Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image miftahul jannah

Donat Kentang Cipadung: Manisnya Usaha yang tak Lekang oleh Waktu

Kuliner | 2025-10-20 11:45:08
Gerobak Donat Kentang Susu “Dokentsu” milik penjual di kawasan Cipadung, Bandung, yang telah berdiri sejak 2007

Di pinggir jalan kecil kawasan Cipadung, aroma manis donat goreng selalu menyapa siapa pun yang lewat. Asap tipis dari wajan besar berpadu dengan senyum hangat sang penjual yang setia berdiri di belakang gerobak sederhana. Dialah gambaran di balik kedai donat kentang yang sudah bertahan sejak tahun 2007—penjual yang tak hanya menjajakan camilan, tetapi juga konsistensi dan kejujuran dalam perdagangan.

Ketika ditanya mengapa ia memilih berjualan donat, bukan kue lain, sang penjual menjawab dengan mantap, “Karena donat itu memasyarakat. Anak kecil, orang dewasa, sampai nenek pun suka. Kalau kue, biasanya musiman, cuma laku saat Lebaran atau hari besar. Tapi kalau donat, bisa setiap hari.”Alasan sederhananya ternyata lahir dari pengalaman turun-temurun. Orang tuanya dulu juga gemar membuat aneka kue, namun ia melihat bahwa donat memiliki daya hidup lebih panjang di pasar. Maka, dengan bekal resep keluarga, ia mulai mengaduk adonan pertamanya di tahun 2007—dan sejak itu, aroma khas donat kentang susunya menjadi bagian dari keseharian warga Cipadung.

Yang membuat donat ini berbeda bukan hanya soal rasa, tetapi juga prosesnya. Semua adonan diolah langsung di depan pembeli. Tidak ada yang disembunyikan, tidak ada yang disimpan lama. "Kita bikin, nyetak, goreng langsung di depan konsumen. Enggak pakai alas plastik biar enggak berembun. Jadi lebih aman, lebih segar," ujarnya sambil terus mengaduk adonan yang mengembang sempurna.Ia bahkan menggunakan telur bebek sebagai bahan utama—sesuatu yang jarang dilakukan oleh pedagang donat rumahan. “Telur bebek hasilnya beda banget, lebih lembut, lebih gurih. Cuma kalau stok kosong banget baru pakai telur biasa,” tambahnya.

Donat kentang buatannya hadir dalam dua pilihan: original dan topping. Namun yang paling mengejutkan, harga donat original masih sama seperti 18 tahun lalu—Rp2.500 per buah. “Dari tahun 2007 sampai sekarang masih tetap Rp2.500,” katanya bangga. “Kita enggak mau ngincer untung besar. Lebih baik untung sedikit tapi tiap hari ada pembeli.”Filosofi itu menjadi pegangan hidupnya. Ia percaya bahwa rezeki datang dari kejujuran dan kesabaran, bukan dari mengejar keuntungan besar dalam sekejap. "Banyak yang pengin untung besar, tapi apakah tiap hari ada yang beli? Kalau saya, lebih baik jual banyak dengan harga terjangkau. Dari situ juga bisa besar hasilnya," ujarnya dengan nada yakin.

Pilihan topping pun dibuat sederhana—keju, cokelat, Oreo, cookies, brown sugar, dan meises premium. Ia belum tertarik bermain dengan topping glaze warna-warni. “Kita masih tetap di yang original, yang umum orang suka. Yang penting enak dan halal,” tuturnya.Bahan-bahan itu semuanya dipilih dengan hati-hati, bahkan meski harga meises kini sudah naik hampir dua kali lipat. “Dulu Rp27.000, sekarang sudah Rp50.000. Tapi kita tetap jaga kualitas,” katanya sambil tersenyum.

Dibalik kesederhanaan kedainya, ada ketulusan yang membuat pembeli terus berdatangan. Tak hanya karena rasa donatnya yang lembut dan gurih, tapi juga karena sikap sang penjual yang ramah dan jujur. Ketika ditanya apa pesan untuk para pembelinya, ia hanya menjawab pendek, “Alhamdulillah mereka percaya sama saya, saya lebih percaya lagi sama mereka.”Jawaban yang mungkin terdengar sederhana, namun sesungguhnya menjadi cermin dari hubungan saling menghargai antara pedagang dan pelanggan—hubungan yang kini semakin langka di tengah dunia bisnis yang serba instan.
Di tengah banyaknya kedai modern dengan konsep kekinian dan harga tinggi, donat kentang Cipadung tetap bertahan dengan caranya sendiri. Ia tidak mengejar kemewahan, hanya berusaha menjaga cita rasa dan kepercayaan. Barangkali di situlah letak keistimewaannya—sederhana, tulus, dan bertahan.Seperti kata sang penjual, “Kalau rezeki itu enggak ke mana. Yang penting kita jaga kualitas, jaga hati, dan jaga kepercayaan.”

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image