Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ummu Zidan

Menyambut Kesadaran Politik Gen Z dengan Islam

Politik | 2025-10-16 00:36:40

Jawa Timur merupakan wilayah dengan jumlah anak terbesar yang terlibat dalam kasus kericuhan serangkaian aksi demonstrasi tanggal 25-31Agustus 2025. Aksi tersebut muncul di berbagai daerah di Indonesia dan berujung anarkis. Kondisi semakin ricuh tak terkendali dengan adanya perusakan dan pembakaran fasilitas umum hingga terjadi bentrokan antara masa dan aparat keamanan. Padahal awalnya memang didasari dengan protes sosial dan politik yang dipicu oleh beragam kebijakan pemerintah yang tidak memihak rakyat.

Polri telah memutuskan ada 959 orang tersangka dalam peristiwa kerusuhan tersebut, termasuk sejumlah 295 anak-anak. Penjelasan dari Polri, mereka yang ditetapkan sebagai tersangka adalah yang dianggap melakukan perilaku anarkis saja, bukan pada peserta aksi damai.

Di sisi lain Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) bersuara, bahwa proses hukum terkait anak-anak tersebut tidak sesuai dengan Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak (UU SPPA) No.11 Tahun 2012. KPAI menyoroti telah terjadi dugaan pelanggaran prosedur. Misalnya adanya penangkapan tanpa pendampingan hukum dan anak tidak mendapatkan hak pendidika selama proses hukum.

Peristiwa kerusuhan Agustus 2025 sejatinya muncul atas dasar rasa ketidakadilan dan kezaliman yang dilakukan penguasa kepada rakyat. Kali ini memang banyak anak-anak muda yang terlibat. Di satu sisi hal ini merupakan fakta yang mengkhawatirkan, namun di sisi lain hal ini merupakan kesadaran politik dari Gen Z yang mesti diapresiasi.

Karena mereka mulai bergeliat melihat menuntut perubahan atas kondisi bangsanya yang jauh dari kesejahteraan rakyat akibat sikap penguasa yang lebih mengutamakan kepentingan pejabat dan oligarki. Sehingga menurut mereka, salah satu cara untuk mendapatkan respon dari pemerintah adalah dengan ikut turut melakukan aksi turun ke jalan bersama orang-orang dewasa yang merupakan "orang tua" mereka.

Jadi butuh dianalisa dulu permasalahannya, apa yang melatarbelakangi anak muda dengan sikap pemberani ikut menyuarakan rasa ketidakadilan yang ditimpanya. Berikutnya, siapa di balik kerusuhan yang terjadi di saat berjalannya aksi, siapa yang memprovokasi mereka. Dan yang paling penting, mengapa di antara mereka ada yang berbuat brutal hingga menyebabkan kerusakan fasilitas umum. Padahal secara keimanan, perilaku perusakan hukumnya jelas haram.

Faktanya memang tidak semua peserra aksi lantas melakukan perusakan karena niat awal mereka adalah aksi damai menyampaikan aspirasi rakyat. Dari sini, diduga ada oknum yang tak bertanggung jawab sengaja melakukan provokasi dan menyulut api kemarahan. Agar peserta aksi yang masih polos serta belum teredukasi secara akhlak dan kesadaran politiknya berbuat anarkis hinga menimbulkan bahaya dan kerugian besar.

Alangkah baiknya jika suara mereka meski saat ini sayup-sayup terdengar, didengar dan diperhatikan oleh para pemimpin. Bukan malah menakut-nakuti dengan cara diproses hukum tanpa pendampingan, demi membungkam kesadaran politik yang baru tumbuh mekar. Jika seperti itu, bisa jadi anak-anak muda akan menjadi ragu karena diberi tindakan syok terapi seperti itu. Mereka bisa jadi jera untuk memberi kritikan ke depannya. Padahal sikap kritis sangat dibutuhkan agar kebijakan pemerintah senantiasa terkontrol.

Mereka mestinya diedukasi agar tetap kritis, dan terus menyuarakan kebebaran. Mereka butuh dirangkul, diberi teladan yang baik bagaimana cara menyampaikan aspirasinya. Dalam Islam pun ada konsep muhasabah lil hukam.

Dari fakta ini, jelas bahwa demokrasi kapitalisme itu licik. Yakni hanya memberi kesempatan pada pihak-pihak yang sejalan dengan kekuasaan. Sementara jika suaranya berbeda dengan kepentingannya atau mengancam kedudukannya, akan dibungkam bahkan dikriminalisasi. Maka kasus 295 anak tersangka ini adalah sebuah respon dari penguasa yang tidak mau menerima kritik dari rakyat, sekaligus ketakutan akan bangkitnya kesadaran generasi muda.
Kesadaran Politik Pemuda dalam Islam

Sosok pemuda adalah agen perubahan, karena mereka memiliki keberanian, semangat, kepedulian dan daya juang yang tinggi. Kata seorang ulama, prmuda ibarat matahari di siang hari, paling terang, terik dan membara. Artinya memiliki energi dan potensi besar dalam jiwanya untuk melakukan sebuah perubahan. Maka keterlibatan mereka dalam berbagai aksi saat ini adalah bukti bahwa mereka mulai sadar politik, yakni terusik dengan ketidakadilan dan kezaliman yang dirasakan oleh masyarakat.

Hanya saja kesadaran ini mesti diarahkan agar tidak sekadar emosi sesaat lalu berakhir dengan diam karena takut melangkah. Jika mereka memahami bagaimana cara memberi masukan kepada pemerintah, pasti mereka akan melakukan semua itu dengan semangat perjuangan yang sempurna.

Dalam sistem Islam, generasi muda harus dipastikan memiliki keimanan yang kuat, kepribadian Islam serta kesadaran politik yang tinggi. Sehingga mereka senantiasa mengikuti peristiwa yang terjadi, lalu memandang setiap peristiwa dengan pandangan yang khas, yakni akidah Islam. Maka setiap aspirasi yang disampaikan dengan bersuara lantang diharapkan mampu membawa perubahan hakiki di tengah kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Tentu saja semua seruan itu akan mendapatkan pahala di sisi Allah SWT. Wallahu’alam bish-shawab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image