Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image AYDINE KIRANA JASMINE

Mengapa Musik Bisa Mengubah Mood?

Eduaksi | 2025-10-22 17:18:02

Musik telah menjadi kebutuhan universal yang integral dalam kehidupan

manusia, memainkan peran penting dalam pengaturan suasana hati dan

kesejahteraan psikologis. Kemampuan musik untuk menghibur dan

menenangkan jiwa memungkinkan kita untuk memahami kondisi emosional

seseorang melalui preferensi musik individu. Selain itu, musik merangsang

respons neurologis yang memicu pelepasan hormon yang terkait dengan

kebahagiaan, seperti dopamine dan endorfin, yang menghasilkan perasaan

positif dan meningkatkan suasana hati (Suryana, 2012). Sehingga detak

jatung berirama membuat suasana dan perasaan lebih nyaman dan relaksasi.

Musik telah memberikan berbagai manfaat kepada manusia, yakni

sebagai hiburan, sosial, dan pendidikan yang merupakan fungsi utama

dirasakan oleh masyarakat. Selain musik digunakan untuk mengiring

berbagai acara, musik juga dapat menumbuhkan sense of belonging

seseorang dalam sebuah kelompok Masyarakat atau komunitas. Fungsi musik

sebagai hiburan dapat dilihat dari banyaknya lagu lagu yang diproduksi dan

di konsumsi oleh masyarakat, mulai dari lagu tradisional hingga modern.

Dalam berbagai penelitian, musik dengan genre tertentu terbukti dapat

menurunkan tingkat stress dan kecemasan. Penelitian oleh Kurniawati, dkk.

(2023) membuktikan bahwa musik instrumental piano dengan suara

gemercik air dan kicauan burung dapat menurunkan kecemasan khususnya

pada pasien pasca stroke. Selain itu, penelitian oleh Cahyani dkk. (2024) juga

membuktikan bahwa musik dengan suara alam dapat menurunkan tingkat

stress mahasiswa akhir.

Dampak musik dapat positif atau negatif, bergantung pada jenis musik

yang didengarkan dan kondisi emosional pendengar. Oleh karena itu, penting

untuk memilih musik dengan bijak untuk memaksimalkan efek emosional

positif dan meningkatkan kesejahteraan psikologis. Musik juga dapat

mempengaruhi suasana hati melalui jalur saraf di otak yang terkait dengan

emosi, memicu pelepasan hormon seperti dopamine dan endorfin, yang

berperan dalam mengatur suasana hati dan rasa kebahagiaan. Sebaliknya,

suasana hati juga dapat memengaruhi pilihan musik individu. Ketika sedang

merasa senang, individu cenderung memilih musik yang ceria dan energik,

sedangkan saat sedih, individu mungkin lebih suka mendengarkan musik

yang melankolis dan sentimental. Dengan memahami hubungan antara musik

dan suasana hati, kita dapat memanfaatkan musik sebagai alat untuk

mengatur emosi, meningkatkan semangat, dan meningkatkan kesejahteraan

psikologis kita (Lutfi et al., 2024).

Berbagai penelitian menunjukan bahwa musik memiliki kemampuan untuk

mempengaruhi suasana hati secara signifikan. Musik dapat memicu respons

emosional yang kuat dan berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan psikologis

(Thoma et al, 2013). Selain itu, jenis musik yang dipilih juga dapat memicu

berbagai reaksi emosional, mulai dari kebahagiaan, kesedihan, hingga nostalgia.

Misalnnya, musik dengan tempo cepat dan melodi ceria cenderung meningkatkan

semangat dan energi, sementara musik yang lambat dan melankolis dapat

membawa seseorang pada refleksi dan perasaan mendalam.

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak inidividu menggunakan musik sebagai

alat ukur untuk mengatur suasana hati mereka. Seseorang mungkin memilih

mendengarkan lagu-lagu upbeat saat berolahraga untuk meningkatkan motivasi,

atau memilih musik yang tenang saat ingin bersantai setelah hari yang melelahkan.

musik dapat berfungsi sebagai alat untuk mengatur emosi, membantu individu

dalam mengelola perasaan mereka ( Juslin dan Västfjäll, 2008).

Seorang anak sedang mendengarkan musik (Sumber: detik.com)

Musik merupakan salah satu bentuk ekspresi manusia yang paling universal.

