Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Sistha Dinarendra

Pengaruh Kasih Sayang yang Berlebihan tidak Selalu Baik dalam Perspektif Biopsikologi

Eduaksi | 2025-10-16 11:01:04

Pendahuluan

Perspektif Biopsikologi

Kasih sayang merupakan kebutuhan dasar manusia. Sejak lahir, seorang anak membutuhkan perhatian, sentuhan, dan rasa aman dari orang tua atau pengasuhnya. Dengan kasih sayang, anak merasa dicintai, dihargai, dan memiliki perasaan yang kuat untuk tumbuh menjadi pribadi yang sehat secara emosional maupun sosial. Akan tetapi, kasih sayang yang diberikan secara berlebihan tidak selalu berdampak baik. Dalam banyak kasus, kasih sayang yang terlalu besar bisa berubah menjadi pemanjaan atau perlindungan yang berlebihan, sehingga anak justru kesulitan berkembang dan terlalu mengandalkan orang lain.

Dari sudut pandang biopsikologi, pengasuhan yang terlalu penuh kasih sayang dapat memengaruhi fungsi otak, perkembangan emosi, serta cara seseorang menghadapi stres. Biopsikologi sendiri adalah bidang ilmu yang mengkaji hubungan antara tubuh (khususnya sistem saraf dan hormon) dengan perilaku manusia. Dengan memandangnya melalui perspektif ini, kita bisa melihat bahwa kasih sayang yang berlebihan dapat membuat anak kurang terlatih mengatur emosi, sulit mandiri, dan rentan mengalami masalah psikologis ketika menjadi dewasa.

isi

Kasih Sayang dan Perkembangan Otak

Kasih sayang yang cukup dapat membantu perkembangan bagian otak anak yang berhubungan dengan rasa aman dan regulasi emosi. Misalnya, anak yang mendapat pelukan dan perhatian biasanya memiliki tingkat kecemasan lebih rendah dan ikatan emosional yang kuat dengan orang tuanya. Namun, bila kasih sayang itu diberikan secara berlebihan, anak tidak mendapatkan kesempatan untuk belajar menghadapi rasa tidak nyaman atau tantangan. Anak tersebut bisa kaget keika medapatkan masalah saat dewasa, dan itu mungkin dapat menjadikan anak tersebut stress atau mungkin depresi.

Dalam perkembangan otak, khususnya bagian prefrontal cortex yang mengatur pengambilan keputusan dan kontrol diri, anak perlu pengalaman mencoba, gagal, dan belajar dari kesalahan. Jika semua kebutuhan anak langsung dipenuhi atau anak selalu dijaga dari segala risiko, bagian otak ini tidak berkembang optimal. Akibatnya, ketika menghadapi masalah di luar rumah, disekolah, dan lingkungan sekitarnya anak bisa bingung, panik, atau mudah stres.

Dampak Terhadap Emosi dan Perilaku

Kasih sayang yang berlebihan sering kali membuat anak menjadi sangat bergantung pada orang tua. Mereka bisa kesulitan membuat keputusan sendiri atau kurang percaya diri ketika menghadapi lingkungan baru. Dari perspektif biopsikologi, hal ini berhubungan dengan respons stres yang kurang terlatih. Anak yang terbiasa “dilindungi” dari segala masalah akan lebih mudah cemas ketika menghadapi tekanan, karena tubuhnya tidak terbiasa mengendalikan hormon stres.

Selain itu, pemanjaan juga bisa memunculkan sifat mudah frustrasi. Anak yang selalu mendapatkan apa yang diinginkan akan sulit menerima penolakan atau kegagalan. Dalam jangka panjang, hal ini bisa berujung pada masalah kepribadian, misalnya kecenderungan emosi yang labil atau mudah marah dan bisa saja menyalahkan orang orang disekitarnya yang membantunya tetapi tidak sesempurna yang diberikan orang tua nya.

https://share.google/images/Q6D2svoUwYphCRurY

Kasus di Kehidupan Nyata

Fenomena kasih sayang berlebihan bisa kita lihat dalam gaya pengasuhan yang disebut “overparenting” atau “overprotektif.” Banyak orang tua merasa bahwa melindungi anak dari segala kesulitan adalah bentuk cinta. Padahal, tanpa disadari hal itu membuat anak kurang siap menghadapi dunia nyata.

Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa orang tua yang overprotektif atau terlalu memanjakan justru dapat meningkatkan sifat neuroticism pada anak, yaitu kecenderungan mudah cemas, khawatir, dan sensitif terhadap tekanan. Ada juga penelitian lain yang menemukan hubungan antara pola asuh terlalu protektif dengan perilaku agresif, karena anak tidak terbiasa mengelola emosinya dengan sehat dan emosi tersebut dapat dimunculkan Dimanapun dan siapapun yang menurut dia tidak sesuai dengan kemauannya.

https://share.google/images/cyT5H27mU1HT1IGlX

Keseimbangan yang diberikan itu penting

Dari perspektif biopsikologi, tubuh dan otak manusia berkembang optimal ketika ada keseimbangan antara rasa aman dan tantangan. Kasih sayang memang penting, tetapi anak juga butuh kesempatan untuk belajar mandiri, merasakan frustrasi, dan berlatih mengatasi stres dalam kadar yang wajar. Dengan cara ini, sistem saraf mereka terbiasa menghadapi tekanan, sehingga lebih tahan banting ketika dewasa.

Pengasuhan yang sehat adalah keseimbangan, memberikan kasih sayang yang cukup untuk menumbuhkan rasa aman, tetapi juga memberikan ruang bagi anak untuk mencoba, gagal, dan belajar. Dengan keseimbangan ini, anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, Tangguh, dan siap menghadapi tantangan hidup

Oleh karena itu, peran orang tua bukan hanya memberi kasih sayang tanpa batas, tetapi juga menetapkan aturan, memberikan tanggung jawab, dan mengizinkan anak menghadapi risiko kecil yang aman. Misalnya, membiarkan anak mencoba mengerjakan tugas sendiri meskipun hasilnya belum sempurna, atau mengizinkan anak belajar bersosialisasi tanpa terlalu banyak campur tangan. Contoh; meminta anak untuk mempertimbangkan pilihannya sendiri dengan dibantu orang tua untuk memberi tau konsekuensi apa saja yang terjadi ketika anak tersebut memilih pilihan tersebut. Itu menjadikan pemikiran anak mandiri.

Kesimpulan

Kasih sayang adalah hal mendasar yang tidak bisa ditawar dalam tumbuh kembang anak. Namun, kasih sayang yang berlebihan justru bisa menimbulkan masalah. Dari perspektif biopsikologi, anak yang terlalu dimanjakan atau dilindungi berlebihan cenderung memiliki sistem regulasi stres yang lemah, mudah depresi, kurang percaya diri, dan berisiko mengalami masalah kepribadian. Kasih sayang yang sehat seharusnya disertai dengan batasan, disiplin, serta kesempatan untuk belajar dari pengalaman. Dengan begitu, anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, tangguh, dan siap menghadapi tantangan kehidupan. Contoh; mengajarkan anak untuk mengatur waktu belajarnya sendiri.

Daftar Pustaka

Ansaris, F. (2023). Hubungan perilaku overprotective orang tua terhadap penyesuaian diri remaja. Jurnal Psimawa: Diskursus Ilmu Psikologi dan Pendidikan, 7(2). Universitas Muhammadiyah Gresik. https://doi.org/10.36761/jp.v7i2.5022

Ayu, N. N., & Prasetya, B. E. A. (2023). Hubungan antara perilaku overprotective orang tua dengan penyesuaian diri pada mahasiswa rantau. Jurnal Inovasi Penelitian, 4(7). Universitas Kristen Satya Wacana. https://doi.org/10.47492/jip.v4i7.2900

Putra, H. M., Prakasa, A., & Kurniati, P. (2022). Internalisasi nilai kemandirian anak melalui parenting. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(5). Universitas Pendidikan Indonesia. https://doi.org/10.31004/obsesi.v6i5.2342

Sutafti, S., & Al Rasyid, H. (2022). Pengaruh perilaku overprotective orang tua terhadap kemampuan penyesuaian diri anak. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(5). https://doi.org/10.31004/obsesi.v6i5.2509

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image