga bumi belahan timur, sudah seharusnya kita pegang teguh aturan-aturan yang nantinya lebih bisa melindungi diri dan keluarga. Namun, sebelum itu, kita akan kaji lebih dalam dulu satu persatu arti ‘perawan’ dari berbagai sudut pandang.
Menurut sumber wikipedia, perawan atau ‘dara’ merupakan seseorang yang belum pernah melakukan persetubuhan. Beberapa budaya maupun tradisi agama menempatkan keperawanan atau ke-dara-an sebagai suatu kehormatan bagi perempuan yang belum menikah. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), perawan adalah anak perempuan yang sudah patut kawin, anak dara, gadis, belum pernah besetubuh dengan laki-laki, masih murni, belum digarap (diusik-usik, dijamah tentang hutan, daerah, dan sebagainya). Berlanjut dari sudut pandang muslim, keperawanan adalah perempuan yang belum pernah melakukan hubungan badan baik secara haram (zina) atau secara halal (menikah).
Dari tiga hal yang telah dipaparkan di atas, setidaknya ada definisi yang bisa kita padatkan secara simpel jika perawan artinya “belum pernah melakukan hubungan badan”. Meskipun, dalam kenyataannya, arti dan status perawan ini malah kadang jadi bumerang bagi perempuan itu sendiri setelah menikah. Telah kita dengar banyak mitos tentang ‘darah perawan malam pertama’ yang dulu agaknya sangat dipercaya. Namun, dengan berkembangnya pengetahuan dan bacaan literasi, semua orang tahu, mitos itu mulai memudar dan hilang di kalangan masyarakat.
Menurut Ni Komang Yeni SpOG (Spesial Obsetri dan Ginekologi, dokter kandungan dan seputar kesehatan organ reproduksi wanita), status perawan ini selalu menjadi kontroversi karena memang tidak ada batasan yang jelas, sebab perawan bukanlah suatu diagnosis medis. Hubungan seks memang penyebab rusaknya selaput dara, yang menghilangkan keperawanan, tetapi hal itu bukanlah satu-satunya penyebab. Pada kenyataannya, aktivitas fisik bersepeda bisa juga merusak selaput dara. Namun, ada juga perempuan yang sudah melakukan hubungan seksual bertahun-tahun, selaput daranya masih utuh.
Melihat penjelasan di atas, kita jadi tahu jika status perawan seolah tidak bisa dilihat dari sisi medis. Adat ketimuran selalu memandang sisi keperawanan dari sisi norma dan agama. Ia akan dipandang sesuatu yang sangat berharga hingga akhirnya bisa ‘diserahkan’ untuk suaminya setelah menikah. Maka, yang ada hanyalah suara batin yang berada dalam hatinya. Kejujuran terhadap dirinya sendiri.
Namun, berkembang zaman dan gencarnya teknologi, juga gejolak kawula muda (walau tidak semuanya), yang bebas dan lepas dari norma dan tata krama, arti ‘keperawanan’ seolah hanya tempelan, tak ada guna. Sebuah kata tanpa arti. Apalagi jika dua orang yang jatuh cinta sudah telanjur bucin, alamat perempuan akan menyerahkan ‘hal ini’ untuk kekasihnya. Takut ditinggalkan, takut tak jadi dibelikan iPhone seri terbaru, takut diputus cinta, dan sebab-sebab lain yang seolah norma dan tata krama sudah tidak berguna.
Hal lain yang menjadi acuan jika arti ‘perawan’ di zaman sekarang seolah tidak berguna adalah banyaknya data seks bebas di kota-kota besar. Sebut saja Jakarta, Yogyakarta, Malang, Bandung, dan Surabaya. Kelima kota ini selalu masuk daftar teratas kota dengan seks bebas tertinggi, meskipun setiap tahun urutannya berubah-ubah. Tak bisa dimungkiri, selain jadi kota besar padat penduduk, kelima kota ini juga kawasan pariwisata dan pusat pendidikan. Banyak perantau dan kawula muda yang menuntut ilmu. Di lima kota itu juga banyak kawasan tempat-tempat dalam tanda kutip yang notabene, sudah tidak hirau denga arti ‘perawan’. Sebab, di mata para kalangan pemuja seks bebas, hidup hanya untuk saat ini. Untuk bersenang-senang menikmati masa muda yang hanya datang sekali.
Hukum sebab akibat tentu saja akan terjadi setelahnya. Betapa banyak berita bayi tak berdosa dibuang di tong sampah. Banyak kasus aborsi. Dipaksa menikah muda saat masih kuliah. Dan yang lebih parah adalah timbulnya Penyakit Menular Seksual (PMS). Maka, jika menilik lagi hukum sebab akibat banyakya penyakit yang timbul dari mengabaikan norma dan tata krama, sudah sepatutnya harus menjadikan sebuah peringatan dan membuat kita sadar. Meskipun, dalam arti kehilangan ‘perawan’ tidak hanya terjadi pada mereka yang menganut seks bebas, tetapi disebabkan oleh perkara lain.
Telah kita dengar berbagai macam penyakit menular seksual yang hingga hari ini, terkadang pengobatannya hanya untuk menghilangkan nyeri dan luka sementara. Tidak bisa sembuh total. Sebut saja klamidia, sifilis, herpes, HPV, dan paling parah serta mengerikan adalah HIV yang menyerang sistem kekebalan tubuh, meriang sedikit, alamat penderitanya kesakitan berkepanjangan. Untuk jenis penyakit ini rasanya tak perlu panjang lebar dijelaskan. Selain keluar dari penjelasan judul, teknologi informasi sekarang telah di genggaman. Banyak penjelasan lebih rinci tentang penyakit ini di Google. Karena yang sedang kita soroti adalah arti ‘perawan’ bagi semua perempuan.
Kesimpulan yang bisa kita ambil dengan mengaitkan banyak data seks bebas, kasus aborsi dan pembuangan bayi tak berdosa, penyakit kelamin yang merebak, agaknya di zaman sekarang menjaga kata ‘perawan’ bagi perempuan itu sendiri memang sangat susah. Meskipun, tidak menutup kemungkinan, perempuan-perempuan dari keluarga dan lingkungan pergaulan yang ketat memegang prinsip dan norma, selalu akan terus memegang teguh apa yang diyakininya. Ia hanya akan mempersembahkan ‘perawan’ itu untuk suaminya kelak setelah menikah. Itu tidak hanya menguntungkan dirinya sendiri, tetapi juga masyarakat sekitar dan menghambat penyebaran penyakit kelamin. Karena sesal tidak berada di awal atau tengah-tengah. Sesal selalu datang belakangan.
Biodata Penulis:
Dody Widianto lahir di Surabaya. Ratusan karyanya tersiar di berbagai media massa nasional seperti Koran Tempo, Republika, Media Indonesia, Kompas.id, Pikiran Rakyat, Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat, Solo Pos, Radar Bromo, Radar Madiun, Radar Kediri, Radar Mojokerto, Radar Banyuwangi, Singgalang, Haluan, Rakyat Sumbar, Waspada, Sinar Indonesia Baru, Bangka Pos, Tanjungpinang Pos, Pontianak Post, Gorontalo Post, Fajar Makassar, Suara NTB, Rakyat Sultra, dll. Silakan kunjungi akun IG: @pa_lurah untuk kenal lebih dekat.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
