Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image

Pengenalan Pertanian Sejak Usia Dini Melalui Kegiatan Mendongeng

Eduaksi | 2025-10-14 15:18:16

Ditulis oleh : Juznia Andriani

Pertanian merupakan pilar penting dalam kehidupan. Setiap insan perlu makan untuk kebutuhan hidupnya. Generasi muda yang akan menentukan arah masa depan Indonesia perlu dibekali dengan nilai-nilai kehidupan sejak dini, salah satunya melalui pengenalan pertanian. Mengenalkan dunia pertanian kepada anak usia dini adalah langkah penting untuk menyiapkan generasi penerus yang bangga menghargai petani, mencintai pangan, dan peduli lingkungan.

Balai Besar Perpustakaan dan Literasi Pertanian (BB Pustaka) yang berlokasi di Bogor telah melakukan kegiatan yang bertujuan untuk mengenalkan pertanian sejak dini kepada anak anak. BB Pustaka terus mendorong literasi pertanian di masyarakat melalui kegiatan di ruang layanan anak ,Kid corner. Ruangan ini difasilitasi dengan buku bacaan anak, sarana permainan edukatif, video dan kegiatan yang menarik yang dipandu pustakawan.

Kegiatan di Kid corner mambawa anak bersuka cita. Mereka dibebaskan untuk bermain, menggambar, membaca, menonton video edukatif dan kegiatan lain yang sesuai dengan usianya. Kegiatan yang disukai oleh anak anak adalah mendongeng. Mendongeng mempunyai daya tarik yang dapat menyentuh perasaan anak. Isi dongeng yang mengandung hikmah sangat efektif untuk menarik perhatian anak dan merangsang otaknya agar bekerja dengan baik. Dengan mendengarkan dongeng pola pikir dan emosi anak akan berkembang sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat diserap tanpa paksaan.

Mendongeng mempunyai manfaat untuk menyampaikan nasehat, norma dan contoh suri tauladan serta membentuk perilaku anak. Dongeng dapat merangsang perkembangan bahasa, kreativitas serta kemampuan berkomunikasi pada anak. Mendongeng media efektif untuk menanamkan nilai nilai moral dan estetika kepada anak. Menurut para ahli pendidikan, mendongeng kepada anak-anak merupakan sarana hiburan yang menarik dan dapat menggugah minat baca anak. Melalui dongeng anak-anak selain memperoleh kesenangan atau hiburan, mereka juga mendapatkan pengetahuan dan akan mempengaruhi kemampuan logika serta pembentukan kepribadian atau karakter anak. Dengan pengetahuan yang luas dan kemampuan logika yang baik, anak dapat mengatasi masalahnya sendiri sesuai dengan usianya.

Kegiatan mendongeng termasuk salah satu tradisi lisan kearifan lokal yang telah dilakukan turun temurun dari orang tua kita. Kegiatan mendongeng tentunya membutuhkan waktu dan tempat yang sesuai. Pustakawan yang membawakan dongeng harus memperhatikan kondisi anak saat akan bercerita. Apakah anak sedang dalam kondisi bad mood, sedang sakit atau lingkungan sedang tidak mendukung untuk melakukan kegitan mendongeng.

Peran pustakawan sebagai pendongeng dan menjadi motivator sangat berperan dalam usaha menciptakan suasana menyenangkan bagi anak sehingga betah dan tertarik pada topik yang didongengkan. Tema dongeng bersumber dari koleksi bacaan yang ada di Kid’s corner. Ada beberapa teknik yang digunakan oleh pustakawan dalam mendongeng yaitu langsung membaca dari buku, memakai gambar ilustrasi dari buku atau menceritakan dongeng secara langsung. Pustakawan terkadang memanfaatkan boneka atau alat peraga lainnya dalam mendongeng.

Salah satu bahan dongeng yang dapat disampaikan pada anak adalah kegiatan pertanian di sekitar kita. Kearifan lokal tentang pengetahuan pertanian perlu anak –anak ketahui. Kelihatannya remeh namun pengetahuan ini sangat bermanfaat untuk diterapkan anak anak di dalam kehidupannya kelak.

Mengemas dongeng menjadi edukatif diselingi dengan tanya jawab dan permainan akan menggugah minat anak untuk tertarik. Dongeng tentang dewi padi, Dewi Sri, merupakan salah satu contoh literasi kepada anak untuk belajar lebih detail mengenai padi. Dari dongeng Dewi Sri terlihat nilai- nilai manfaat dalam membentuk karakter yang baik.

Pustakawan mendongeng tentang Dewi Sri yang sangat dekat dengan kehidupan petani padi. Dewi Sri melambangkan kesuburan dan kehidupan. Anak diajak bersyukur dengan makanan yang dimiliki dan menghargai hasil bumi. Padi merupakan hasil kerja keras dan kesabaran petani. Anak diajarkan untuk hormat dan menghargai petani atas kerja kerasnya membantu menanam padi sehingga kita bisa makan. Dalam dongeng Dewi Sri diajarkan untuk belajar pentingnya menjaga lingkungan, tidak merusak tanaman, dan hidup selaras dengan alam. Dongeng Dewi Sri adalah bagian dari warisan budaya Nusantara, terutama dalam kehidupan bertani. Anak diajarkan untuk menghargai budaya bangsa dan kearifan lokal.

Kegiatan mendongeng Dewi Sri akan mengajarkan anak anak untuk lebih menghargai proses kerja keras petani dalam budidaya padi, tumbuh rasa empati terhadap lingkungan dan alam sekitar. Belajar bahwa alam memberi manfaat dan harus dijaga kelestariannya.

Hikmah dari isi dongeng Dewi Sri dapat diterapkan dalam kehidupan sehari hari. Kegiatan mendongeng dapat menumbuhkan minat, apresiasi, dan kecintaan anak terhadap pertanian sejak usia dini. Anak diajak untuk memanfaatkan lahan yang ada di lingkungannya untuk ditanami dengan tanaman yang berguna. Anak dibiasakan untuk praktik sederhana pertanian dengan menanam dan merawat tanaman. Kegiatan ini dapat membentuk karakter positif tentang tanggung jawab, disiplin dan peduli lingkungan.

Kegiatan bercocok tanam akan menumbuhkan kesadaran pada anak untuk memahami dari mana makanan berasal. Padi, sayur, buah merupakan hasil kerja keras petani. Perjalanan panjang sebutir padi sampai terhidang di meja makan dan etos kerja petani akan membuat anak berpikir untuk menghargainya dan tidak menyisakan atau membuang makanan.

Kegiatan mendongeng menjadi pemantik bagi anak untuk memahami pertanian sejak dini. Menghargai jasa petani dan menjaga alam menjadi pemahaman yang akan diterapkan dalam kehidupan sehari hari. (JA dari berbagi sumber)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image