Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image reva rachmadina

Sayangin Dirimu, Berhentilah Menyenangkan Semua Orang

Eduaksi | 2025-10-28 20:16:03

Judul Buku: Sayangi Dirimu,Berhentilah Menyenangkan Semua Orang

Pengarang: Sabrina Ara

Penerbit: Syalmahat Publishing

Tanggal Terbit: 10 April 2021

ISBN: 9786239299583

Bahasa: Bahasa Indonesia

Tebal halaman: 170 halaman

Lebar: 14 x 20 cm

Buku "Sayangi Dirimu, Berhentilah Menyenangkan Semua Orang" karya Sabrina Ara diterbitkan pada tahun 2024 oleh Syalmahat Publishing dan mengajak pembaca untuk memahami bahwa hidup bukan tentang menjadi sempurna di mata orang lain, tetapi tentang menjadi damai dengan diri sendiri. Kumpulan cerita dan renungan pendek yang ditulis dalam bahasa yang lembut, jujur, dan sangat membumi ini berasal dari pengalaman sehari-hari. Sejak awal membaca, saya merasa buku ini berbicara secara langsung kepada pembacanya—menyapa sisi diri kita yang sering lelah karena ingin diterima.

Pada awal buku, penulis meminta pembaca untuk berani mengakui perasaan yang sering kita sembunyikan. Ia menulis bahwa tidak selalu perlu menyembunyikan perasaan kecewa, marah, atau sedih hanya agar terlihat lebih baik di mata orang lain. Dalam satu bagian, ia menyatakan bahwa manusia berhak untuk merasa tidak baik-baik saja, dan bahwa itu bukan sifat buruk. Di sinilah Sabrina mulai menyampaikan pesan penting: kita tidak perlu terlihat sempurna untuk dicintai. Bab ini, menurut pendapat saya, sangat jujur; sepertinya penulis benar-benar memahami perasaan orang-orang yang terus menerus menanggung beban ekspektasi.

Pada bagian tengah buku, penulis membahas kebiasaan untuk membuat semua orang senang. Ia membahasnya dengan cara yang sangat mirip dengan hal-hal yang terjadi di dunia nyata, seperti bagaimana kita sering berkata "ya" meskipun sebenarnya ingin menolak, atau bagaimana kita mengalami perasaan bersalah hanya karena ingin istirahat. Sabrina menulis dalam salah satu bab yang paling berkesan bahwa berkata "tidak" adalah bentuk kasih sayang terhadap diri sendiri. Ia memberikan petunjuk praktis tentang cara menolak dengan sopan tanpa menyakiti orang lain: hilangkan ketakutan, berikan alasan yang jelas, dan komunikasikan dengan sopan sejak awal agar tidak menimbulkan salah paham. Membaca bagian ini membuat saya merenungkan perbedaan antara kebaikan dan pengorbanan. Menjadi baik tidak berarti harus menuruti semua orang setiap saat.

Bab juga membahas dunia yang tidak selalu ramah. Di sini, penulis menekankan betapa pentingnya untuk memiliki keteguhan hati tanpa kehilangan kebaikan. Ia menulis tentang bagaimana menghadapi lingkungan yang keras tanpa menjadi keras juga, serta bagaimana tetap elegan ketika ketidakadilan muncul. Bagian ini seperti peta emosi bagi saya: mengajarkan cara menenangkan diri saat kecewa dan tetap beretika ketika orang lain tidak memperlakukan kita dengan baik.

Di bagian berikutnya, Sabrina membahas orang-orang yang sulit dihadapi, seperti teman yang manipulatif, rekan kerja yang egois, atau keluarga yang terlalu menuntut. Ia tidak menasihati pembaca untuk mengakhiri hubungan secara langsung; sebaliknya, ia menasihati mereka untuk bijak menjaga jarak. Penulis menulis dengan nada empati, mengingatkan kita bahwa kita bisa peduli tanpa mengambil keuntungan. “Peduli itu baik, tapi membiarkan diri dimanfaatkan bukan bentuk kasih, melainkan bentuk kehilangan,” kata wanita itu. Salah satu pesan paling kuat yang ditemukan dalam buku ini adalah kalimat tersebut.

Menjelang akhir, penulis membawa pembaca ke tahap di mana mereka menerima diri mereka sendiri. Ia menulis tentang bagaimana pentingnya bersabar, keluar dari zona nyaman, dan memahami proses. Sabrina percaya bahwasabar bukan berarti menyerah, tetapi kekuatan untuk tidak menanggapi dengan cara yang sama. Selain itu, ia mengingatkan bahwa menghargai diri sendiri adalah penting untuk membangun semangat dan disiplin dalam hidup. Bagian ini memberi harapan—hangat dan menenangkan sekaligus—bahwa kita bisa menjadi versi diri yang lebih kuat dan bahagia secara bertahap.

Keunggulan buku ini adalah sederhananya. Sabrina Ara menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, tetapi setiap kalimatnya memiliki arti yang dalam. Ia tidak menggurui; sebaliknya, ia membawa pembaca melalui refleksi yang halus dan penuh empati. Anda dapat membaca setiap bab secara terpisah, tetapi mereka semua terhubung oleh tema utama: keberanian untuk mencintai diri sendiri. Pembaca dapat dengan mudah berkata, "Aku juga pernah seperti itu" karena kisah-kisah yang ia angkat terasa dekat dan nyata. Selain itu, penulis berhasil meninggalkan pesan moral di akhir cerita tanpa terasa terpaksa. Ini membuat pesannya lebih kuat.

Namun, buku ini memiliki beberapa kekurangan. Ada beberapa aspek yang tampak terlalu sempit dalam menangani masalah. Misalnya, ketika penulis menyarankan untuk menolak atau menghindari orang yang merugikan, konteks sosial seperti tekanan pekerjaan atau tanggung jawab keluarga tidak dibahas dengan cukup. Ini membuat beberapa nasihat terlihat sempurna dan sulit diterapkan dalam semua keadaan. Selain itu, buku ini lebih banyak berfokus pada introspeksi daripada analisis. Pembaca yang mencari literatur psikologi yang mendalam mungkin merasa buku ini terlalu ringan. Sederhana, menurut saya, adalah kelebihan karena membuat pesan moralnya mudah diterima dan relevan bagi siapa pun.

Membaca Sayangi Dirimu dan Berhenti Menyenangkan Semua Orang adalah seperti berbicara dengan seseorang yang benar-benar memahami perasaan kita. Ia tidak hanya memberikan saran, tetapi ia juga memahami dan menenangkan. Setelah saya menutup buku ini, saya merasa seperti saya baru saja diajak pulang ke diri saya sendiri dengan perlahan. Saya menemukan bahwa mencintai diri tidak berarti berhenti peduli pada orang lain; itu berarti tahu kapan harus berkata "tidak" untuk tetap wajar dan bahagia.

Di halaman akhir, penulis menyatakan, "Kemarin saya ingin mengubah dunia, hari ini saya mengubah diri sendiri." Kalimat itu menutup buku dengan tenang. Buku ini mengingatkan kita bahwa perubahan besar selalu dimulai dari hal-hal kecil: keberanian untuk berhenti menyenangkan orang lain dan mulai menyayangi diri sendiri dengan benar.

Reva Rachmadina

Universitas Muhammadiyah Malang

Menejemen Gen 25

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image