Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Namira Rahmadina Hutagalung

Antara Manfaat dan Malapetaka AI dalam Dunia Pendidikan

Teknologi | 2025-10-15 20:55:09

Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) telah menjadi fenomena besar di era modern. AI kini digunakan dalam berbagai bidang, termasuk pendidikan. Kehadirannya memunculkan dua sisi yang berlawanan: di satu sisi membawa kemudahan dan efisiensi, namun di sisi lain menimbulkan kekhawatiran tentang hilangnya nilai-nilai kemanusiaan dan moralitas. Dalam pandangan Islam, setiap kemajuan teknologi harus dinilai bukan hanya dari manfaat duniawinya, tetapi juga dari sejauh mana ia membawa kemaslahatan dan tidak bertentangan dengan syariat.

Islam tidak menolak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan, Al-Qur’an mendorong umat manusia untuk berpikir, meneliti, dan menggali pengetahuan. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-‘Alaq ayat 1–5:

اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ ۝١

خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَق۝٢

اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ ۝٣

الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ ۝٤

عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ ۝٥

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S : Al-‘Alaq : 1-5)

Ayat ini menjadi dasar bahwa menuntut ilmu dan memanfaatkan akal adalah bagian dari ibadah. Maka, jika AI digunakan sebagai sarana untuk memudahkan proses belajar, mempercepat akses ilmu, dan meningkatkan pemahaman siswa, maka hal tersebut termasuk amal yang terpuji.

Namun, Islam juga mengingatkan agar manusia tidak terjebak dalam kesombongan teknologi. AI hanyalah alat buatan manusia, bukan sesuatu yang memiliki kekuasaan seperti Tuhan. Allah menegaskan dalam QS. Ar-Rum ayat 41:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ ۝٤١

Artinya: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. (Melalui hal itu) Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (Q.S Ar-Rum : 41)

Ayat ini mengingatkan bahwa kemajuan yang tidak disertai dengan nilai moral dan keimanan dapat membawa kerusakan. Dalam konteks AI, jika digunakan tanpa etika dan tanggung jawab, bisa menimbulkan malapetaka, seperti plagiarisme akademik, kemalasan berpikir, dan hilangnya nilai kejujuran dalam belajar.

Fenomena plagiarisme akibat penggunaan kecerdasan buatan (AI) memang menjadi salah satu persoalan serius di dunia pendidikan modern. Berdasarkan laporan The Guardian tahun 2024, tercatat hampir 7.000 mahasiswa di Inggris terbukti melakukan kecurangan akademik dengan menggunakan ChatGPT dan alat AI serupa untuk menyelesaikan tugas-tugas kuliah mereka. Banyak di antara mahasiswa tersebut yang tidak sekadar meminta bantuan untuk ide, tetapi menyerahkan hasil tulisan AI secara utuh tanpa melakukan revisi atau penelusuran sumber. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian pelajar mulai kehilangan motivasi untuk berpikir kritis dan belajar secara mandiri karena kemudahan yang ditawarkan AI.

Di Indonesia sendiri, fenomena serupa juga mulai terasa. Universitas Gadjah Mada (UGM) misalnya, melalui berbagai forum akademik dan panduan penulisan ilmiah, menegaskan bahwa penggunaan AI tanpa pemahaman yang benar dapat mengarah pada plagiarisme terselubung. AI seperti ChatGPT menghasilkan teks berdasarkan kumpulan data dan referensi dari berbagai sumber di internet, namun tidak mencantumkan kutipan atau asal sumber secara eksplisit. Akibatnya, tulisan yang dihasilkan berpotensi melanggar etika akademik dan menurunkan keaslian karya ilmiah mahasiswa.

Kekhawatiran yang sama juga dirasakan secara global. Sciences Po, salah satu universitas ternama di Prancis, bahkan melarang penggunaan ChatGPT sepenuhnya dalam kegiatan akademik. Pihak kampus menilai bahwa penggunaan AI tanpa pengawasan dapat menghambat proses berpikir analitis dan reflektif mahasiswa. Padahal, kemampuan berpikir kritis adalah inti dari proses pendidikan itu sendiri. Dengan kata lain, ketika pelajar hanya mengandalkan hasil instan dari AI tanpa berusaha memahami konsep atau melakukan riset mandiri, maka nilai-nilai intelektual dan literasi mereka ikut menurun.

Rasulullah SAW bersabda:

“Barang siapa menipu maka ia bukan dari golonganku.” (HR. Muslim).

Hadis ini mengingatkan bahwa dalam pendidikan Islam, kejujuran adalah fondasi utama. AI seharusnya menjadi pembantu, bukan pengganti usaha manusia dalam menuntut ilmu.

Di sisi lain, AI dapat membantu guru dalam meningkatkan kualitas pengajaran, seperti menganalisis hasil belajar siswa, menyediakan materi interaktif, dan menghemat waktu administrasi. Dengan demikian, guru dapat lebih fokus membimbing akhlak dan karakter peserta didik. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan Islam, yaitu membentuk insan yang berilmu dan berakhlak. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Mujadilah ayat 11:

اَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ ۝١١

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan, “Berdirilah,” (kamu) berdirilah. Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan”. (Q.s Muhammad : 11)

Fenomena ini menegaskan bahwa AI dapat menjadi pisau bermata dua dalam dunia pendidikan. Di satu sisi, ia mampu mempercepat proses belajar dan membantu dalam memahami materi; namun di sisi lain, jika tidak disertai etika, kejujuran, dan tanggung jawab moral, AI justru bisa merusak integritas akademik. Oleh karena itu, pendidik dan lembaga pendidikan perlu memperkuat pemahaman etika digital serta membimbing siswa agar menggunakan teknologi secara bijak bukan sebagai jalan pintas untuk menghindari usaha belajar.

Kesimpulannya, dalam pandangan Islam, AI adalah alat yang netral tidak mutlak baik atau buruk. Nilainya tergantung pada niat dan cara manusia memanfaatkannya. Jika digunakan dengan bijak dan berlandaskan nilai-nilai Islam, maka AI dapat menjadi salah satu bentuk kemajuan ilmu yang membawa kemaslahatan bagi pendidikan umat.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image