Saat Angka Bersua Empati: Peran Komunikatif Administrasi Kebijakan Kesehatan di Rumah Sakit
Hospitality | 2025-10-16 15:05:38

Suasana di rumah sakit pagi itu sangat ramai. Suara langkah kaki pasien dan keluarga menyatu dengan panggilan dari loket administrasi. Di tengah kesibukan itu, saya memperhatikan bagian administrasi pelayanan yang tampak tenang namun terus beraktivitas. Di sinilah para administrasi kebijakan kesehatan bekerja sosok yang sering tidak terlihat, tetapi perannya sangat penting dalam memastikan pelayanan rumah sakit berjalan lancar.
Saat mendengar kata "rumah sakit", mayoritas orang terlihat langsung terlintas dokter, perawat ataupun tenaga medis yang selalu berhubungan langsung dengan pasien. Namun, dibelakang ruang pelayanan dan aktivitas media laiinya yang tampak sibuk, ada profesi lain yang bekerja lebih hening tetapi tidak kalah penting yaitu administrasi kebijakan kesehatan.
Mereka adalah figur yang selalu memastikan tiap-tiap aturan, kebijakan, dan sistem pelayanan bergerak sesuai dengan keperluan masyarakat. Profesi ini tidak hanya berpusat pada urusan administrasi ataupun data, tetapi juga pada keahlian berkomunikasi memahami ucapan masyarakat dan menerjemahkan menjadi kebijakan yang lebih simpatik.
Dalam pengamatan saya, seorang staf administrasi kebijakan kesehatan tampak sabar dan detail menjelaskan setiap prosedur pendaftaran online kepada lansia yang kebingungan menggunakan handphone. Dengan nada halus, ia memandu setiap langkah di mulai dari pembukaan laman pendaftaran sampai memastikan data terinput dengan sesuai.
Momen itu tampak sederhana, tetapi disitulah terlihat peranan nyata seorang administrasi kebijakan kesehatan yaitu mengubah kebijakan yang terlihat kaku menjadi suatu yang dapat dengan mudah dipahami masyarakat dengan cara komunikatif terhadap pelayanan kesehatan. Ia tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi juga menenangkan dan memberikan selalu rasa aman terhadap pelayanan.
"Kalau ada kesulitan, nanti kamu bantu di loket, Bu. Jangan khawatir nanti saya arahkan," katanya sambil tersenyum halus. Kalimat sederhana seperti inilah yang mampu membuat suasana kenyamanan bagi pelayanan kesehatan. Dari situ saya menyadari bahwa komunikasi dalam kebijakan kesehatan tidak selalu berbentuk formal justru bahasa yang hangat dan empatik inilah yang membuat kebijakan lebih mudah untuk diterima bagi masyarakat.
Selama pengamatan, saya melihat di ruang tunggu administrasi bagaimana salah satu petugas menghadapi pasien yang kecewa karena adanya antrean yang terlalu lama. Bukannya menanggapi dengan nada tinggi, tetapi ia menenangkan pasien dengan nada lembut juga menjelaskan dengan detail alasan mengapa terjadinya keterlambatan. Tidak ada perdebatan, bahkan membuahkan ketenangan juga empati.
Momen itu menunjukkan bahwa komunitas bukan hanya tentang bicara, tetapi tentang mendengarkan dan memahami bahkan berfungsi sebagai "penengah" yang membantu menjaga hubungan baik antara tenaga medis dengan masyarakat. Setiap percakapan yang mereka lakukan di lapangan tidak hanya sampai disitu. Petugas administrasi kebijakan kesehatan melalui pengamatan saya selaku mecatat hal-hal kecil yang ada dari setiap pelayanan kesehatan ini, "lansia kesulitan dengan alur pengisian pendaftaran daring" hal inilah yang nantinya akan menjadi bahan rapat evaluasi.
Dari sanalah kebijakan yang lebih terarah bisa hadir seperti penyediaan loket bantuan digital bagi lanjut usia ataupun mungkin penyederhanaan formulir bagi pasien baru. Artinya, jika dilakukannya komunikasi yang baik maka akan dapat berubah menjadi pembaruan dalam sistem pelayanan di rumah sakit. Selama pengamatan, saya juga melihat bagaimana komunikasi yang dibuat dapat berpengaruh sangat besar dalam kepercayaan masyarakat.
Ketika pasien dijelaskan dengan penuh kelembutan, sabar dan ruang untuk bertanya maka keluhan itu semua bisa berubah menjadi pengertian. Saya sempat mendengar seorang pasien berbicara dengan keluarganya, "Tadi mikirnya ribet nih ngurusin ginian, tapi pas dijelasin pake nada kalem, kan jadi ngerti" inilah yang menggambarkan kepercayaan masyarakat tidak hanya muncul dari sistem saja, tetapi peran pelayan kesehatan memperlakukannya dengan baik akan menimbulkan kesan yang positif.
Dari hasil pengamatan ini, saya simpulkan bahwa profesi administrasi kebijakan kesehatan di rumah sakir merupakan penyatuan antara analisis dan empati. Mereka mengolah data dengan logika, tetapiniga menerapkannya dengan hati yang bersih.
Mereka mungkin tidak mengenakan jas putih atau bekerja di ruang operasi, tetapi tanpa mereka, sistem pelayanan tidak akan berjalan seimbang. Melalui komunikasi yang sabar, terbuka, dan penuh empati. Karena pada akhirnya, kesehatan bukan hanya tentang pengobatan, tetapi juga tentang kepercayaan yang dibangun melalui komunikasi yang tulus.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
