Mikroba Indikator Kerusakan Bumi
Teknologi | 2025-10-04 03:30:47Pulau Obi menarik investor raksasa untuk menikmati harta karun bumi pertiwi yang selama ini terpendam dibawah kekayaan rempah-rempah nusantara. Nikel menjadi rebutan dunia setelah industri otomotif beralih ke kendaraan listrik yang diklaim lebih ramah lingkungan dan tidak bising.
Proses penambangan nikel memiliki dampak lingkungan yang sangat merugikan apabila tidak dilakukan pengendalian yang memadai. Pada awal 2012, email internal perusahaan tambang nikel mengungkap adanya kontaminasi kromium heksavalen atau kromium-6 (Cr6), zat kimia sangat beracun yang dikenal sebagai karsinogen, di Sungai Tugaraci, yang terletak di hilir lokasi pertambangan. Sungai tersebut merupakan sumber utama bagi warga setempat untuk minum, memancing, dan mandi. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana masyarakat di daerah terpencil, tanpa pengetahuan yang memadai, tanpa alat ukur yang terkalibrasi bisa mengatakan sungainya tercemar? Jika kita berbicara tentang zat karsinogen, kulit pun dapat menjadi indikatornya. Paparan kromium heksavalen bisa menyebabkan iritasi, gangguan pencernaan dan pernafasan. Kunci utama mengetahui pencemaran lingkungan terjadi pada ekosistem perairan adalah bioindikator.
Pemantauan kualitas air lebih banyak mengandalkan indikator makhluk hidup berukuran besar seperti serangga air, ikan kecil, atau tumbuhan. Keberadaan mereka dijadikan bioindikator karena mudah diamati oleh masyarakat yang berinteraksi dengan badan air. Namun, pendekatan ini belum sepenuhnya menggambarkan proses yang terjadi pada tingkat paling dasar ekosistem. Di sinilah peran mikroba seharusnya mendapat perhatian lebih besar.
Mikroba termasuk bakteri, arkea, dan protista merupakan aktor utama dalam banyak siklus penting, seperti daur nutrien dan energi. Mereka bereaksi sangat cepat terhadap perubahan lingkungan, baik akibat eutrofikasi, pencemaran logam berat, maupun masuknya polutan organik dari aktivitas manusia
Mengintegrasikan mikroba ke dalam sistem bioindikasi akan memperkaya metode pemantauan. Tidak hanya melengkapi bioindikator tradisional, tetapi juga meningkatkan ketepatan dan kecepatan dalam mendeteksi masalah lingkungan. Hal ini penting mengingat perubahan ekosistem air bisa terjadi dengan cepat dan membutuhkan respon segera.
Sudah saatnya pemerintah, akademisi, dan praktisi lingkungan mendorong pemanfaatan mikroba sebagai bioindikator resmi. Dengan langkah ini, kita tidak hanya menjaga kualitas air lebih baik, tetapi juga memperkuat pemahaman ilmiah tentang ekosistem akuatik. Mikroba adalah mata rantai yang hilang, dan memanfaatkannya akan menjadi lompatan penting dalam pengelolaan lingkungan di masa depan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