Dimana hampir setiap individu memiliki pengalaman emosional yang berbeda beda

ketika mandengarkan musik. Ada yang merasa Bahagia, tenang, bahkan sedih.

Sehingga fenomena ini menarik perhatian untuk dikaji lebih dalam melalui

pandangan biopsikologi, yakni ilmu psikologi yang mempelajari hubungan antara

proses biopsikologis tubuh, khususnya system saraf dan otak dengan perilaku

manusia.

Menurut Juslin dan Västfjäll (2008), musik berfungsi sebagai alat untuk

mengatur emosi dan membantu individu dalam mengelola perasaan mereka.

Penelitian ini juga mendukung peran musik yang penting dalam kehidupan sehari

hari, khususnya bagi generasi muda. Musik dapat menjadi sumber hiburan,

penyeimbang emosi, dan alat untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis.

Teori Biopsikologi ini membantu menjelaskan bagaimana gelombang suara

dapat memengaruhi sistem saraf dan menghasilkan perubahan nyata pada suasana

hati seseorang. Ketika seseorang mendengarkan musik, maka telinga akan berperan

sebagai penerima pertama dari stimulus suara. Sehingga gelombang suara yang

diterima akan diubah menjadi impuls Listrik dan diteruskan ke otak melalui saraf

pendengaran. Implus tersebut kemudian diproses oleh korteks auditori di otak yang

bertanggung jawab mengidentifikasi unsur musik. Seperti ritme, nada, dan melodi.

Setelah itu informasi musik akan diteruskan ke system limbik, khususnya amigdala

dan hipokampus. Kedua bagian ini memiliki peran penting dalam pembentukan

emosi dan memori. Oleh karena itu, musik yang didengar seseorang dapat memicu

kenangan tertentu dan membangkitkan emosi yang terkait dengan pengalaman

masa lalu.

Musik juga berpengaruh terhadap sistem fisiologis tubuh. Penelitian

menunjukkan bahwa mendengarkan musik lembut dapat menurunkan detak

jantung, tekanan darah, dan kadar hormon stres seperti kortisol. Sebaliknya, musik

dengan tempo cepat dapat meningkatkan energi dan semangat seseorang karena

sistem saraf simpatik menjadi lebih aktif. Pengaruh inilah yang menjadikan musik

sering digunakan sebagai alat terapi untuk mengatur emosi dan menurunkan stres

(Pelletier, 2004). Dalam konteks medis, terapi musik bahkan digunakan untuk

membantu pasien yang mengalami gangguan kecemasan, depresi, maupun

gangguan tidur (Thoma et al., 2013).

Respon emosional terhadap musik memang bersifat subjektif, tetapi pola

umum tetap dapat ditemukan. Musik dengan tempo cepat dan nada mayor

cenderung menimbulkan perasaan gembira, sedangkan musik dengan tempo lambat

dan nada minor menimbulkan perasaan tenang atau sedih. Namun, yang menarik,

musik sedih tidak selalu membuat seseorang merasa buruk. Justru, bagi sebagian

orang, musik sedih dapat membantu menyalurkan emosi negatif secara sehat

melalui proses yang disebut katarsis. Hal ini menunjukkan bahwa musik tidak

hanya memengaruhi emosi secara langsung, tetapi juga membantu individu

memahami dan mengatur perasaannya dengan lebih baik (Koelsch, 2014).

Melalui pendekatan biopsikologi, dapat disimpulkan bahwa musik mampu

mengubah mood karena adanya interaksi kompleks antara gelombang suara, sistem

saraf, dan zat kimia di otak. Pengaruh ini bukan sekadar fenomena psikologis, tetapi

merupakan proses biologis yang nyata dan terukur. Musik dapat menenangkan,

memotivasi, atau bahkan menyembuhkan, tergantung pada cara otak menafsirkan

dan meresponsnya. Dengan demikian, musik bukan hanya sarana hiburan, tetapi

juga instrumen biologis yang secara alami dirancang untuk menyentuh aspek

terdalam dari emosi manusia.

jadi kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini adalah, Musik memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia, tidak

hanya sebagai sarana hiburan tetapi juga sebagai media pengatur emosi dan

peningkat kesejahteraan psikologis. Melalui perspektif biopsikologi, dapat

dipahami bahwa pengaruh musik terhadap suasana hati merupakan hasil dari

interaksi kompleks antara sistem saraf, otak, dan zat kimiawi seperti dopamin,

endorfin, serta kortisol. Gelombang suara yang diterima oleh telinga diterjemahkan

menjadi impuls listrik dan diproses oleh area otak yang berhubungan dengan emosi,

seperti sistem limbik, sehingga menimbulkan respons emosional yang beragam.

