Digoreng Dadakan, Donat Mang Pedon Selalu Laris di Bandung
Kuliner | 2025-10-22 16:34:23
Namanya Mang Pedon, penjual donat yang sudah empat tahun berjualan di tempat yang sama. Tak punya akun Instagram, tak pula promosi besar-besaran di media sosial lainnya, tapi pembelinya selalu ramai. Dua kali sehari ia buka lapak pagi hingga pukul sebelas, lalu lanjut lagi sore sampai menjelang magrib.
“Karena dibuatnya kan secara langsung, jadi disajikan ke pelanggan itu masih anget dan fresh,” katanya.
Itulah alasan jajanan ini dikenal sebagai “Donat Dadakan”. Setiap pembeli akan mendapatkan donat yang baru diangkat dari wajan, lembut di dalam, renyah di luar, dan wangi mentega masih terasa. Varian rasa favoritnya sederhana: original dan coklat. Tapi justru kesederhanaan itu yang bikin banyak orang balik lagi.
Yang membuat gerobak kecil ini istimewa bukan cuma donatnya, tapi juga sosok di baliknya. Mang Pedon dikenal ramah dan terbuka pada siapa pun. Hampir setiap hari ia menerima saran dari pelanggan, mulai dari rasa, topping, sampai desain gerobaknya.
“Kemarin ada yang bilang gerobaknya ceper, jadi saya kepikiran mau ubah biar lebih menarik. Kadang ide datangnya malah dari pelanggan,” ujarnya.
Ia menamai gerobaknya “Donat Dadakan Nur Cahaya”. Bagi Mang Pedon, nama itu punya makna doa cahaya yang menerangi langkah usaha. Ia belajar membuat donat secara otodidak, bermodal semangat dan tekad yang ia sebut “motekar”.
“Saya cuma pengin usahanya makin berkembang, nambah varian rasa, bahkan Semakin bertambah cabang-cabangnya” ucapnya pelan.
Harga satu donat hanya Rp2.500-4.000, tapi rasanya tidak murahan. Teksturnya lembut, manisnya pas, dan sensasi hangatnya membuat siapa pun ingin menggigit lagi. Tak heran, dalam sehari Mang Pedon bisa berjualan dua kali karena selalu habis dengan cepat.
Di tengah maraknya donat kekinian dan donat artis, Donat Dadakan Mang Pedon tetap punya tempat di hati pembelinya. Bukan karena kemasan mewah, tapi karena kehangatan dan ketulusan yang ia berikan di setiap donat yang digorengnya. Kadang, rasa manis tak hanya datang dari gula tapi juga dari hati orang yang membuatnya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
