Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image HANIFA SYAHIDA FAUZIYAH

Dari Luka Alam, Papandayan Menumbuhkan Keindahan

Wisata | 2025-10-23 10:04:06

Kabut tipis menyelimuti jalur pendakian saat matahari mulai naik dari balik bukit. Aroma belerang samar tercium di udara, tanda Gunung Papandayan sedang bernafas pelan dari perut buminya. Di ketinggian sekitar 2.322 meter di atas permukaan laut, suara langkah para pendaki bercampur dengan desir angin yang menelusup di antara batang-batang pohon kering Hutan Mati kawasan ikonik yang menjadi primadona gunung ini.

Pepohonan di Hutan Mati berdiri seperti patung arang, diam dan hitam sisa aktivitas vulkanik Gunung Papandayan pada 2002 yang membakar sebagian kawasan hutan. Namun, justru di situlah letak pesonanya. Banyak pendaki berhenti lama untuk berfoto, atau sekadar duduk menikmati keheningan yang anehnya terasa damai. Beberapa ratus meter dari sana, hamparan bunga edelweis di Tegal Alun menambah kesan romantis. Bunga abadi itu mekar lembut di tengah dingin yang menggigit, menjadi simbol keteguhan bagi siapa pun yang datang.

Namun, tak semua kawasan di Papandayan kini terbuka untuk dikunjungi. Area kawah utama yang dulu ramai wisatawan kini ditutup sementara oleh pihak pengelola karena alasan keamanan. Aktivitas fumarol dan gas belerang meningkat dalam beberapa bulan terakhir, membuat jalur menuju kawah dibatasi.

“Sampai di Hutan Mati rasanya kayak masuk dunia lain, sunyi tapi indah banget. Sayang, area kawahnya ditutup. Tapi justru itu bikin saya pengin balik lagi ke sini suatu hari nanti.” kata Syahila (20), salah satu pengunjung asal Bandung.

Gunung Papandayan bukan sekadar tempat mendaki, tapi ruang perenungan yang menautkan manusia dengan alamnya. Di antara pepohonan hitam yang mati, bunga-bunga abadi tetap tumbuh. Seakan gunung ini ingin mengingatkan bahwa dari kehancuran pun, keindahan bisa lahir kembali.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image