Musik terbukti mampu menurunkan tingkat stres, kecemasan, serta

meningkatkan semangat dan motivasi. Jenis musik yang berbeda juga dapat

menimbulkan efek emosional yang bervariasi, mulai dari rasa bahagia, tenang,

hingga reflektif. Oleh karena itu, pemilihan musik yang tepat dapat menjadi strategi

efektif dalam mengatur suasana hati dan menjaga keseimbangan mental.

Secara keseluruhan, musik bukan hanya bentuk ekspresi seni, tetapi juga

fenomena biologis yang memiliki dampak langsung terhadap fungsi otak dan emosi

manusia. Pemahaman terhadap hubungan antara musik dan sistem saraf ini

memperkuat pandangan bahwa musik dapat dimanfaatkan sebagai terapi alami

untuk meningkatkan kesehatan mental dan kesejahteraan psikologis individu.

Blood, A. J., & Zatorre, R. J. (2001). Intensely pleasurable responses to music

correlate with activity in brain regions implicated in reward and emotion.

Proceedings of the National Academy of Sciences, 98(20), 11818–11823.

https://doi.org/10.1073/pnas.191355898

Cahyani, A. R., & Tasalim, R. (2024). Efektivitas Terapi Relaksasi Otot Progresif

dan Terapi Musik Suara Alam Terhadap Tingkat Stres Mahasiswa Semester

Akhir. Journal of Health (JoH), 11(1), 52–60.

Chanda, M. L., & Levitin, D. J. (2013). The neurochemistry of music. Trends in

Cognitive

Sciences,

17(4),

179–193.

https://doi.org/10.1016/j.tics.2013.02.007

Juslin, P. N., & Västfjäll, D. (2008a). Emotional responses to music: The need to

consider underlying mechanisms. Behavioral and Brain Sciences, 31(5), 559

575. https://doi.org/10.1017/s0140525x08005293

Juslin, P. N., & Västfjäll, D. (2008b). Emotional responses to music: The need to

consider underlying mechanisms. Behavioral and Brain Sciences, 31(5), 559

575. https://doi.org/10.1017/s0140525x08005293

Koelsch, S. (2014). Brain correlates of music-evoked emotions. Nature Reviews

Neuroscience, 15(3), 170–180. https://doi.org/10.1038/nrn3666

Konecni, V. J. (2003). Review of P. N. Juslin and J. A. Sloboda (Eds.), Musicand

Emotion: Theory and Research.‟Music Perception. Music Perception, 0, 332

341.

Kurniawati, R., & Ilmiyah, V. A. (2023). Efek Musik Suara Alam (Nature Sounds

Music) terhadap Penurunan Kecemasan pada Pasien Pasca Stroke. Jurnal

Kesehatan, 12(1), 12-18.

Lutfi, A., Aulia, R., Fatihatunnisa, F., & Khairunnisa, N. (2024). Harmoni Getaran

dan Gelombang: Eksplorasi Emosi Manusia melalui Karya Seni Musik. Jurnal

Riset Media Keperawatan, 7(1), 51–55.

Pelletier, C. L. (2004). The effect of music on decreasing arousal due to stress: A

meta-analysis.

Journal

of

Music

Therapy,

41(3),

192–214.

https://doi.org/10.1093/jmt/41.3.192

Thoma, M. V., Ryf, S., Mohiyeddini, C., Ehlert, U., & Nater, U. M. (2013). Emotion

regulation through listening to music in everyday situations. Cognition and

Emotion, 27(3), 534–543. https://doi.org/10.1080/02699931.2012.720963

Thomas, M. V., La Marca, R., Brönnimann, R., Finkel, L., Ehlert, U., & Nater, U.

M. (2013). The effect of music on the human stress response. PLoS ONE,

8(8), e70156. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0070156

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image