Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rijal Safa Imani

Mengapa Banyak Masyarakat Suka Menyingkat Kata Saat Berkomunikasi di Dunia Maya?

Sastra | 2025-10-31 13:01:24
canva.com

Komunikasi adalah proses dimana terjadi pemberian informasi, gagasan, dan perasaan yang tidak saja dilakukan secara lisan dan tertulis, melainkan melalui bahasa tubuh atau gaya atau tampilan pribadi, atau hal lain di sekelilingnya yang memperjelas sebuah makna (Wahlstrom, 1992). Menurut Littlejhon dan Foss (2008) “Communication is difficult to define. The word is abstract and, like most terms, posses numerous meanings.” Komunikasi sulit untuk didefinisikan. Hal tersebut dikarenakan kata “Komunikasi” bersifat abstrak, seperti kebanyakan istilah dan sangat banyak memiliki arti.

Seperti yang sudah dikatakan menurut para ahli, jadi bisa disimpulkan bahwa komunikasi merupakan proses pemberian informasi secara lisan maupun tulisan yang bertujuan untuk menyampaikan suatu pesan atau makna tertentu. Dalam proses komunikasi, menyampaikan pesan atau makna harus memiliki kejelasan informasi dan bahasa yang runtun, agar lawan bicara yang ada pada hadapan kita bisa memahami konteks atau informasi yang tengah dibahas.

Era digital yang sudah berkembang pesat ini, dalam teknologi informasi dan komunikasi sudah mengalamai transformasi yang sangat signifikan. Akses kemudahan dalam mendapatkan informasi sudah sangat-sangat cepat pada saat ini, kemudian pada akses komunikasi setiap manusia yang ada di dunia ini bisa memperoleh pesan, kabar, dan informasi pada waktu, tempat, dan kondisi yang berbeda-beda dengan tidak harus bertemu secara langsung.

Dilihat dari teknologi komunikasi yang sudah pada dikatakan ‘sempurna’ pada era digital ini. Kita bisa merefleksikannya pada setiap fitur-fitur yang hadir didalamnya, dapat saya sebutkan bahwa Instagram, Tik Tok, WhatsApp, dan aplikasi lainnya tidak hanya sekedar mengirim pesan dengan ketikan dan mengirim emoji sebagai perwakilan penanda emosi diri. Tapi fitur yang ditawarkan sekarang bisa lebih dari itu.

Setiap tahun, bulan, minggu, hingga hari, fitur-fitur dari sebuah sosial media dan sosial chat, itu akan selalu mengalami peningkatan pada setiap algoritmanya dengan membentuk sebuah fitur baru. Bisa saya katakan seperti WhatsApp sekarang tidak hanya mengirim teks, emoji, gambar, dan video, tapi fitur yang ditawarkan sekarang banyak macamnya seperti, mengirim stiker, video dan gambar singkat, bahkan mengirim berkas yang letaknya di microsoft pun bisa lewat WhatsApp.

Fenomena ini membentuk percakapan dunia maya menjadi seperti ombak besar dilautan, yaitu menjadi terombang-ambing. Maksud dari terombang-ambing ini, bagaimana disaat terjadi percakapan di dunia maya tersebut, muncul berbagai bahasa-bahasa baru dan kemudian menjadi tren. Bisa saya sebutkan seperti bahasa gaul, bahasa slang, dan yang lebih suka digunakan yaitu menyingkat kata.

Kemunculan akibat dari komunikasi dunia maya yang semakin tinggi pada intensitanya, menjadikan dampak yang signifikan terhadap Bahasa Indonesia. Masyarakat mulai menggunakan percampuran bahasa asing dengan Indonesia pada saat mereka berselancar di media sosial maupun media chat, tentu saja hal tersebut melahirkan sesuatu yang sering digunakan oleh masyarakat Indonesia maupun dunia yaitu menyingkat kata.

Menyingkat kata dalam komunikasi dunia maya, menurut saya sudah menjadi hal lumrah. Dapat saya contohkan beberapa penyingkatan kata dan kepanjangannya (SLR, MKS, GPP, GJLS, SBB), bisa diambil satu kasus dalam singkatan SLR yaitu berkepanjangan “Sorry baru balas”. Dalam kasus percakapan dunia maya ini mulai memantik sebuah pertanyaan mengapa mereka selalu suka menyingkat kata dalam berkomunikasi di dunia maya.

