Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Miftakhul ribkhi

Gen Z dan Kopi

Eduaksi | 2025-10-05 09:57:54

Gen Z dan Kopi: Kenapa Secangkir Minuman Bisa Jadi Identitas?

Generasi Z dikenal sebagai generasi yang dinamis, multitasking, dan selalu terhubung dengan teknologi. Kehidupan mereka dipenuhi aktivitas padat: kuliah, magang, pekerjaan freelance, hingga membangun personal branding di media sosial. Dalam ritme hidup yang cepat itu, kopi hadir bukan sekadar minuman, tetapi bagian dari gaya hidup. Melalui perspektif biopsikologi, kita bisa memahami mengapa secangkir kopi begitu berarti bagi Gen Z: dari sisi biologis, psikologis, hingga sosial-budaya.

Analisis Biologis

Kafein dan Otak Gen Z Kopi mengandung kafein, senyawa stimulan yang bekerja pada sistem saraf pusat. Kafein menghambat reseptor adenosin di otak, zat kimia yang biasanya menimbulkan rasa kantuk. Ketika adenosin terblokir, neurotransmiter seperti dopamin dan norepinefrin meningkat, sehingga tubuh terasa lebih segar dan fokus. Penelitian yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana menunjukkan bahwa konsumsi kafeina terbukti dapat meningkatkan konsentrasi mahasiswa ( Susanti & Arimbawa, 2022). Bagi Gen Z yang sering begadang demi tugas atau pekerjaan kreatif, mekanisme biologis ini sangat membantu. Namun, konsumsi berlebihan bisa menimbulakan efek samping biologis, seperti jantung berdebar, insomnia, atau kecemasan. Permenkes RI No. 41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang menekankan pentingka pola konsumsi minuman agar tidak menganggu kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Walaupun tidak ada pedoman khusus tentang batas kafein, sejumlah penelitian dan rekomendasi WHO menyebutkan batas aman kafein harian adalah 200-400 mg(setara 2-4 cangkir kopi).

Analisis Psikologis

Kopi, Emosi, dan Identitas Diri dari sisi psikologis, ngopi bukan hanya untuk melawan kantuk, melainkan juga memiliki efek emosional. Banyak Gen Z mengasosiasikan kopi dengan suasana hati yang positif: rileks, fokus, bahkan lebih percaya diri. Proses minum kopi di kafe dengan aroma khas juga bisa menjadi ritual yang memberi rasa nyaman, mirip coping mechanism saat menghadapi stres akademik maupun pekerjaan. Selain itu, kopi juga berfungsi sebagai simbol identitas. Pilihan jenis kopi,espresso, latte, atau kopi susu kekinian sering kali mencerminkan kepribadian peminumnya. Misalnya, pecinta espresso identik dengan karakter tegas dan sederhana, sementara penikmat kopi susu kekinian cenderung mengikuti tren dan mengekspresikan sisi modernnya (Katadata Insight Center, 2022). Dengan kata lain, kopi menjadi medium psikologis bagi Gen Z untuk menampilkan jati diri dan membangun citra di hadapan orang lain.

Analisis Sosial-Budaya

Ngopi sebagai ruang interaksi secara sosial, ngopi sudah melekat dalam budaya Gen Z. Coffee shop tidak hanya berfungsi sebagai tempat bersantai, tetapi juga ruang belajar, bekerja remote, atau berkolaborasi. Data Katadata Insight Center (2022) menunjukkan bahwa mayoritas atau 31% respenden generasi Gen Z Indonesia mengonsumsi kopi 1 sampai 2 kali seminggu, yang memanfaatkan kafe sebagai ruang interaksi produktif. Fenomena ini menunjukkan bahwa ngopi bukan sekadar konsumsi individual, melainkan aktivitas sosial yang mempererat relasi. Jika generasi sebelumnya memilih warung kopi tradisional, Gen Z menjadikan coffee shop modern sebagai ruang komunitas. Hal ini memperlihatkan bagaimana budaya kopi berkembang mengikuti kebutuhan sosial generasi muda. Selain itu, kopi juga punya dimensi ekonomi-budaya. Indonesia adalah produsen kopi terbesar keempat di dunia per desember 2024 diperkirakan diangka 10,90 juta karung dengan berat per karung sebesar 60kg(Indonesia.go.id,2025). Saat Gen Z memilih kopi lokal seperti Gayo, Toraja, atau Kintamani,mereka ikut mendukung petani lokal dan melestarikan identitas budaya nusantara.

Sintesis Biopsikologi
Melalui analisis biopsikologi, kita melihat bahwa:
Secara biologis, kafein memengaruhi sistem saraf pusat sehingga meningkatkan energi dan fokus.
Secara psikologis, kopi memengaruhi emosi dan menjadi sarana ekspresi identitas diri.
Secara sosial-budaya, kopi berperan sebagai ruang interaksi, tren gaya hidup, sekaligus dukungan terhadap ekonomi lokal.

Dengan demikian, “Gen Z dan kopi” bukan hanya soal minum, melainkan refleksi dari dinamika kehidupan generasi muda yang berusaha menyeimbangkan tuntutan biologis, kebutuhan psikologis, dan konteks sosial-budaya.

Kesimpulan
Pertanyaan “Gen Z dan Kopi: Kenapa Secangkir Minuman Bisa Jadi Identitas?” terjawab melalui analisis biopsikologi. Kopi bukan hanya cairan hitam dalam cangkir, tetapi simbol yang menyatukan tubuh, pikiran, dan masyarakat. Asalkan dikonsumsi dengan bijak, kopi akan terus menjadi bagian penting dari perjalanan Gen Z dalam membangun kreativitas, produktivitas, dan konektivitas sosial.


Referensi
Indonesia.go.id.(2025). Indonesia Penghasil Kopi Keempat Di Dunia. Jakarta: Indonesia.go.id. Retrieved from https://r.search.yahoo.com/_ylt=AwrPpmwM8N1oVgIA4YTLQwx.;_ylu=Y29sbwNzZzMEcG9zAzIEdnRpZAMEc2VjA3Ny/RV=2/RE=1760584973/RO=10/RU=https%3a%2f%2findonesia.go.id%2fmediapublik%2fdetail%2f2384/RK=2/RS=zh__SVSMkL7dVh72bSrHpCfCz5g-

Susanti,N. M. A.,& Arimbawa, I. N. (2022). Pemberian kafein dapat meningkatkan konsentrasi mahasiswa Fkultas Kedokteran Udayana. E-Jurnal Medika Udayana, 11(7), 47-55. Retrieved from https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/77270

Katadata Insight Center. (2022). Seberapa sering Gen Z minum kopi? Ini surveinya. Databoks Katadata. Retrieved from https://databoks.katadata.co.id/index.phjp/teknologi-telekomunikasi/statistik/67722bef79e2d/seberapa-sering-gen-z-minum-kopi-ini-surveinya

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang. Retrieved from https://peraturan.bpk.go.id/Download/109856/Permenkes%20Nomor%2041%20Tahun%202014.pdf

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image