Demokrasi yang Terkurung: Pelajaran Berharga dari Nepal
Pendidikan dan Literasi | 2025-10-06 17:35:11
Saya ingin memberikan tanggapan terhadap artikel yang ditulis oleh Dosen Pengampu Mata Kuliah Pendidikan Pancasila, Bapak Drs. Study Rizal LK, M.A, berjudul “Belajar dari Nepal: Demokrasi yang Berdarah.” Artikel tersebut menyoroti kebijakan pelarangan penggunaan media sosial di Nepal yang justru memicu gelombang protes besar. Kebijakan ini tidak hanya dianggap sebagai pembatasan akses digital, tetapi juga sebagai bentuk pembungkaman terhadap kebebasan berpendapat. Sayangnya, respons pemerintah yang bersifat represif justru memperparah keadaan hingga menimbulkan korban jiwa.
Peristiwa di Nepal menjadi pengingat bahwa demokrasi tidak cukup hanya diwujudkan lewat pelaksanaan pemilu, tetapi juga melalui terbukanya ruang komunikasi yang sehat antara pemerintah dan rakyat. Saat ini, media sosial berperan sebagai ruang publik baru di mana masyarakat dapat menyampaikan kritik, opini, serta ide-ide mereka. Ketika ruang tersebut ditutup, kekecewaan terhadap korupsi, ketidakadilan, dan rendahnya akuntabilitas pemerintah akan semakin membesar.
Namun, analisis mengenai kasus Nepal sebaiknya dilengkapi dengan data yang lebih mendalam, termasuk alasan di balik kebijakan pemerintah serta konteks sosial-politiknya. Hal ini penting agar pembahasan menjadi lebih objektif dan tidak hanya menyoroti penderitaan rakyat. Selain itu, perbandingan dengan negara lain, termasuk Indonesia, perlu dilakukan secara hati-hati agar tidak menimbulkan kesimpulan yang terlalu umum.
Bagi Indonesia sendiri, pengalaman Nepal dapat dijadikan pelajaran berharga. Demokrasi akan rapuh bila pemerintah memilih menanggapi kritik dengan pembatasan atau tindakan represif. Ruang digital yang terbuka harus tetap dijaga, karena di sanalah rakyat dapat berpartisipasi secara nyata dalam kehidupan politik.
Tragedi yang terjadi di Nepal menyampaikan pesan moral bahwa demokrasi sejati bukan hanya soal pelaksanaan pemilu, tetapi juga tentang kesediaan negara untuk mendengarkan suara rakyat, menjamin transparansi, serta melindungi kebebasan sipil. Itulah nilai-nilai yang menjadi pondasi bagi tegaknya demokrasi yang sesungguhnya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