Opini dari saya mulai terpancing, berpikir mengapa mereka tidak menggunakan kata dengan pedoman Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Apakah mereka malas menggerakan jemari mereka untuk mengetik layar gawai, apakah mereka hanya menggunkan jemari sebelah kiri saja untuk mengetik, sementara yang sebelah kanan itu memegang gorengan untuk dimakan.

Dari sini saya tidak ingin banyak menggiring opini dan memaksakan para pembaca untuk menjadikannya sebagai acuan. Pada kasus ini, saya ingin tertuju pada pengalaman yang pernah dirasakan mengenai menyingkat kata pada saat berkomentar di sosial media dan mengobrol di media chat.

Menyingkat kata pada saat berbincang di dunia maya itu merupakan hal yang wajar dan tidak sama sekali mengganggu tatanan dunia ini. Justru ini menjadi sebuah bukti bahwa bahasa itu akan terus berkembang dan tidak akan pernah berhenti untuk menghadirkan kosakata baru, namun yang dapat saya garis bawahi adalah alasan masyarakat sangat suka menyingkat kata di dunia maya, fenomena menyingkat kata ini sudah terjadi dalam kehidupan sehari-hari secara langsung, tapi saat perkembangan IPTEK mulai merambah pesat, kegiatan menyingkat kata ini mulai tersalurkan ke dalam komunikasi dunia maya dan perkembangannya sangat cepat.

Hal yang patut ditanyakan adalah, apa dorongan masyarakat untuk menyingkat kata di dunia maya. Dari sini saya akan beropini dan akan melihat di sisi diri saya sendiri, menyingkat kata saat berselancar di kolom obrolan dua arah maupun satu arah. Saya akan memberikan contoh terhadap penyingkatan kata yang terjadi, pada saat kita sedang mengobrol dengan teman atau sahabat dekat kita di WhatsApp, kita pasti tahu konteks, pesan, dan informasi yang sedang kita bicarakan dengan lawan bicara kita. Karena pada situasi tersebut, kita tidak mengetahui posisi antar teman kita yang sedang berkomunikasi di dunia maya, entah itu dia sedang malas mengetik panjang, sedang dalam perjalanan, atau bahkan memang sudah terbiasa saat mengobrol dengan teman karibnya dan jadi paham situasi dan makna yang sedang dibicarakan.

Contoh kedua dapat saya berikan kasusnya pada saat kita berkomentar di sebuah video media sosial ‘contohnya Tik Tok’. Pada laman FYP atau for your page, sudah pasti banyak video yang berseliweran dan selalu melewati gawai kita, saat kita mencoba melihat salah satu video dengan seksama, maka terbesit untuk melihat kolom komentar atau bahkan mengomentari viedo tersebut. Pada saat kita melihat kolom komentar, mungkin dari kita sendiri yang tidak mengerti makna video tersebut akan bingung, karena ada kata yang mungkin tidak kita pahami. Selain itu, saat kita mengerti konteks video tersebut, kita akan mencoba berkomentar dengan menyesuaikan dengan makna pada video tersebut.

Opini yang saya berikan contoh tadi bisa menjadi kesimpulan di akhir kepenulisan ini. Menyingkat kata dalam komunikasi di dunia maya, menjadi sebuah salah satu perkembangan pada sebuah bahasa, karena akan melahirkan dan membentuk suatu kepanjangan atau istilah baru dalam singkatan tersebut, namun harus menjadi telaah untuk bisa dilihat, apakah ini menjadi sebuah bahasa yang sesuai dan cocok untuk masuk ke dalam percakapan sehari-hari seperti formal dan informal. Dalam fenomena menyingkat kata ini, ketangguhan istilah harus diperhatikan agar tidak terjadi sebuah ambigu dalam memahami informasi dan makna pada konteks yang sedang terjadi. Karena ketangguhan istilah akan ditelaah dengan mengujinya melalui tingkat atau kualitas daya wadah dan daya ungkap dari istilah itu (Mansur Muslich, 2010).

Referensi:

Mansur, M, I Gusti, N. O. (2010). Perencanaan Bahasa pada Era Globalisasi. Bumi Aksara.

Teddy Dyatmika, M.I.KOM. (2021). Ilmu Komunikasi. Zahir Publishing.

 

 

 

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image